Malam semakin mencekam . Hanya suara jangkrik dan hewan - hewan malam yang mengiringi kesunyian & keheningan . Dua orang lelaki terlihat sedang membicarakan sesuatu yang cukup pelik .
" Sudah kubilang tadi , lebih baik kita menginap , tapi kamunya aja yang ngeyel . Lihat nih , sudah jam 11 malam , pasti setan - setanaudah pada keluar dari sangkarnya .. " Jono nyerocossambil menunjukkan jam tangannya pada Ijan .
" Udahlah Jon , jangan ngomongin setan malam - malam gini . Ngeri tahu . Kalau setan nya bener - bener nongol di depan kita , gimana ?! . " timpal Ijan
" Iya iya .. "
Mereka kembali melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti karena percakapan singkat tadi . Mereka tak tahu bahwa di belakang mereka , sesosok makhluk berpakaian putih berambut panjang melihat mereka yang sedang berjalan . Kuntilanak itu berjalan melayang mengikuti mereka . Mereka merasakan ada yang mengikuti mereka dari belakang .
" Nok ... nok kamu ngerasa gak ada yang ngikutin kita dari belakang ? "
" Iya Jan . Bulu kudukku merinding banget . " sahut Jono .
Kini kuntianak itu berada tepat di belakang mereka . Saat mereka sedang berjalan , langkah kaki mereka tiba - tiba terasa berat .
" Ijan .. Ijan , kakiku kok berat gini ya ?! " teriak Jono .
" Iya Jon .. kakiku juga berat banget ! Ada apa yah ?! " Ijan terlihat semakin panik .
Di tengah kepanikan mereka , kuntilanak yang berada di belakang mereka , tertawa cekikikan . Mereka yang m'rasakan kehadiran sosok itu , hanya bisa terpaku membisu , s'perti patung es . Jantung berdetak tak menentu , keringat dingin bercucuran dari dahi mereka . Bibirkelu , hanya bisa saling beradu pandang . Ingin sekali mereka berlari meninggalkan tempat itu , tapi sekali lagi , badan mereka kaku , susah untuk digerakkan .
Kepala Ijan bergerak sendiri ke belakang . Alangkah terkejutnya , sosok gaib dengan air muka pucat , bola mata yang hanya terlihat putih nya saja dan rambut panjang kusut menatap garang pada mereka . Rasa takut sudah membuncah di dada  , akhirnya mereka berdua pingsan di tempat itu , sembari kuntilanak itu pergi membiarkan mereka tergeletak tak sadarkan diri .
Pak Harjo akan berangkat ke ladangnya . Diliriknya jam dinding yang terpampang di sana , 06 .30 . Ini lebih cepat dari biasanya . Usai dihabiskannya sarapan nasi putih dan telur dadar , lalu ia berpamitan pada istrinya .
" Bapak pergi ya , bu ! " kata pak Harjo .
" Ya , hati - hati di jalan , Pak . " balas sang istri .
Pak Harjo mengambil capingnya dan diletakkan di atas kepalanya sambil memanggul cangkul di pundak. Ia sudah siap bergulat denagn tanah kering di bawah sengatan panas matahari .
Sembari berjalan , ia menghabiskan waktunya , bersiul dan bersenandung kecil untuk mengisi kesunyian pagi di jalan itu . Dari kejauhan , ia mengamati sesuatu yang tergeletak di atas tanah , di sana .
" Apa itu ? " Pak Harjo menyipitkan matanya , terus berjalan mendekat . Mendekati sesuatu yang mengusik rasa penasarannya itu .
" Astaga ! ini kan ... " rasa penasarannya kini sudah terjawab . Kini , rona wajahnya berganti kepanikan .
" TOLONG ! TOLONG ! ADA ORANG PINGSAN ! TOLONG ! " suaranya kini berkumandang , mengundang warga yang bermukim di sana untuk mendatangi sumber suara itu . Tak terkecuali , yang kebetulan melintasi jalan itu .
Tak butuh waktu lama , Para warga sudah berbondong - bondong mengerubungi Pak Harjo .
" Inikan Ijan & Jono ?! Kenapa mereka bisa ada di sini ?! " tanya salah satu warga dalam kerumunan itu .
" Saya juga gak tahu . Lebih baik , kita bawa ini ke puskesmas . Ayo ! " perintah Pak Harjo . 4 orang laki - laki sukarela membawa 2 pemuda itu ke puskemas .
Berita itu tersiar sampai ke seantero desa . Ada ibu - ibu yang sekedar ngumpul , bergosip , membicarkan seputar kewingitan jalan itu . Tak terkecuali , bapak - bapak bersantai , mengopi di pagi yang menggemparkan ini .
Ya , jalan itu memang terkenal angker . Sejak ditemukannya mayat seorang wanita muda 23 tahun dua bulan lalu , jalan itu sudah dirumorkan memiliki cerita - cerita mistis di dalamnya , termasuk yang dialami oleh Ijan & Jono .
" Aku sih ora percoyo . Mau aja ditakut - takutin sama cerita kayak gitu . " ungkap Ade , remeh , mendengar cerita yang diutarakan temannya itu .
" Ih , ini anak payah banget dikasi tahu . " Andre merasa jengkel mendengar respon temannya .
" Kalian ini sudah hidup di zaman teknologi . Ini udah jamannya IPad , Smartphone , BlackBerry bertebaran di mana - mana . Dan kalian masih percaya sama mitos dan takhayul ? Kampungan ! " celoteh Ade .
" Jangan takabur , De . Kita gak akan pernah tahu siapa yang hidup di dunia ini selain kita manusia . Mungkin ada makhluk lain yang juga hidup berdampingan dengan kita , tapi kita tidak mengetahuinya , kar'na berbeda alam berbeda dimensi . " jelas Rahmat yang berlogat seperti Ustad .
" Terimakasih atas penjelasanmu , pak Ustad . Tapi kau tahu , keluarga kami keluarga terpandang dan berpendidikan di desa ini . Jadi apa kata orang desa nanti kalau kami percaya dengan hal yang seperti itu ? " tutur Ade sambil mengangkat alis tipisnya itu .
" Baiklah Pak guru . Biar sombongmu gak ketinggian gimana kalau kita taruhan ? " sela Aldo yang sedari tadi berniat menantang Ade .
" Taruhan ? Boleh juga tuh . Apa yang mau kalian pertaruhkan ? " jawab Ade enteng .
" Jika kamu bisa membuktikan kalau sebenarnya di jalan itu tidak terjadi apa - apa , masing - masing dari kami akan membayarmu 50 ribu , tapi kalau kami benar tentang adanya hantu di jalan itu , kamu harus meneraktir kami makan mie goreng sekaligus minum jus alpukat di warung Pak Lukman . Gimana De ? "
Ade meminta waktu pada kawannya untuk berpikir sejenak . Hanya beberapa detik , ia sudah menentukan keputusannya .
" Oke . Gue setuju . Gua juga berharap kalian menyiapkan uang kalian jika aku menang . " wajahnya berbinar.
" Deal ? " tanya Aldo .
" Deal ! " balas Ade . Keduanya bersalaman tanda kesepakatan sudah terjalin pada mereka .
" Gila lu , ndo ! Gua ngambil uang dari mana ? " bisik Andre sambil menyikut pinggang Aldo .
" Iya nih , si Aldo . Bukan nanya dulu sama kita . Malah main setuju - setuju aja lo . " omel Rahmat begitu juga Rian di belakangnya .
" Udah tenang aja , pake uang gua aja dulu . Lain hari bisa lu ganti . Lagian gak mungkin dia bisa menang . " ujar Aldo , dia berusaha menenangkan teman - temannya .
" Hey , gua udah bisa pulang belum ? Dari tadi bisik - bisik aja loe pada di belakang . " ucap Ade .
" Ya udah pulang aja . Sampai jumpa besok . " jawab Aldo singkat . Akhirnya , mereka sudah beranjak pergi meninggalkan tempat tongkrongan mereka .
Pagi cerah kini bertukar malam . Ade sudah bersiap apel ke rumah pacarnya yang berada di desa sebelah . Tak lupa , ia menyisir dan mengoleskan sedikit minyak di atas rambut tebalnya itu . Aroma parfum semerbak tercium dari kemeja lengan panjang yang ia kenakan . Diliriknya jam tangannya - 19.30 - inilah waktunya ia berangkat . Dilajukannya Supra X 125 kepunyaannya jauh meninggalkan rumah.
Sudah separuh perjalanan yang ia lewati . Jalan yang menjadi bahan perbincangan orang - orang desa akan dia lewati .
" Inikah jalan yang angker itu ? Biasa saja , tidak ada yang menyeramkan di sini . " Ade membatin sambil memperhatikan keadaan jalan yang gelap gulita tanpa lampu jalan . Di sebelah kiri ditumbuhi pohon - pohon pisang berbuah lebat dan di kanannya pohon - pohon singkong menjulanghampir 2,5 meter .
Setelah puas memandanginya , Ade menambah kecepatan sepeda motornya . Tak ada makhlus halus . Tak ada perasaan merinding . Ia melewati jalan itu dengan ringan , tanpa dibebani rasa takut . Yang ada di pikirannya hanya Indah , pacarnya dan taruhan yang kini sudah ia menangkan , hasilnya akan dia tagih esok kepada Aldo dan teman - temannya .
" Loe gak digangguin sama penunggu jalan itu , De ? " tanya Aldo yang setengah tak percaya dengan apa yang diutarakan Ade .
" Yaelah . Udah gua bilangin itu jalan gak ada apa - apa . Setan yang loe bilang kayak kuntilanak itu bohongan , cuma isapan jempol aja . " Ade mengejek teman - teman yang terlihat kebingungan .
" Serius lu , De ?! " tanya Andre , sekali lagi .
" Gak usah buang - buang waktu , sini , mana janji kalian ?! " Ade mengulurkan tangannya pada Aldo dan teman - temannya .
Aldo memandang ke arah teman - temannya & teman - temannya juga membalas pandang pada Aldo .
" Udah gua bilang , Do . Jangan taruhan , ini malah taruhan . Lihat deh jadi kalah kita kan . " Andre berkata dengan perasaan dongkol pada Aldo .
" Ya gua juga gak nyangka , bro . Di luar dugaan . Mungkin si Ade pake jimat makanya tuh setah gak nongol . " kilah Aldo , membela diri .
" Ya udah sini uang lu pada . " sambung Aldo sambil menagih uang temannya .
" Nih . " Andre menyerahkan uangnya pada Aldo disusul oleh Rian .
" Elo Mat ? "
" Gua gak bawa uang , Do , duluankanlah pake uangmu . " ujar Rahmat .
" Oooh , habis deh nih duit . " Aldo juga mengeluarkan uang 50 ribu dari dalam dompetnya dan digabungkan dengan uang teman - temannya .
" Nih . " Aldo menyerahkan uang itu pada Ade .
" Nah , gitu donk . Sering - sering ya buat taruh kayak gini . Lumayan buat ngajak jalan pacar gue ke kota . Kalau begitu , gua cabut dulu ya . " Ade menjauh , membiarkan teman - temannya termangu di sana sambil tangannya memegang uang 200 ribu , sungguh senang perasaannya hari ini .
Malam ini , Ade sudah bersiap malam ini untuk mengajak pacarnya belanja ke kota . Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam , itu mengalahkan semua perasaan senang di pikirannya . Yang penting ia bisa keluar bersama pacarnya .
Hanya saja ada yang berbeda . Kesunyian , keheningan begitu pekat dan mencekam . Itu terlihat tak ada satu pun orang yang keluar malam ini . Pikirannya juga berkata demikian . Tapi keinginan yang kuat mengalahkan keraguan yang ada di hatinya , ia tetap bertekad untuk pergi malam ini . Tak peduli apa yang akan terjadi .
