Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penunggu Jalan Angker

23 Januari 2015   21:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam semakin mencekam . Hanya suara jangkrik dan hewan - hewan malam yang mengiringi kesunyian & keheningan . Dua orang lelaki terlihat sedang membicarakan sesuatu yang cukup pelik .

" Sudah kubilang tadi , lebih baik kita menginap , tapi kamunya aja yang ngeyel . Lihat nih , sudah jam 11 malam , pasti setan - setanaudah pada keluar dari sangkarnya .. " Jono nyerocossambil menunjukkan jam tangannya pada Ijan .

" Udahlah Jon , jangan ngomongin setan malam - malam gini . Ngeri tahu . Kalau setan nya bener - bener nongol di depan kita , gimana ?! . " timpal Ijan

" Iya iya .. "

Mereka kembali melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti karena percakapan singkat tadi . Mereka tak tahu bahwa di belakang mereka , sesosok makhluk berpakaian putih berambut panjang melihat mereka yang sedang berjalan . Kuntilanak itu berjalan melayang mengikuti mereka . Mereka merasakan ada yang mengikuti mereka dari belakang .

" Nok ... nok kamu ngerasa gak ada yang ngikutin kita dari belakang ? "

" Iya Jan . Bulu kudukku merinding banget . " sahut Jono .

Kini kuntianak itu berada tepat di belakang mereka . Saat mereka sedang berjalan , langkah kaki mereka tiba - tiba terasa berat .

" Ijan .. Ijan , kakiku kok berat gini ya ?! " teriak Jono .

" Iya Jon .. kakiku juga berat banget ! Ada apa yah ?! " Ijan terlihat semakin panik .

Di tengah kepanikan mereka , kuntilanak yang berada di belakang mereka , tertawa cekikikan . Mereka yang m'rasakan kehadiran sosok itu , hanya bisa terpaku membisu , s'perti patung es . Jantung berdetak tak menentu , keringat dingin bercucuran dari dahi mereka . Bibirkelu , hanya bisa saling beradu pandang . Ingin sekali mereka berlari meninggalkan tempat itu , tapi sekali lagi , badan mereka kaku , susah untuk digerakkan .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun