Aiqal mengangguk sambil menimang-nimang ucapan Alissa. "Oke. Kalau ada apa-apa hubungi aku segera." Alissa mengangguk dan melemparkan seulas senyumnya pada Aiqal.
Pandangan Aiqal jatuh pada senyuman yang terukir di wajahnya. Beralih pada matanya yang seindah danau yang tenang dan ia tenggelam di dalamnya. Bagaimana bisa Aiqal keberadaan Alissa? Padahal hampir seluruh kehidupannya di temani oleh perempuan itu.
Ada sesuatu yang membuat bagian tubuh Aiqal menghangat dan mendebarkan. Keberadaan Alissa yang begitu dekat, yang selama ini hampir mengisi sebagian kehidupannya. Dan mungkin kini Aiqal dapat memandang Alissa dengan cara yang berbeda.
Dilihatnya Alissa pergi meninggalkannya. Ia sendiri masih mematung di tempatnya. Memikirkan kejadian-kejadian yang tidak pernah ia lewatkan dengan Alissa namun tidak pernah ia sadari keberadaan perempuan itu. "Bisa-bisanya aku melewatkan semua ini."
"Kamu ... Punya perasaan sama dia?" Dimas, lelaki itu diam-diam sudah memperhatikan interaksi antara Aiqal dan Alissa sedari tadi.
"Ngaco! Aku sama dia udah temenan sejak kecil."
"Justru itu! Nggak mungkin kan kalian berteman selama itu tanpa melibatkan perasaan?" benar juga apa yang dikatakan oleh Dimas. Tapi, mungkin saja. Buktinya, Aiqal sendiri baru menyadari keberadaan Alissa secara nyata hari ini. Bukan sebagai tetangganya dan bukan juga sebagai sahabatnya. Tetapi sebagai Alissa. Atau Maura yang terjebak didalam raga Alissa. Walaupun mereka berbeda, tetapi bagi Aiqal mereka adalah orang yang sama dengan sifat yang berbeda.
"Hati nggak ada yang tahu. Udah sana, Saras nyariin kamu."
Benar saja, setelah berkata seperti itu Dimas langsung pergi meninggalkannya. Padahal, Aiqal baru saja berbohong. Ia pun tertawa, merasa bangga telah berhasil membodohi siswa dengan IQ tertinggi di sekolah ini.
BAGIAN 6
"Kamu nggak dengerin apa yang Mama katakan tempo hari, huh?!" Wanita itu datang secara tiba-tiba membuat Alissa terkejut atas kehadirannya. Alissa mencari kegiatan lain, tidak ingin menatap mata ibunya. "Sekarang kamu juga mengabaikan Mama?! Berani-beraninya kamu melakukan semua itu!"