Ade juga berjaga - jaga dengan mengendarai sepeda motornya dengan sangat pelan , serta merta matanya juga was - was mengamati apapun yang ada sekitarnya . Dari kejauhan , sorot lampu sepeda motornya , menangkap bayangan seseorang . Bayangan itu terlihat seperti melambai - lambaikan tangan padanya . Ade yang tak yakin dengan apa yang dilihatnya , coba mendatangi pemilik tangan melambai tersebut .
Rupanya pemilik tangan itu adalah seorang wanita . Rambut hitam legam terurai melewati bahu . Bola mata jernih , sedikit sayu memandang kedatangan Ade .
" em-mbak , memanggil saya ? " tanya sedikit gugup .
" Ya mas , Bisa saya minta tolong ? " balasnya lembut terucap dari bibi merah merekah itu .
" Minta tolong apa , mbak ? "
" Bisa anterin saya ke rumah yang ada di sana , mas ? " jemarinya lentik menunjuk rumah sederhana yang berada jauh dari mereka .
" Oh bisa , mbak , silahkan . " Ade kembali menaiki sepeda motornya dan wanita itu duduk menyamping di atas jok .
Jalan yang ia lewati begitu mulus tak seperti biasanya , agak berbatu dan licin . Ade tak mau berpikir macam - macam . Sekarang ia sedang konsentrasi pada sepeda motornya . Berasa kejatuhan buah durian , wanita yang diboncengnya cantik parasnya dan mempunyai lekuk tubuh yang menggoda , sehingga ia lupa pada tujuan awalnya .
Tibalah mereka berdua di rumah tersebut .
" Ayo mas , mampir dulu . " ajak sang wanita .
" Ya , mbak . "Â Ade langsung masuk begitu wanita sudah membuka pintu rumahnya .
Ade tak kuasa menolak ajakan sang wanita , ia membiarkan dirinya menuruti apa yang diperintahkan wanita itu .
" Silakan duduk mas . " ujar wanita itu smabil meletakkan tas gendongnya di atas meja . Ade menarik kursi yang berada dalam meja makan tersebut .
Wanita itu masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti baju . Sementara itu , Ade duduk sambil memandangi ruang itu . Tak terlalu besar , hanya memuat sebuah televisi 21 inch , meja makan , sebuah kamar tidur dan kamar mandi , terakhir ruang dapur , cukup sederhana .
Tak sampai 5 menit , wanita itu sudah berdiri di hadapannya . Ia mengenakan piyama dan celana pendek berwarna hijau muda , kontras sekali dengan warna kulitnya putih merona , membuat penampilannya begitu anggun .
" Kamu lapar ? " kata wanita itu .
" I-i-ya , mbak . " Ade menjawab agak terbata . Ia tersentak karena suara wanita itu . Dia berharap semoga saja dirinya tidak tertangkap basah sedang mengagumi keindahan tubuh wanita itu .
Wanita itu pergi ke dapur , berbalik badan , membelakangi Ade . Sebentar saja , wanita itu sudah datang membawa sepiring nasi , lauk pauk serta segelas air putih , semua lengkap .
" Ini silakan dimakan . "
" Terimakasih . "
Tanpa rasa ragu , Ade menyantap hidangan yang sudah disuguhkan padanya .
" Jangan panggil saya mbak , panggil saja saya Wina . Ngomong - ngomong namamu siapa ? " ujar wanita itu .
" Namaku Ade . Ade Nugraha . " jawab Budi setelah ia memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya .
Wina menarik kursi yang berada di meja makan itu dan duduk berhadapan dengan Ade . Melihat Wina berada di hadapannya , membuat Ade jadi salah tingkah .
" Loh , k'napa bengong mas ? "
" Enggak , aku juga terpesona sama kecantikan kamu aja , Win . " Ade menanggapi pertanyaan Wina dengan sedikit godaan .
" Ah , mas ini bisa aja ngegombalnya . " Wajah Wina memerah .
" Tapi ke mana ayah sama ibu kamu , Win ?
" Mereka berdua sudah meninggal dunia . " balas Wina denagn wajah menekuk .
" Ups maaf , aku tak bermaksud .. "
" Tak apa .
Ade cukup menyesal mengutarakan pertanyaan itu . Dia tak bermaksud menyinggung perasaan Wina dan berharap dia tak sakit hati .
" Apa kamu gak takut tinggal sendiri di sini , Win ? "
" Enggak tuh . Lagipula aku sudah lama tinggal di sini dan tak ada satupun makhluk halus yang menggangguku . " tegas Wina .
Mendengar penjelasan Wina , membuat hatinya tenang . Sebelumnya , angin malam bertiup pelan menyentuh kulit dan membuat bulu kuduknya meremang . Ditambah lagi , ada sensasi aneh yang ditangkap oleh 'feeling'nya sewaktu Wina duduk di hadapannya . Dirinya merasa dimata - matai oleh sosok tak kasat mata di s'luruh sudut ruang . Ia merasa diawasi .
" Aku juga merasa seperti itu , tapi apa kamu tidak khawatir jika sewaktu - waktu ada pencuri yang masuk ke dalam rumah ini ? " Ade berusaha mencari tahu .
" Buat apa mereka mencuri ? Memangnya apa yang bisa diambil dari rumah ini ? "
Ade mengamati sejenak apa yang ada di dalam rumah itu . Seperti yang dilihat dilihatnya tadi , tak ada barang berharga yang dijumpainya , barangkali hanya TV 21 inch yang berada di ruang tamu .
" Tak ada . " jawab Ade singkat .
" Kau tahu , tentang berita seorang gadis yang diperkosa , dibunuh , dan mayatnya dibuang ke kebun pisang ? "
" Berita itu , kejadian dua bulan lalu kan ? "
" Ya , tepat sekali . Kau tahu ceritanya ? Â " Ade mengangguk pelan .
" Tentu saja , biar kuceritakan . Waktu itu , dia baru saja pulang malam dari tempat kerjanya di sebuah supermarket . Suasana jalan sangat sunyi , gelap , tak ada satu pun penerangan yang bisa dijadikan penuntun , hanya saja keberuntungan berpihak padanya , sinar bulan purnamamembuat jalan itu menjadi sedikit terlihat .
Namun ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang dikuntit karena ia fokus dengan jalan samar - samar tersebut . Mereka berjumlah 5 lima orang dan salah satunya berhasil membekap gadis itu dan menyeretnya ke dalam kebun pisang yang ada di sana . Ia menjerit dan berusaha melakukan perlawanan dengan mengigit tangan penculik itu , tapi sama sekali tak berguna . Nafsu birahi mereka sudah di atas ubun - ubun . Ketika mereka sudah menemukan tempat yang cocok , mereka mulai memegangi kedua tangan dan kaki dan di situlah awal perbuatan bejad mereka lampiaskan . Dia hanya bisa menangis , menyesal dalam cengkraman birahi para pemerkosa itu .
Usai menuntaskan nafsu , mereka membantainya bergiliran dengan maksud menghilangkan jejak dan membuang mayatnya ke kebun pisang yang berada di seberang jalan . Keesokan paginya , salah satu warga melihat ada ceceran darah yang mengarah ke kebun pisang , dia penasaran dan mengikuti jejak itu dan menemukan mayat seorang wanita yang tewas secara mengenaskan . " ungkap Wina dengan tatapan nanar pada Ade .
Ade hanya menyimak cerita Wina dengan antusias . Di balik itu semua , degupan jantung muai berdetak kencang antara marah , benci dan kesal , mendengar seorang wanita yang diperkosa dan dibunuh secara keji , membuatnya tak habis pikir kenapa ada orang - orang yang berbuat setega itu dan berharap polisi yang menangani kasus tersebut bisa memberikan hukuman setimpal bagi para pemerkosa itu .
" Tunggu dulu , kenapa kau bisa mengetahui detil - detil cerita pembunuhan tersebut ? " sela Ade .
" Karena ... " Wina menggantung omongannya .
Ade makin penasaran dengan apa yang hendak dikatakan Wina dan berharap bisa mendapatkan jawaban tepat dari dirinya .
" Sekarang dia berada di hadapanmu ... " Wina menunjukkan seringainya yang menyeramkan itu .
Ade terlonjak mendengar jawaban Wina . Ia tak menduga kalau korban pemerkosaan dan pembunuhan yang diceritakannya kini ada di hadapannya . Saat ia kembali melihat makanannya , secara gaib , nasi , lauk - pauk , dan sayuran di piring sekejap berubah menjadi tanah hitam , batu kerikil dan sekumpulan cacing yang menggeliat di dalam tanah itu . Sadar makanan yang ia makan t'lah berubah , Ade mulai merasakan mual - mual. Ia tak bisa membayangkan kenapa ia bisa memasukkan benda menjijikkan itu ke dalam perutnya . Ade memukul - mukul perutnya supaya makanan yang ia makan keluar , namun usaha percuma .
Dilihatnya , air minum dalam gelas itu juga berubah menjadi darah berbau amis yang menyengat penciumannya . Ade terbatuk - batuk dan mengeluarkan muntahan kerikil , tanah , dan cacing yang masih menggeliat geli . Ade menangis sejadinya , mengutuki diri kenapa ia terpedaya oleh ajakan wanita tersebut .
Melihat Ade yang kewalahan , Wina tertunduk dan tertawa terbahak - bahak , suara tawanya membuat nyali Ade semakin menciut .
" HAHAHAHAHAHAAAA "
Wina mendongakkan wajahnya , tak terlihat lagi paras wajah cantik dan ayu , sekarang yang ada kulit wajah yang sudah membusuk dan mengelupas serta bola mata yang hanya terlihat bagian putihnya saja .
" Mau kemana kau ?!! " desisnya dari bibir pucat itu .
Ade bangkit dan beralih menuju pintu keluar . Terkunci . Dia menggedor - gedor dan menobrak pintu , berharap ia tak ingin berlama - lama tinggal bersama makhluk yang menyeramkan itu .
" BUKA ! BUKAAA!!! "Ade menjerit , tangannya tak henti - henti memukul pintu . Sementara itu , makhluk menyeramkan itu sudah semakin mendekat , terus mendekat . Ia melayang sambil memberikan seringai lebar pada Ade .
" Mau kemana , bang ?!!Temani adek di sini . Adek kesepian ... Hihihiiiii !! "
Pikirannya kalut . Ia tak tahu lagi bagaimana caranya meloloskan diri makhluk itu . Tak sengaja , Hembusan angin malam membuat jendela yang berada di samping pintu terbuka lebar . Ia tak ingin menyiakan kesempatan itu langsung menaiki jendela dan melompat keluar .
Di luar , Ade masih berlari - lari pontang panting . Rumah sederhana itu menghilang sekejap mata memandang . Yang ada hanya hamparan kebun singkong yang menjulang tinggi dan ia berada di dalamnya . Ade masih terus berlari kocar - kacir , menghindar dari kejaran makhluk halus itu . Ia tak memperdulikan di mana ia letakkan sepeda motornya , bisakeluar hidup - hidup dari kebun itu sajasudah suatu keajaiban .
" Hihiihiiiiii ...." suara cekikikan itu masih saja terdengar sedangkan Ade masih bergumul , menerobos kerasnya batang singkong yang menghantam tangan dan badannya . Rasa sakit di tubuhnya sudah menjelma menjadi kekalutan tiada banding , hanya Ade yang bisa merasakannya .
" Tolong ! tolong ! " Ade menjerit barangkali ada seseorang yang tengah berjalan mendengar suaranya dan berniat menolongnya .
Ade sudah keluar dari kebun itu . Napasnya tersengal , keringat dingin mengucur deras dari dahinya , matanya nanar menatap sekitarnya , remang - remang . Matanya tak sengaja tertuju pada sosok laki - laki yang sedang berjalan membelakanginya .
" Hey , tungggu ! " senggaknya sambil berjalan menghampiri sosok itu .
" Apa kau tahu di mana jalan menuju Desa Karang Sari ? " tanya Ade pada lelaki itu .
