Kecelakaan kereta api kembali terjadi lagi. Walaupun tidak separah tragedi Trowek dan tidak semengerikan tragedi Bintaro. Namun kecelakaan ini juga cukup mengerikan. Kereta yang ditumpangi oleh Maura ini kehilangan Abarnya. Pengontrol kecepatan ini tiba-tiba tidak berfungsi. Entah apa yang terjadi. Namun hal ini menyebabkan kereta api keluar dari jalur rel nya.
Gerbong pertama hingga ke tiga menabrak pohon saat akan berbelok di tanjakan. Gerbong ke empat dan ke lima terjatuh dari jembatan ke sebelah kanan. Dan gerbong ke enam dan ke tujuh masih berada dalam lintasannya, namun dengan posisi terguling.
Naasnya, Maura berada digerbong ke lima. Posisinya berada di sisi kanan kereta. Sehingga saat kereta terjatuh, ia langsung merasakan hantaman dari bebatuan yang membentur gerbong sisinya. Beberapa detik sebelum ia dievakuasi, ruh nya telah meninggalkan raganya. Maura menjadi salah satu dari 17 penumpang yang tewas. Dan sisanya hanya mengalami luka-luka.
...
"Ikhlaskan Bu, jangan menangis terus seperti ini. Kita semua sama kehilangannya seperti Ibu. Kalau Ibu sakit bagaimana? Kasihan Azra. Kasihan juga Maura nya kalau ibu terus menangisinya," ujar sang suami menenangkan istrinya yang baru saja kehilangan putri mereka tiga hari yang lalu.
"Ibu udah ikhlas Ayah ... Tapi Ibu belum terbiasa dengan keadaan ini. Maura yang biasanya menggoda Ibu kalau lagi sarapan. Maura juga yang biasanya bantu Ibu sama Azra bikin kue. Rumah ini akan sepi karena gak ada Maura. Kenapa harus Maura yah?!" sang suami bergegas memeluk istrinya itu.
"Ini sudah takdir. Kita masih punya Azra, Bu. Kasihan Azra kalau Ibu terus begini. Azra juga pasti sedih kehilangan kakaknya. Kita harus kuat di depan Azra," istrinya pun mengangguk menanggapi ucapannya.
...
Sakit, dan gelap. Hal terakhir yang Maura rasakan sebelum ruh nya meninggalkan raganya. Dan kini ia terbangun. Matanya terbuka, mencoba menerima cahaya yang masuk menusuk netra mata cokelatnya pelan-pelan. Ia mengedipkan matanya beberapa kali. Sebelum pandangannya terbuka dengan sepenuhnya.
"Sa! Kamu udah sadar Sa?!"
Sa? Siapa itu? Apa lelaki itu berbicara dengan dirinya? Pikir Maura.
"Hei! Jangan bilang kalau kamu amnesia!"
"Aiqal, iya! Itu Aiqal! Tokoh pemeran utama pria dalam novel yang ia baca. Dan Sa? Apa jangan-jangan Sa adalah Alissa? Aku Alissa?!"Â Batin Maura sambil terus memandangi ruangan yang ia tempati.