"Kak, kemarin aku beli novel yang kakak mau. Nih," Alissa langsung membuka isinya. Ia melihat ending pada cerita itu. Dan ternyata, sebagian cerita yang belum ia baca hampir sama dengan apa yang terjadi di mimpinya.
"Aku selalu bacain novel ini untuk kakak. Siapa tau kakak bangun. Dan benar, sekarang kakak udah sadar."
Alissa berpikir. Mungkin ia mendengar cerita ini dari Azra saat dirinya koma. Maka dari itu, jalan cerita di mimpinya tidak jauh berbeda dengan yang ada di novel.
Ah, sudah lah. Itu semua hanya mimpi. Tidak ada gunanya ia terus tenggelam dalam pikiran-pikiranya itu.
Tapi dari kejadian ini, ia bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran saat berada di dalam cerita fiksi itu. Sebagai Alissa. Ia menjadi tahu bahwa untuk mendapatkan apa yang ia mau itu butuh banyak sekali perjuangan. Hidup tanpa persaingan itu mustahil. Seperti Alissa, ia harus bersaing untuk mempertahankan peringkat nya.
Tekanan yang diberikan oleh orang tua, bukan semata-mata untuk mereka sendiri. Tapi untuk diri kita juga. Orang tua mana yang tega menghancurkan hidup anaknya demi kebahagiaan dirinya sendiri? Tidak ada. Setiap orang tua pasti mempunyai alasan sendiri dalam memperlakukan anaknya.
Sejahat dan seburuk apapun perlakuan orang tua kita, mereka tetaplah orang yang sudah membesarkan kita. Sudah seharusnya kita berbakti dan menghormati mereka.
Maura sangat bersyukur dengan kejadian ini. Kecelakaan kereta api yang menimpanya ternyata tidak serta merta merenggut nyawanya. Ia masih dapat si selamatkan dari kecelakaan ini. Ia masih bisa bertemu dengan ibu, ayah, dan adiknya. Mungkin Tuhan masih memberikan waktu kepadanya untuk bertaubat terlebih dahulu. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H