" Saya tidak tahu . " singkatnya .
" Kau tidak punya sopan santun ya ?! Kalau ditanya, wajahmu menghadap ke orang yang menanya dong , bukan malah membelakangi . " senggak Ade .
" Maaf bang , bukannya saya tidak sopan , tapi ... "
" Tapi apa ?! " senggaknya lagi .
" Wajah saya tidak ada . " sahut lelaki itu sambil membalikkan badannya .
Belum hilang rasa shock bertemu dengan kuntilanak , dirinya harus bertemu dengan makhluk halus berwajah rata . Habis jatuh tertimpa tangga , kesialan yang dialaminya seperti tiada habisnya . Bibirnya kelu tak sanggup mengeluarkan kata - kata untuk mengekspresikan kengerian yang mengelilinginya . Ingin sekali beranjak dari sana , kakinya membeku , seluruh sendi - sendinya mati . Tak satu gerakan pun bisa ia lakukan . Kaku .
Bola matanya melirik lagi sosok kuntilanak yang mengejar kini sudah ada di belakangnya . Tersirat rasa puas , bisa bertemu dengan 'mangsa'nya lagi . Kuntilanak itu tersenyum ngeri , sekarang ia terkepung . Ade hanya bisa terkencing - kencing menahan ketakutan yang kini berkali - kali lipat di dadanya .
" Aaaaaaaaaaaaaa .... " pekiknya meledak dan tubuhnya ambruk di atas tanah .
Paginya , Aldo sedang mengayuh sepeda onthelnya menuju ke sawah . Ia terperanjat melihat temannya , Ade , tertelungkup di atas tanah .
" De ?! Bangun , De ! " jeritnya sambil menepuk pipi kiri dan kanan temannya , namun ia tak kunjung sadarkan diri .
Kemudian , Aldo dan satu orang yang dijumpainya , memapah Ade menuju rumahnya yang berjarak 300 meter dari jalan itu .
Tiba di rumahnya , ibunya histeris mendapati anaknya tak sadarkan diri . Aldo menyuruh ibunya Ade membawa air hangat dalam baskom beserta kain kompres karena Aldo merasakan badan Ade yang begitu dingin karena tergeletak di jalan semalaman .
Rina yang mengetahui abangnya sudah berada di rumah , mendatangi abangnya yang masih pingsan diletakkan di ats sofa ruang tamu . Ibunya sedang mengompres kening dan leher anaknya berulang kali sampai ia siuman .
Sudah 5 menit berlalu dan akhirnya Ade sadarkan diri .
" SETAN ! SETAN ! " Ade memekik keras melihat kuntilanak yang dijumpainya tadi malam berada di belakang ibunya .
" Ini ibu nak , tenanglah . " Shandy , ibunya Ade , berusaha menenangkan putranya yang terlihat gelisah dan meracau tak karuan . Air matanya mulai menetes dari pelupuk matanya membasahi pipinya yang kering itu .
Lagi , kuntilanak itu terus menyeriangi sambil mendekat ke arahnya .
" SETAN BU ! ADA SETAN DI BELAKANG IBU ! USIR DIA IBU , USIRRR !!! " pekiknya semakin menjadi - jadi saat kuntilanak itu makin medekat , Ade melompat dari sofa dan menjerit - jerit histeris menuju luar rumah .
Melihat keadaan Ade yang mengkhawatirkan , mereka berlari menyusul Ade . Mereka tak ingin Ade melakukan sesuatu di luar kesadarannya .
Sejak peristiwa itu , Ade mengalami penyakit jiwa yang berat , sejenis schcoferniza membuat dia tak bisa membedakan mana kenyataan mana ilusi . Ade selalu menejerit - jerit tak karuan , ia mengatakan bahwa dirinya selalu dikejar - kejar oleh makhluk - makhluk halus tak kasat mata . Mereka tak tahu , Â sampai kapan Ade harus mengalami penderitaan s'perti ini , ibundanya s'lalu berdoa untuk kesembuhan anaknya , mungkin sampai ajal menjemput nyawa anaknya ...
The end
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H