Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penunggu Jalan Angker

23 Januari 2015   21:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam semakin mencekam . Hanya suara jangkrik dan hewan - hewan malam yang mengiringi kesunyian & keheningan . Dua orang lelaki terlihat sedang membicarakan sesuatu yang cukup pelik .

" Sudah kubilang tadi , lebih baik kita menginap , tapi kamunya aja yang ngeyel . Lihat nih , sudah jam 11 malam , pasti setan - setanaudah pada keluar dari sangkarnya .. " Jono nyerocossambil menunjukkan jam tangannya pada Ijan .

" Udahlah Jon , jangan ngomongin setan malam - malam gini . Ngeri tahu . Kalau setan nya bener - bener nongol di depan kita , gimana ?! . " timpal Ijan

" Iya iya .. "

Mereka kembali melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti karena percakapan singkat tadi . Mereka tak tahu bahwa di belakang mereka , sesosok makhluk berpakaian putih berambut panjang melihat mereka yang sedang berjalan . Kuntilanak itu berjalan melayang mengikuti mereka . Mereka merasakan ada yang mengikuti mereka dari belakang .

" Nok ... nok kamu ngerasa gak ada yang ngikutin kita dari belakang ? "

" Iya Jan . Bulu kudukku merinding banget . " sahut Jono .

Kini kuntianak itu berada tepat di belakang mereka . Saat mereka sedang berjalan , langkah kaki mereka tiba - tiba terasa berat .

" Ijan .. Ijan , kakiku kok berat gini ya ?! " teriak Jono .

" Iya Jon .. kakiku juga berat banget ! Ada apa yah ?! " Ijan terlihat semakin panik .

Di tengah kepanikan mereka , kuntilanak yang berada di belakang mereka , tertawa cekikikan . Mereka yang m'rasakan kehadiran sosok itu , hanya bisa terpaku membisu , s'perti patung es . Jantung berdetak tak menentu , keringat dingin bercucuran dari dahi mereka . Bibirkelu , hanya bisa saling beradu pandang . Ingin sekali mereka berlari meninggalkan tempat itu , tapi sekali lagi , badan mereka kaku , susah untuk digerakkan .

Kepala Ijan bergerak sendiri ke belakang . Alangkah terkejutnya , sosok gaib dengan air muka pucat , bola mata yang hanya terlihat putih nya saja dan rambut panjang kusut menatap garang pada mereka . Rasa takut sudah membuncah di dada  , akhirnya mereka berdua pingsan di tempat itu , sembari kuntilanak itu pergi membiarkan mereka tergeletak tak sadarkan diri .

Pak Harjo akan berangkat ke ladangnya . Diliriknya jam dinding yang terpampang di sana , 06 .30 . Ini lebih cepat dari biasanya . Usai dihabiskannya sarapan nasi putih dan telur dadar , lalu ia berpamitan pada istrinya .

" Bapak pergi ya , bu ! " kata pak Harjo .

" Ya , hati - hati di jalan , Pak . " balas sang istri .

Pak Harjo mengambil capingnya dan diletakkan di atas kepalanya sambil memanggul cangkul di pundak. Ia sudah siap bergulat denagn tanah kering di bawah sengatan panas matahari .

Sembari berjalan , ia menghabiskan waktunya , bersiul dan bersenandung kecil untuk mengisi kesunyian pagi di jalan itu . Dari kejauhan , ia mengamati sesuatu yang tergeletak di atas tanah , di sana .

" Apa itu ? " Pak Harjo menyipitkan matanya , terus berjalan mendekat . Mendekati sesuatu yang mengusik rasa penasarannya itu .

" Astaga ! ini kan ... " rasa penasarannya kini sudah terjawab . Kini , rona wajahnya berganti kepanikan .

" TOLONG ! TOLONG ! ADA ORANG PINGSAN ! TOLONG ! " suaranya kini berkumandang , mengundang warga yang bermukim di sana untuk mendatangi sumber suara itu . Tak terkecuali , yang kebetulan melintasi jalan itu .

Tak butuh waktu lama , Para warga sudah berbondong - bondong mengerubungi Pak Harjo .

" Inikan Ijan & Jono ?! Kenapa mereka bisa ada di sini ?! " tanya salah satu warga dalam kerumunan itu .

" Saya juga gak tahu . Lebih baik , kita bawa ini ke puskesmas . Ayo ! " perintah Pak Harjo . 4 orang laki - laki sukarela membawa 2 pemuda itu ke puskemas .

Berita itu tersiar sampai ke seantero desa . Ada ibu - ibu yang sekedar ngumpul , bergosip , membicarkan seputar kewingitan jalan itu . Tak terkecuali , bapak - bapak bersantai , mengopi di pagi yang menggemparkan ini .

Ya , jalan itu memang terkenal angker . Sejak ditemukannya mayat seorang wanita muda 23 tahun dua bulan lalu , jalan itu sudah dirumorkan memiliki cerita - cerita mistis di dalamnya , termasuk yang dialami oleh Ijan & Jono .

" Aku sih ora percoyo . Mau aja ditakut - takutin sama cerita kayak gitu . " ungkap Ade , remeh , mendengar cerita yang diutarakan temannya itu .

" Ih , ini anak payah banget dikasi tahu . " Andre merasa jengkel mendengar respon temannya .

" Kalian ini sudah hidup di zaman teknologi . Ini udah jamannya IPad , Smartphone , BlackBerry bertebaran di mana - mana . Dan kalian masih percaya sama mitos dan takhayul ? Kampungan ! " celoteh Ade .

" Jangan takabur , De . Kita gak akan pernah tahu siapa yang hidup di dunia ini selain kita manusia . Mungkin ada makhluk lain yang juga hidup berdampingan dengan kita , tapi kita tidak mengetahuinya , kar'na berbeda alam berbeda dimensi . " jelas Rahmat yang berlogat seperti Ustad .

" Terimakasih atas penjelasanmu , pak Ustad . Tapi kau tahu , keluarga kami keluarga terpandang dan berpendidikan di desa ini . Jadi apa kata orang desa nanti kalau kami percaya dengan hal yang seperti itu ? " tutur Ade sambil mengangkat alis tipisnya itu .

" Baiklah Pak guru . Biar sombongmu gak ketinggian gimana kalau kita taruhan ? " sela Aldo yang sedari tadi berniat menantang Ade .

" Taruhan ? Boleh juga tuh . Apa yang mau kalian pertaruhkan ? " jawab Ade enteng .

" Jika kamu bisa membuktikan kalau sebenarnya di jalan itu tidak terjadi apa - apa , masing - masing dari kami akan membayarmu 50 ribu , tapi kalau kami benar tentang adanya hantu di jalan itu , kamu harus meneraktir kami makan mie goreng sekaligus minum jus alpukat di warung Pak Lukman . Gimana De ? "

Ade meminta waktu pada kawannya untuk berpikir sejenak . Hanya beberapa detik , ia sudah menentukan keputusannya .

" Oke . Gue setuju . Gua juga berharap kalian menyiapkan uang kalian jika aku menang . " wajahnya berbinar.

" Deal ? " tanya Aldo .

" Deal ! " balas Ade . Keduanya bersalaman tanda kesepakatan sudah terjalin pada mereka .

" Gila lu , ndo ! Gua ngambil uang dari mana ? " bisik Andre sambil menyikut pinggang Aldo .

" Iya nih , si Aldo . Bukan nanya dulu sama kita . Malah main setuju - setuju aja lo . " omel Rahmat begitu juga Rian di belakangnya .

" Udah tenang aja , pake uang gua aja dulu . Lain hari bisa lu ganti . Lagian gak mungkin dia bisa menang . " ujar Aldo , dia berusaha menenangkan teman - temannya .

" Hey , gua udah bisa pulang belum ? Dari tadi bisik - bisik aja loe pada di belakang . " ucap Ade .

" Ya udah pulang aja . Sampai jumpa besok . " jawab Aldo singkat . Akhirnya , mereka sudah beranjak pergi meninggalkan tempat tongkrongan mereka .

Pagi cerah kini bertukar malam . Ade sudah bersiap apel ke rumah pacarnya yang berada di desa sebelah . Tak lupa , ia menyisir dan mengoleskan sedikit minyak di atas rambut tebalnya itu . Aroma parfum semerbak tercium dari kemeja lengan panjang yang ia kenakan . Diliriknya jam tangannya - 19.30 - inilah waktunya ia berangkat . Dilajukannya Supra X 125 kepunyaannya jauh meninggalkan rumah.

Sudah separuh perjalanan yang ia lewati . Jalan yang menjadi bahan perbincangan orang - orang desa akan dia lewati .

" Inikah jalan yang angker itu ? Biasa saja , tidak ada yang menyeramkan di sini . " Ade membatin sambil memperhatikan keadaan jalan yang gelap gulita tanpa lampu jalan . Di sebelah kiri ditumbuhi pohon - pohon pisang berbuah lebat dan di kanannya pohon - pohon singkong menjulanghampir 2,5 meter .

Setelah puas memandanginya , Ade menambah kecepatan sepeda motornya . Tak ada makhlus halus . Tak ada perasaan merinding . Ia melewati jalan itu dengan ringan , tanpa dibebani rasa takut . Yang ada di pikirannya hanya Indah , pacarnya dan taruhan yang kini sudah ia menangkan , hasilnya akan dia tagih esok kepada Aldo dan teman - temannya .

" Loe gak digangguin sama penunggu jalan itu , De ? " tanya Aldo yang setengah tak percaya dengan apa yang diutarakan Ade .

" Yaelah . Udah gua bilangin itu jalan gak ada apa - apa . Setan yang loe bilang kayak kuntilanak itu bohongan , cuma isapan jempol aja . " Ade mengejek teman - teman yang terlihat kebingungan .

" Serius lu , De ?! " tanya Andre , sekali lagi .

" Gak usah buang - buang waktu , sini , mana janji kalian ?! " Ade mengulurkan tangannya pada Aldo dan teman - temannya .

Aldo memandang ke arah teman - temannya & teman - temannya juga membalas pandang pada Aldo .

" Udah gua bilang , Do . Jangan taruhan , ini malah taruhan . Lihat deh jadi kalah kita kan . " Andre berkata dengan perasaan dongkol pada Aldo .

" Ya gua juga gak nyangka , bro . Di luar dugaan . Mungkin si Ade pake jimat makanya tuh setah gak nongol . " kilah Aldo , membela diri .

" Ya udah sini uang lu pada . " sambung Aldo sambil menagih uang temannya .

" Nih . " Andre menyerahkan uangnya pada Aldo disusul oleh Rian .

" Elo Mat ? "

" Gua gak bawa uang , Do , duluankanlah pake uangmu . " ujar Rahmat .

" Oooh , habis deh nih duit . " Aldo juga mengeluarkan uang 50 ribu dari dalam dompetnya dan digabungkan dengan uang teman - temannya .

" Nih . " Aldo menyerahkan uang itu pada Ade .

" Nah , gitu donk . Sering - sering ya buat taruh kayak gini . Lumayan buat ngajak jalan pacar gue ke kota . Kalau begitu , gua cabut dulu ya . " Ade menjauh , membiarkan teman - temannya termangu di sana sambil tangannya memegang uang 200 ribu , sungguh senang perasaannya hari ini .

Malam ini , Ade sudah bersiap malam ini untuk mengajak pacarnya belanja ke kota . Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam , itu mengalahkan semua perasaan senang di pikirannya . Yang penting ia bisa keluar bersama pacarnya .

Hanya saja ada yang berbeda . Kesunyian , keheningan begitu pekat dan mencekam . Itu terlihat tak ada satu pun orang yang keluar malam ini . Pikirannya juga berkata demikian . Tapi keinginan yang kuat mengalahkan keraguan yang ada di hatinya , ia tetap bertekad untuk pergi malam ini . Tak peduli apa yang akan terjadi .

Ade juga berjaga - jaga dengan mengendarai sepeda motornya dengan sangat pelan , serta merta matanya juga was - was mengamati apapun yang ada sekitarnya . Dari kejauhan , sorot lampu sepeda motornya , menangkap bayangan seseorang . Bayangan itu terlihat seperti melambai - lambaikan tangan padanya . Ade yang tak yakin dengan apa yang dilihatnya , coba mendatangi pemilik tangan melambai tersebut .

Rupanya pemilik tangan itu adalah seorang wanita . Rambut hitam legam terurai melewati bahu . Bola mata jernih , sedikit sayu memandang kedatangan Ade .

" em-mbak , memanggil saya ? " tanya sedikit gugup .

" Ya mas , Bisa saya minta tolong ? " balasnya lembut terucap dari bibi merah merekah itu .

" Minta tolong apa , mbak ? "

" Bisa anterin saya ke rumah yang ada di sana , mas ? " jemarinya lentik menunjuk rumah sederhana yang berada jauh dari mereka .

" Oh bisa , mbak , silahkan . " Ade kembali menaiki sepeda motornya dan wanita itu duduk menyamping di atas jok .

Jalan yang ia lewati begitu mulus tak seperti biasanya , agak berbatu dan licin . Ade tak mau berpikir macam - macam . Sekarang ia sedang konsentrasi pada sepeda motornya . Berasa kejatuhan buah durian , wanita yang diboncengnya cantik parasnya dan mempunyai lekuk tubuh yang menggoda , sehingga ia lupa pada tujuan awalnya .

Tibalah mereka berdua di rumah tersebut .

" Ayo mas , mampir dulu . " ajak sang wanita .

" Ya , mbak . "  Ade langsung masuk begitu wanita sudah membuka pintu rumahnya .

Ade tak kuasa menolak ajakan sang wanita , ia membiarkan dirinya menuruti apa yang diperintahkan wanita itu .

" Silakan duduk mas . " ujar wanita itu smabil meletakkan tas gendongnya di atas meja . Ade menarik kursi yang berada dalam meja makan tersebut .

Wanita itu masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti baju . Sementara itu , Ade duduk sambil memandangi ruang itu . Tak terlalu besar , hanya memuat sebuah televisi 21 inch , meja makan , sebuah kamar tidur dan kamar mandi , terakhir ruang dapur , cukup sederhana .

Tak sampai 5 menit , wanita itu sudah berdiri di hadapannya . Ia mengenakan piyama dan celana pendek berwarna hijau muda , kontras sekali dengan warna kulitnya putih merona , membuat penampilannya begitu anggun  .

" Kamu lapar ? " kata wanita itu .

" I-i-ya , mbak . " Ade menjawab agak terbata . Ia tersentak karena suara wanita itu . Dia berharap semoga saja dirinya tidak tertangkap basah sedang mengagumi keindahan tubuh wanita itu .

Wanita itu pergi ke dapur , berbalik badan , membelakangi Ade . Sebentar saja , wanita itu sudah datang membawa sepiring nasi , lauk pauk serta segelas air putih , semua lengkap .

" Ini silakan dimakan . "

" Terimakasih . "

Tanpa rasa ragu , Ade menyantap hidangan yang sudah disuguhkan padanya .

" Jangan panggil saya mbak , panggil saja saya Wina . Ngomong - ngomong namamu siapa ? " ujar wanita itu .

" Namaku Ade . Ade Nugraha . " jawab Budi setelah ia memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya .

Wina menarik kursi yang berada di meja makan itu dan duduk berhadapan dengan Ade . Melihat Wina berada di hadapannya , membuat Ade jadi salah tingkah .

" Loh , k'napa bengong mas ? "

" Enggak , aku juga terpesona sama kecantikan kamu aja , Win . " Ade menanggapi pertanyaan Wina dengan sedikit godaan .

" Ah , mas ini bisa aja ngegombalnya . " Wajah Wina memerah .

" Tapi ke mana ayah sama ibu kamu , Win ?

" Mereka berdua sudah meninggal dunia . " balas Wina denagn wajah menekuk .

" Ups maaf , aku tak bermaksud .. "

" Tak apa .

Ade cukup menyesal mengutarakan pertanyaan itu . Dia  tak bermaksud menyinggung perasaan Wina dan berharap dia tak sakit hati .

" Apa kamu gak takut tinggal sendiri di sini , Win ? "

" Enggak tuh . Lagipula aku sudah lama tinggal di sini dan tak ada satupun makhluk halus yang menggangguku . " tegas Wina .

Mendengar penjelasan Wina , membuat hatinya tenang . Sebelumnya , angin malam bertiup pelan menyentuh kulit dan membuat bulu kuduknya meremang . Ditambah lagi , ada sensasi aneh yang ditangkap oleh 'feeling'nya sewaktu Wina duduk di hadapannya . Dirinya merasa dimata - matai oleh sosok tak kasat mata di s'luruh sudut ruang . Ia merasa diawasi .

" Aku juga merasa seperti itu , tapi apa kamu tidak khawatir jika sewaktu - waktu ada pencuri yang masuk ke dalam rumah ini ? " Ade berusaha mencari tahu .

" Buat apa mereka mencuri ? Memangnya apa yang bisa diambil dari rumah ini ? "

Ade mengamati sejenak apa yang ada di dalam rumah itu . Seperti yang dilihat dilihatnya tadi , tak ada barang berharga yang dijumpainya , barangkali hanya TV 21 inch yang berada di ruang tamu .

" Tak ada . " jawab Ade singkat .

" Kau tahu , tentang berita seorang gadis yang diperkosa , dibunuh , dan mayatnya dibuang ke kebun pisang ? "

" Berita itu , kejadian dua bulan lalu kan ? "

" Ya , tepat sekali . Kau tahu ceritanya ?  " Ade mengangguk pelan .

" Tentu saja , biar kuceritakan . Waktu itu , dia baru saja pulang malam dari tempat kerjanya di sebuah supermarket . Suasana jalan sangat sunyi , gelap , tak ada satu pun penerangan yang bisa dijadikan penuntun , hanya saja keberuntungan berpihak padanya , sinar bulan purnamamembuat jalan itu menjadi sedikit terlihat .

Namun ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang dikuntit karena ia fokus dengan jalan samar - samar tersebut . Mereka berjumlah 5 lima orang dan salah satunya berhasil membekap gadis itu dan menyeretnya ke dalam kebun pisang yang ada di sana . Ia menjerit dan berusaha melakukan perlawanan dengan mengigit tangan penculik itu , tapi sama sekali tak berguna . Nafsu birahi mereka sudah di atas ubun - ubun . Ketika mereka sudah menemukan tempat yang cocok , mereka mulai memegangi kedua tangan dan kaki dan di situlah awal perbuatan bejad mereka lampiaskan . Dia hanya bisa menangis , menyesal dalam cengkraman birahi para pemerkosa itu .

Usai menuntaskan nafsu , mereka membantainya bergiliran dengan maksud menghilangkan jejak dan membuang mayatnya ke kebun pisang yang berada di seberang jalan . Keesokan paginya , salah satu warga melihat ada ceceran darah yang mengarah ke kebun pisang , dia penasaran dan mengikuti jejak itu dan menemukan mayat seorang wanita yang tewas secara mengenaskan . " ungkap Wina dengan tatapan nanar pada Ade .

Ade hanya menyimak cerita Wina dengan antusias . Di balik itu semua , degupan jantung muai berdetak kencang antara marah , benci dan kesal , mendengar seorang wanita yang diperkosa dan dibunuh secara keji , membuatnya tak habis pikir kenapa ada orang - orang yang berbuat setega itu dan berharap polisi yang menangani kasus tersebut bisa memberikan hukuman setimpal bagi para pemerkosa itu .

" Tunggu dulu , kenapa kau bisa mengetahui detil - detil cerita pembunuhan tersebut ? " sela Ade .

" Karena ... " Wina menggantung omongannya .

Ade makin penasaran dengan apa yang hendak dikatakan Wina dan berharap bisa mendapatkan jawaban tepat dari dirinya .

