Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penunggu Jalan Angker

23 Januari 2015   21:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Elo Mat ? "

" Gua gak bawa uang , Do , duluankanlah pake uangmu . " ujar Rahmat .

" Oooh , habis deh nih duit . " Aldo juga mengeluarkan uang 50 ribu dari dalam dompetnya dan digabungkan dengan uang teman - temannya .

" Nih . " Aldo menyerahkan uang itu pada Ade .

" Nah , gitu donk . Sering - sering ya buat taruh kayak gini . Lumayan buat ngajak jalan pacar gue ke kota . Kalau begitu , gua cabut dulu ya . " Ade menjauh , membiarkan teman - temannya termangu di sana sambil tangannya memegang uang 200 ribu , sungguh senang perasaannya hari ini .

Malam ini , Ade sudah bersiap malam ini untuk mengajak pacarnya belanja ke kota . Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam , itu mengalahkan semua perasaan senang di pikirannya . Yang penting ia bisa keluar bersama pacarnya .

Hanya saja ada yang berbeda . Kesunyian , keheningan begitu pekat dan mencekam . Itu terlihat tak ada satu pun orang yang keluar malam ini . Pikirannya juga berkata demikian . Tapi keinginan yang kuat mengalahkan keraguan yang ada di hatinya , ia tetap bertekad untuk pergi malam ini . Tak peduli apa yang akan terjadi .

Ade juga berjaga - jaga dengan mengendarai sepeda motornya dengan sangat pelan , serta merta matanya juga was - was mengamati apapun yang ada sekitarnya . Dari kejauhan , sorot lampu sepeda motornya , menangkap bayangan seseorang . Bayangan itu terlihat seperti melambai - lambaikan tangan padanya . Ade yang tak yakin dengan apa yang dilihatnya , coba mendatangi pemilik tangan melambai tersebut .

Rupanya pemilik tangan itu adalah seorang wanita . Rambut hitam legam terurai melewati bahu . Bola mata jernih , sedikit sayu memandang kedatangan Ade .

" em-mbak , memanggil saya ? " tanya sedikit gugup .

" Ya mas , Bisa saya minta tolong ? " balasnya lembut terucap dari bibi merah merekah itu .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun