"Kamu nggak lupa sama Ayah, Ibu, dan adik kamu ini kan?" Kali ini sang ayah yang bersuara.
Ia sungguh terkejut. Matanya sudah terbuka sepenuhnya. Dilihatnya ayah, ibu, dan adiknya sedang memerhatikan dirinya. Ia tidak mengerti maksud dari semua ini.
"Ibu ... Aku, belum meninggal?" reflek mereka semua menggeleng. "Hush! Dijaga ucapannya!"
Benar, dirinya masih hidup. Pikir Maura.
"Tapi Bu, aku nggak tahu ini mimpi atau bukan. Tapi selama ini aku mengalami beberapa kejadian. Aku ... Meninggal dan kemudian hidup di dunia fiksi. Di cerita novel yang akan aku beli, Bu."
"Kamu ini ada-ada saja."
"Kenapa kamu berpikir seperti itu? Setelah kecelakaan kereta itu, dokter menyatakan bahwa kamu selamat, Maura. Kamu hanya mengalami koma. Sudah hampir sebulan ini kamu tidak sadarkan diri," ujar sang ayah.
"Aku, Ayah, dan Ibu. Kami semua sedih mendapatkan kabar kecelakaan yang menimpa Kakak. Apalagi Ibu, Ibu sampai tidak mau makan berhari-hari."
Alissa mulai menceritakan semuanya. Percaya, tidak percaya. Ternyata selama ini, semua yang dia alami hanyalah mimpi. Karena nyatanya, dia tidaklah meninggal. Dia hanya koma, dan selama itu dia bermimpi hidup di dunia fiksi.
"Sekarang kalian jangan sedih-sedih lagi, ya? Aku kan udah sadar. Ibu juga harus banyak-banyak makan. Biar Maura bisa cepat sembuh," perempuan itu menunjukkan senyumannya. Menandakan bahwa ia sudah baik-baik saja.
Senang rasanya mengetahui kalau semua itu hanyalah mimpi. Ia bisa kembali bersama keluarga yang sesungguhnya. Walaupun ada sedikit rasa sedih di hatinya. Harus meninggalkan dunia mimpinya, Aiqal, Mama Alissa, dan teman-temannya yang lain.