"Yaudah. Kalau ada apa-apa kamu boleh cerita sama aku. Siapa tau aku bisa bantu," Alissa hanya bergumam.
Dilihatnya oleh Alissa, Aiqal baru saja memasuki kelas dan mendudukkan dirinya. Sepertinya lelaki itu baru saja melihat hasil pemeringkatan. Terlihat dari seorang lelaki yang berjalan beriringan dengan Aiqal begitu antusias membicarakan peringkat yang didapatkan oleh Aiqal kali ini. Bagaimana tidak? Menurut apa yang ia dengarkan, Aiqal berhasil merebut posisi kedua dari Saras. Yah, walaupun sebenarnya yang lelaki itu inginkan adalah posisi Dimas. Namun Aiqal sadar, Dimas sulit untuk dikalahkan. Ia adalah pemilik IQ tertinggi di sekolah ini.
Aiqal terlihat tidak perduli dengan peringkat yang didapatkan oleh Alissa. Sepertinya, lelaki itu masih kesal kepadanya. Setelah kejadian kemarin, hari dimana Alissa dan Aiqal beradu mulut. Alissa yang terus menuduh Aiqal menyembunyikan sesuatu darinya, dan Aiqal yang terus berbohong untuk menutupi penyakitnya. Bagaimana pun juga Alissa tidak boleh tahu. Mau, tidak mau, untuk mengakhiri perdebatannya Aiqal memutuskan untuk meninggalkan Alissa sendiri di depan rumahnya.
Alissa sendiri tidak mau menyapa Aiqal terlebih dahulu. Jelas-jelas lelaki itulah yang salah, dengan terus mencoba berbohong untuk menutupi kebenaran yang entah seperti apa.
...
Lagi-lagi ia dibuat kecewa oleh ekspektasi nya sendiri. Di papan pengumuman itu tertulis bahwa Alissa menempati peringkat ke enam. Bahkan, dirinya tidak bisa masuk peringkat ke lima besar.
Sekarang yang ia takutkan adalah ibunya. Apalagi yang akan ibunya lakukan saat tahu Alissa berada di peringkat tersebut. Kemarin saja sudah cukup menyakitkan untuknya. Bagaimana dengan sekarang? Belum lagi sekarang tidak ada Aiqal yang siap bersedia menampung dirinya di rumahnya. Saras? Perempuan itu akan mengetahui masalahnya walau ia berkata bohong.
"Mau pulang kemana?"
Alissa terkejut, ia mengenal suara ini. "Rumah."
"Yakin?" tanya Aiqal. Walaupun sedang marah, tapi ia tidak akan tega jika sahabatnya itu harus terluka lagi.
Alissa menghela nafas panjang. "Mau gimana lagi."
"Kamu bisa menginap kalau mau," lagi-lagi Alissa menolak tawarannya. "Nggak usah. Aku harus bisa menghadapi Mama."