" Sekarang dia berada di hadapanmu ... " Wina menunjukkan seringainya yang menyeramkan itu .

Ade terlonjak mendengar jawaban Wina . Ia tak menduga kalau korban pemerkosaan dan pembunuhan yang diceritakannya kini ada di hadapannya . Saat ia kembali melihat makanannya , secara gaib , nasi , lauk - pauk , dan sayuran di piring sekejap berubah menjadi tanah hitam , batu kerikil dan sekumpulan cacing yang menggeliat di dalam tanah itu . Sadar makanan yang ia makan t'lah berubah , Ade mulai merasakan mual - mual. Ia tak bisa membayangkan kenapa ia bisa memasukkan benda menjijikkan itu ke dalam perutnya . Ade memukul - mukul perutnya supaya makanan yang ia makan keluar , namun usaha percuma .

Dilihatnya , air minum dalam gelas itu juga berubah menjadi darah berbau amis yang menyengat penciumannya . Ade terbatuk - batuk dan mengeluarkan muntahan kerikil , tanah , dan cacing yang masih menggeliat geli . Ade menangis sejadinya , mengutuki diri kenapa ia terpedaya oleh ajakan wanita tersebut .

Melihat Ade yang kewalahan , Wina tertunduk dan tertawa terbahak - bahak , suara tawanya membuat nyali Ade semakin menciut .

" HAHAHAHAHAHAAAA "

Wina mendongakkan wajahnya , tak terlihat lagi paras wajah cantik dan ayu , sekarang yang ada kulit wajah yang sudah membusuk dan mengelupas serta bola mata yang hanya terlihat bagian putihnya saja .

" Mau kemana kau ?!! " desisnya dari bibir pucat itu .

Ade bangkit dan beralih menuju pintu keluar . Terkunci . Dia menggedor - gedor dan menobrak pintu , berharap ia tak ingin berlama - lama tinggal bersama makhluk yang menyeramkan itu .

" BUKA ! BUKAAA!!! "Ade menjerit , tangannya tak henti - henti memukul pintu . Sementara itu , makhluk menyeramkan itu sudah semakin mendekat , terus mendekat . Ia melayang sambil memberikan seringai lebar pada Ade .

" Mau kemana , bang ?!!Temani adek di sini . Adek kesepian ... Hihihiiiii !! "

Pikirannya kalut . Ia tak tahu lagi bagaimana caranya meloloskan diri makhluk itu . Tak sengaja , Hembusan angin malam membuat jendela yang berada di samping pintu terbuka lebar . Ia tak ingin menyiakan kesempatan itu langsung menaiki jendela dan melompat keluar .

Di luar , Ade masih berlari - lari pontang panting . Rumah sederhana itu menghilang sekejap mata memandang . Yang ada hanya hamparan kebun singkong yang menjulang tinggi dan ia berada di dalamnya . Ade masih terus berlari kocar - kacir , menghindar dari kejaran makhluk halus itu . Ia tak memperdulikan di mana ia letakkan sepeda motornya , bisakeluar hidup - hidup dari kebun itu sajasudah suatu keajaiban .

" Hihiihiiiiii ...." suara cekikikan itu masih saja terdengar sedangkan Ade masih bergumul , menerobos kerasnya batang singkong yang menghantam tangan dan badannya . Rasa sakit di tubuhnya sudah menjelma menjadi kekalutan tiada banding , hanya Ade yang bisa merasakannya .

" Tolong ! tolong ! " Ade menjerit barangkali ada seseorang yang tengah berjalan mendengar suaranya dan berniat menolongnya .

Ade sudah keluar dari kebun itu . Napasnya tersengal , keringat dingin mengucur deras dari dahinya , matanya nanar menatap sekitarnya , remang - remang . Matanya tak sengaja tertuju pada sosok laki - laki yang sedang berjalan membelakanginya .

" Hey , tungggu ! " senggaknya sambil berjalan menghampiri sosok itu .

" Apa kau tahu di mana jalan menuju Desa Karang Sari ? " tanya Ade pada lelaki itu .

