"Astaga, Alissa! Kamu peringkat kedua?" Saras menutup mulutnya, tidak percaya posisinya tergantikan oleh Alissa.
"Tuh kan, Dim! Kemarin aku nggak maksimal belajarnya. Belum lagi di soal kemarin ada foto aku. Ya aku panik lah. Kaget juga," perempuan itu merajuk pada kekasihnya. "Yaudah, sih. Yang penting aku masih di peringkat pertama."
Saras merengut kesal. "Kalau gitu, selamat ya Alissa. Nggak nyangka banget, kamu yang akan gantiin posisi aku. Aku kira Aiqal," Saras tersenyum sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka semua.
Otak Alissa berhenti beberapa saat. Sebelum matanya dengan tidak sengaja menatap Aiqal yang juga tengah menatapnya. Lelaki itu menyalurkan kehangatan melalui sorot matanya.
"Qal!" lirih Alissa, memanggil nama lelaki itu.
"Selamat, Sa. Sekarang percaya kan? Kalau mereka semua liatin kamu karena peringkat kamu yang naik drastis."
"Tapi, gimana bisa? Atau mungkin ada kesalahan di sistem penilaiannya."
Aiqal menggeleng samar disertai kekehan. "Nggak mungkinlah. Udah deh, dapat peringkat bagus bukannya bersyukur. Ini malah overthinking lagi," Alissa merengut kesal.
"Iya ... Iya ... Bersyukur, nih."
Aiqal tersenyum. Alissa melihat ada perubahan pada Aiqal. Lelaki itu terlihat begitu pucat hari ini. Tidak butuh waktu lama, setetes darah keluar dari hidungnya. Lelaki yang tengah tersenyum itu pun masih tidak menyadarinya.
"Qal! Kamu berdarah," Alissa panik membuat orang-orang disekitarnya menoleh ke arah mereka. "Cepat, Aiqal!"
BRUKK