"Nggak apa-apa. Perlahan-lahan. Semuanya butuh waktu, Sa," benar kata Aiqal. Sekarang yang terpenting adalah mengembalikan posisi Alissa di hasil Ujian Nasional nanti.
"Qal! Kamu ... Menyembunyikan sesuatu dari aku?" sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk Alissa menanyakan hal ini pada Aiqal.
"Maksud kamu?"
"Obat itu ... Bukan vitamin kan?"
Aiqal menyentil kening Alissa dan membuatnya meringis kesakitan. "Jangan mikir yang aneh-aneh."
"Aku tahu, aku bukan Alissa. Tapi setidaknya untuk hal seperti ini kamu boleh menganggap aku sebagai Alissa. Alissa yang kamu kenal sejak 18 tahun yang lalu,"
Benar, kalau ia terus menyimpan penyakitnya sendirian nanti akan lebih banyak orang yang ia repoti. Aiqal menunduk, helaan nafasnya tertahan. "Aku ... Jangan katakan hal ini kepada siapapun," Alissa mengangguk.
"Leukimia kronis."
Alissa terkejut dengan pernyataan itu. Bagaimana bisa teman kecilnya itu menderita kanker darah dan
erita kanker darah dan menyembunyikan nya sendirian. Matanya memanas, sesuatu didalam sana memaksa untuk keluar. Namun, Alissa tidak mungkin menangis di depan Aiqal.
"Kenapa nggak bilang? Kenapa malah kamu sembunyikan sendiri? Kamu pikir itu bukan penyakit yang berbahaya? Kalau kamu kenapa-kenapa gimana?" Aiqal tersenyum mendengar perempuan itu mengkhawatirkannya.