" Saya tidak tahu . " singkatnya .

" Kau tidak punya sopan santun ya ?! Kalau ditanya, wajahmu menghadap ke orang yang menanya dong , bukan malah membelakangi . " senggak Ade .

" Maaf bang , bukannya saya tidak sopan , tapi ... "

" Tapi apa ?! " senggaknya lagi .

" Wajah saya tidak ada . " sahut lelaki itu sambil membalikkan badannya .

Belum hilang rasa shock bertemu dengan kuntilanak , dirinya harus bertemu dengan makhluk halus berwajah rata . Habis jatuh tertimpa tangga , kesialan yang dialaminya seperti tiada habisnya . Bibirnya kelu tak sanggup mengeluarkan kata - kata untuk mengekspresikan kengerian yang mengelilinginya . Ingin sekali beranjak dari sana , kakinya membeku , seluruh sendi - sendinya mati . Tak satu gerakan pun bisa ia lakukan . Kaku .

Bola matanya melirik lagi sosok kuntilanak yang mengejar kini sudah ada di belakangnya . Tersirat rasa puas , bisa bertemu dengan 'mangsa'nya lagi . Kuntilanak itu tersenyum ngeri , sekarang ia terkepung . Ade hanya bisa terkencing - kencing menahan ketakutan yang kini berkali - kali lipat di dadanya .

" Aaaaaaaaaaaaaa .... " pekiknya meledak dan tubuhnya ambruk di atas tanah .

Paginya , Aldo sedang mengayuh sepeda onthelnya menuju ke sawah . Ia terperanjat melihat temannya , Ade , tertelungkup di atas tanah .

" De ?! Bangun , De ! " jeritnya sambil menepuk pipi kiri dan kanan temannya , namun ia tak kunjung sadarkan diri .

Kemudian , Aldo dan satu orang yang dijumpainya , memapah Ade menuju rumahnya yang berjarak 300 meter dari jalan itu .

Tiba di rumahnya , ibunya histeris mendapati anaknya tak sadarkan diri . Aldo menyuruh ibunya Ade membawa air hangat dalam baskom beserta kain kompres karena Aldo merasakan badan Ade yang begitu dingin karena tergeletak di jalan semalaman .

Rina yang mengetahui abangnya sudah berada di rumah , mendatangi abangnya yang masih pingsan diletakkan di ats sofa ruang tamu . Ibunya sedang mengompres kening dan leher anaknya berulang kali sampai ia siuman .

Sudah 5 menit berlalu dan akhirnya Ade sadarkan diri .

" SETAN ! SETAN ! " Ade memekik keras melihat kuntilanak yang dijumpainya tadi malam berada di belakang ibunya .

" Ini ibu nak , tenanglah . " Shandy , ibunya Ade , berusaha menenangkan putranya yang terlihat gelisah dan meracau tak karuan . Air matanya mulai menetes dari pelupuk matanya membasahi pipinya yang kering itu .

Lagi , kuntilanak itu terus menyeriangi sambil mendekat ke arahnya .

" SETAN BU ! ADA SETAN DI BELAKANG IBU ! USIR DIA IBU , USIRRR !!! " pekiknya semakin menjadi - jadi saat kuntilanak itu makin medekat , Ade melompat dari sofa dan menjerit - jerit histeris menuju luar rumah .

Melihat keadaan Ade yang mengkhawatirkan , mereka berlari menyusul Ade . Mereka tak ingin Ade melakukan sesuatu di luar kesadarannya .

Sejak peristiwa itu , Ade mengalami penyakit jiwa yang berat , sejenis schcoferniza membuat dia tak bisa membedakan mana kenyataan mana ilusi . Ade selalu menejerit - jerit tak karuan , ia mengatakan bahwa dirinya selalu dikejar - kejar oleh makhluk - makhluk halus tak kasat mata . Mereka tak tahu ,  sampai kapan Ade harus mengalami penderitaan s'perti ini , ibundanya s'lalu berdoa untuk kesembuhan anaknya , mungkin sampai ajal menjemput nyawa anaknya ...

The end

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun