Mohon tunggu...
antonio
antonio Mohon Tunggu... Jurnalis - SMP N 4 WANASARI

GURU BAHASA INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peningkatan Kemampuan Menentukan Struktur Teks Paragraf dengan Teknik Bursa Paragraf di SMP 4 Wanasari

6 Desember 2023   00:15 Diperbarui: 6 Desember 2023   00:20 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013, baik dari kelas VII sampai kelas IX lebih menitikberatkan pada pembelajaran teks. Semua teks dalam pembelajaran Bahasa Indonesisa  merupakan rangkaian sehingga tidak bisa dilihat secara parsial, tetapi harus dipandang secara utuh. Salah satu teks yang diajarkan di kelas IX adalah teks Tantangan. Salah satu kompetensi dasar yang terdapat dalam teks tantangan adalah menangkap makna teks tantangan. 

Indikator yang ingin dicapai dalam kompetensi dasar ini salah satunya menentukan struktur teks tantangan. Kemampuan menentukan struktur teks tantangan adalah kemampuan yang sangat penting. Akan tetapi, ternyata   hasil pembelajaran menentukan struktur teks tantangan ini masih rendah, terutama pada kelas IX E. Rendahnya kemampuan peserta didik kelas IX E SMP NEGERI 4 WANASARI tahun pelajaran 2022/2023 pada pembelajaran menentukan Struktur teks tantangan  dapat diketahui dari hasil belajar peserta didik. 

Dari 40 peserta didik  hanya 15 peserta didik  atau  37,5  % yang mencapai nilai tuntas. Nilai rata-rata kelas hanya 65. Ini berarti pembelajaran menentukan struktur teks tantangan belum mencapai ketuntasan. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Depdikbud (2009: 15) bahwa suatu kelas dinyatakan telah tuntas belajar apabila di kelas tersebut telah terdapat 85% yang telah mencapai daya serap > KKM.

Penyebab ketidakberhasilan pembelajaran itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, bahan ajar yang digunakan hanya terfokus pada LKS yang dikeluarkan oleh penerbit tertentu. Peserta didik beranggapan bahwa LKS merupakan satu-satunya sumber pembelajaran. Padahal materi dan latihan dalam LKS bersifat terbatas. Bahkan pelatihan-pelatihan yang disajikan masih banyak yang bersifat teoretis dan mutu kurang berbobot. Akibatnya, peserta didik hanya terkungkung pada materi yang terdapat dalam LKS tersebut. Peserta didik kurang dapat mengembangkan potensi belajarnya.

Penyebab kedua,  peserta didik kurang termotivasi, kurang percaya diri,  kurang memiliki keberanian, merasa malu, takut, dan masih gagap dalam  berbicara. Akibatnya, aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran cenderung pasif.  Bahkan sebagian peserta didik sama sekali tidak mau mengerjakan tugas dengan alasan berbagai macam. Bahkan beberapa peserta didik sengaja lebih memilih bercakap-cakap dengan teman sebangkunya. Meskipun diberlakukan kegiatan diskusi atau belajar kelompok, tetapi kegiatan tersebut masih belum optimal. Kegiatan hanya didominasi oleh 1-2 peserta didik yang berkemampuan lebih, sementara anggota lainnya pasif dan cenderung mengandalkan kinerja teman sekelompoknya. Sebaliknya, anggota yang berkemampuan tinggi masih merasa malas untuk berbagi dengan anggota lain.   

Penyebab ketiga, guru masih menerapkan cara-cara tradisional. Pembelajaran masih didominasi oleh ceramah dan kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Selain itu, guru pun belum menggunakan media yang dapat mendorong motivasi belajar peserta didik. Kondisi itu dipengaruhi oleh kurangnya wawasan tentang  teknik pembelajaran yang dimiliki guru dan tidak ada stimulus yang mampu membangkitkan daya pikir peserta didik. Dalam kegiatan diskusi pun, guru belum maksimal memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan kepada kelompok.  

Paparan tersebut merupakan gambaran kegagalan sebuah proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, kegagalan tersebut merupakan masalah yang mendesak yang harus segera diatasi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan  teknik pembelajaran yang tepat. Tepat dalam arti mengena di hati peserta didik dan mengena pada sasaran. Salah satu teknik pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut adalah penggunakan teknik bursa paragraf pada pembelajaran menentukan struktu teks tantangan. Menurut peneliti, dengan cara ini peserta didik akan lebih tertarik dan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, melalui penerapan teknik bursa paragraf diharapkan peserta didik lebih senang yang pada akhirnya berimbas pada meningkatnya kemampuan menentukan struktur  teks tantangan.  

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul "Peningkatan Kemampuan Menentukan Struktur Teks Tantangan dengan Menggunakan Teknik Bursa Paragraf  pada Peserta Didik Kelas IX E SMP NEGERI 4 WANASARI Semester II Tahun Pelajaran 2022/2023"

Perumusan Masalah

       Masalah utama dalam penelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar peserta didik kelas IX E SMP NEGERI 4 WANASARI Semester II Tahun Pelajaran 2022/2023 pada materi menentukan struktur teks tantangan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bagaimanakah peningkatan kemampuan menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf  pada peserta didik kelas IX E SMP NEGERI 4 WANASARI Semester II Tahun Pelajaran 2022/2023?

Bagaimanakah perubahan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf pada peserta didik kelas IX E SMP NEGERI 4 WANASARI Semester II Tahun Pelajaran 2022/2023?

Tujuan Penelitian

       Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf pada peserta didik kelas IX E SMP NEGERI 4 WANASARI Semester II Tahun Pelajaran 2022/2023

Mendeskripsikan perubahan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf pada peserta didik kelas IX E SMP NEGERI 4 WANASARI Semester II Tahun Pelajaran 2022/2023.

Manfaat  Penelitian

       Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik, guru, satuan pendidikan, dan semua komponen pendidikan yang masih peduli terhadap dunia pendidikan di Indonesia,. Berikut manfaat bagi masing-masing komponen..

Manfaat bagi Peserta Didik

Melatih peserta didik untuk belajar dengan konsentrasi dan fokus.

Melatih peserta didik untuk lebih aktif menyelesaikan soal-soal Bahasa     Indonesia.

Peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih baik dan lebih konstruktif tentang belajar pada materi menentukan struktur teks tantangan.

Peserta didik diharapkan lebih memahami materi  menentukan struktur teks tantangan dengan lebih baik karena terlibat langsung pada proses pembelajaran.

Prestasi peserta didik meningkat karena pemahaman yang lebih baik terhadap materi pembelajaran.

Manfaat Bagi Guru

Kreativitas guru dalam merencanakan suatu pembelajaran akan lebih baik dan meningkat.

Guru dapat lebih mengoptimalkan waktu dalam pembelajaran.

Guru akan lebih termotivasi untuk mengembangkan potensi dan kemampuan dirinya dalam menerapkan model-model atau teknik-teknik pembelajaran lainnya.

Guru memiliki kemampuan melaksanakan penelitian tindakan kelas dan diharapkan akan memberi semangat bagi guru lain untuk melaksanakan PTK untuk situasi dan kondisi yang lain.

Manfaat  Bagi Sekolah

Peningkatan prestasi belajar peserta didik akan mengatrol dan memberi nilai tambah  bagi peningkatan prestasi sekolah bersangkutan.

Menjadikan sekolah sebagai pusat penelitian tindakan kelas dan juga pusat pengembangan SDM ( Sumber Daya Manusia) dan Ilmu Pengetahuan.

Penelitian tindakan kelas menjadi unsur penilaian kinerja guru dan juga sekolah.

Adanya penelitian tindakan kelas akan memacu guru dan sekolah untuk melaksanakan berbagai teknik pembelajaran yang lebih bervariasi yang pada gilirannya akan meningkatkan SDM ( Sumber Daya Manusia) guru di sekolah bersangkutan.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORETIS  DAN HIPOTESIS TINDAKAN

 

Landasan Teoretis

Pengertian Teks Tantangan

        Secara harfiah teks diartikan seperti yang tercantum dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2002: 1159), yaitu wacana tulis. Akan tetapi, pengetian teks dilihat dari segi linguistik tidak hanya mencakup wacana tulis. Teks adalah satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna secara kontekstual.

        Teks tantangan, menurut Hakim, adalah teks yang mengandung informasi bantahan terhadap hal yang sedang kontroversial atau menjadi perdebatan di masyarakat yang dilengkapi dengan data-data dan argumen yang bisa memperkuat bantahan tersebut (http://www.yuksinau.id). Tim Edukatif (2013: 94) mendefinisikan teks tantangan adalah adalah teks yang terdapat bantahan atau sanggahan tentang topik atau suatu masalah yang dibahas dengan mengemukakan argumen atau bukti-bukti yang mendukung. Teks tantangan sering disebut juga teks debat.

        Sementara itu, kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( 2015 : 255), menjelaskan bahwa teks tantangan adalah teks yang strukturnya terdiri dari isu, argumen, dan simpulan. Argumen dalam teks tantangan adalah argumen yang menentang.

       Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa teks tantangan adalah wacana tulis atau lisan yang berisi informasi  bantahan atau sanggahan tentang topik atau masalah yang sedang menjadi perdebatan di masyarakat yang dilengkapi data-data dan argumen-argumen dan stukturnya terdiri dari isu, argumen, dan simpulan.

Struktur Teks Tantangan

Struktur teks adalah tata organisasi teks, yaitu cara teks disusun (http://menurutahli.blogspot.co.id). Dalam kemdikbud (2015: 135) struktur teks tantangan ada tiga, yaitu isu, argumen, dan simpulan. Berikut penjelasan masing-masing bagian struktur teks tantangan.

Isu

Isu atau masalah berisi pernyataan topik yang akan dibantah. Biasanya, isu atau masalah ini berisi tentang hal-hal yang kontroversial yang berkembang di masyarakat dan media sosial.

Argumen

Argumen berisi rangkaian bukti atau alasan untuk mendukung bantahan. Untuk memperkuat argumen, perlu disajikan data-data yang mendukung argumen tersebut.

Simpulan

Simpulan berisi pernyataan yang menegaskan bantahan.

        Struktur teks tantangan dapat digambarkan sebagai berikut.

        

       Tim Edukatif (2013 : 97) juga membagi struktur teks tantangan ada tiga, yaitu topik yang akan dibantah, bukti atau alasan bantahan, dan simpulan atau penegasan bantahan. Berikut ini adalah bagan pembagian struktur teks tantangan.

        

           

3. Ciri-Ciri Teks Tantangan

        Teks tantangan mempunyai ciri-ciri kebahasaan yang khas. Kemdikbud (2015: 148) menyebutkan ciri-ciri kebahasaan teks tantangan,  antara lain, menggunakan kalimat sanggahan dan kalimat penolakan. Kalimat sanggahan adalah kalimat yang mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap masalah, pembicaraan, atau kebijakan. Ciri kalimat sanggahan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata kurang sependapat, perlu ditinjau kembali, belum sesuai, kurang tepat, sebaiknya.

Contoh:

Mohon Maaf , saya kurang sependapat dengan pendapat yang baru saja Anda kemukakan.

Untuk menjaga kestabilan masyarakat, sebaiknya kebijakan menaikkan BBM ditunda.

        Kalimat penolakan adalah kalimat yang berisi tidak setuju, kurang setuju, sependapat, kurang sependapat atau membantah dalam suatu hal. Ciri-ciri kalimat penolakan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata tidak setuju, kurang setuju, tidak sependapat, menolak, ditolak, menentang, tantangan, membantah, bantahan, sanggahan, disanggah.

Contoh:

Saya kurang setuju jika warga yang mempunyai mobil dan tidak mempunyai mobil ditarik uang keamanan yang sama.

Saya tidak sependapat dengan kebijakan pengurus RT yang akan menaikkan uang keamanan karena bersamaan dengan anak masuk sekolah.

Jenis-Jenis Teks Tantangan

Tim edukatif  (2013: 120) menjelaskan bahwa teks tantangan dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya. Berdasarkan bentuknya, teks tantangan ada yang berupa esai dan ada yang berupa surat pembaca.

Teks Tantangan Berbentuk Esai

Esai merupakan suatu karangan yang menyoroti suatu topik atau hal berdasarkan sudut pandang penulisnya. tulisan esai biasanya dijumpai di berbagai media massa.

Contoh teks 

Kebijakan Mobil Murah

        Pemerintah dalam waktu dekat akan mengeluarkan kebijakan pengadaan mobil murah. Mobil ini, rencananya, akan dioperasionalkan di wilayah perdesaan, Di samping murah, mobil ini dirancang ramah lingkungan. Supaya bisa berjalan dengan baik, pemerintah akan memberikan insentif pajak bagi pembeli mobil yang ramah lingkungan.

        Sejumlah kalangan meminta pemerintah mencabut insentif pajak untuk mobil murah dan ramah lingkungan. Alasannya, kebijakan itu dinilai tidak tepat sasaran dan akan memperparah kemacetan lalu lintas di ibu kota.
        Kritik terhadap kebijakan mobil murah dan ramah lingkungan itu disampaikan dalam bedah buku Mobil Murah dan Kemacetan Jakarta karya A.M Fatwa di MerDesa Institut, Jakarta Pusat, Rabu, 2 April 2014. Buku itu bersumber dari seminar "Mobil Murah dan Kemacetan Jakarta serta
Keseimbangan Infrastruktur dan Moda Transportasi" yang digelar pada Desember 2013.

        Menurut berbagai kalangan, munculnya mobil murah dan ramah lingkungan adalah contoh kebijakan yang tidak dibahas secara komprehensif. Akhirnya, kebijakan itu dapat menimbulkan masalah. Awalnya, usul mobil murah itu dilontarkan tim pemerintah setelah studi banding ke India.
Gagasannya adalah pemerintah membuat mobil murah untuk kawasan perdesaan. Namun, kini mobil yang muncul adalah mobil-mobil kecil yang bentuknya lebih mirip city car. "Lebih baik kebijakan mobil murah dan ramah lingkungan ini dicabut dulu," ujar seorang pakar transportasi.

        Tidak mustahil, menurut berbagai kalangan, dalam program mobil murah dan ramah lingkungan akan semakinmeningkatkan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Ujungujungnya, beban pemerintah untuk membeli minyak dari luar negeri semakin meningkat. Hal itu akan berujung pada beban rakyat. Dengan demikian, kita perlu berhitung-hitung, apakah
kebijakan ini menguntungkan rakyat atau tidak?

        Sebagai gantinya, pemerintah diminta memikirkan kebijakan strategis yang lain. Pakar transportasi menyarankan bahwa pemerintah lebih baik membangun infrastruktur transportasi laut dan udara karena Indonesia merupakan negara kepulauan.

Teks Tantangan Berbentuk Surat Pembaca

Surat pembaca adalah surat yang ditulis untuk memberikan kritik, tanggapan, saran, opini, imbauan, gagasan, ataupun ucapan terima kasih yang dimuat, baik di media cetak.

Contoh teks

Waspadai SMS Undangan Seminar

 

        Menanggapi surat pembaca dari Sdr. Mustofa yang dimuat pada harian kompas pada hari Kamis, 10 Oktober 2013, dengan judul "SMS Undangan Seminar Kemdikbud Palsu", dengan ini Kemdikbud menyampaikan beberapa hal sebagai berikut.

Setiap kegiatan yang diadakan oleh Kemdikbud menggunakan undangan resmi, bukan melalui SMS.

Kegiatan Kemdikbud menggunakan APBN, kecuali ada penjelasan khusus. Jadi, apabila ada undangan dengan syarat menyetorkan sejumlah uang kepada panitia perlu diwaspadai maka undangan tersebut adalah palsu.

Kami mengimbau kepada publik atau masyarakat apabila ada hal yang mencurigakan terkait dengan Kemdikbud, dapat menghubungi Pusat Informasi dan Humas melalui call center 177, tlp 021-5703303, Fax. 021-5733125; SMS-0811976929,email pengaduan@kemdikbud.go.id.

Demikian tanggapan kami. Mudah-mudahan hal ini dapat memberikan penjelasan yang memuaskan. Apabila memerlukan keterangan lebih lanjut, dapat disampaikan ke Pusat informasi dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Terima kasih.

Penggunaan Teknik Bursa Paragraf

Pengertian Teknik Pembelajaran

       Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1158), teknik diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Hamzah B Uno (2009: 2),  teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai. Menurut Haryadi (2008: 6), teknik merupakan implementasi dari metode dalam kegiatan belajar mengajar. Teknik bersifat implementasional, individual, dan situasional. Teknik mengacu pada siasat guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam kegiatan belajar mengajar, teknik merupakan siasat yang digunakan guru dalam melaksanakan fungsinya dengan tujuan memperoleh hasil yang optimal.

        Teknik merupakan merupakan penjelasan dan penjabaran suatu metode pembelajaran. Dengan kata lain teknik merupakan pengembangan secara rinci dari metode. teknik dalam pembelajaran dapat didefinisikan sebagai daya upaya, atau usaha-usaha yang ditempuh oleh seseorang guru dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan pengajaran dengan cara yang paling praktis, namun tetap harus selalu merujuk dan berpijak pada metode tertentu (http://www.referensimakalah.com)

        Menurut Ismail Bugis, Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.(http://ismailbugis.wordpress.com).

        Pendapat lain disampaikan oleh Slameto (1991: 90) yang  menjelaskan bahwa teknik pembelajaran adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengajaran. Dengan kata lain, teknik pembelajaran merupakan suatu rencana bagaimana melaksanakan tugas belajar mengajar yang telah diidentifikasikan hasil analisis sehingga tugas tersebut dapat memberikan hasil belajar yang optimal.

        Berdasarkan pengertian teknik dan teknik penbelajaran di atas dapat ditarik pemahaman bahwa teknik pembelajaran adalah sistem atau metode yang digunakan  untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran agar memperoleh hasil pembelajaran yang optimal.

Hakikat Teknik Bursa Paragraf

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 180), bursa diartikan tempat memperjualbelikan saham. Mengadopsi pengertian bursa di atas, bursa paragraf diartikan tempat mengambil potongan-potongan paragraf. Tempat potongan-potongan paragraf bisa berupa stoples besar tembus pandang atau bisa juga kardus. Suyatno (2004: 64) menjelaskan bahwa tujuan teknik pembelajaran bursa paragraf adalah agar siswa dapat menganalisis  paragraf dari segi kelogisan dan keruntutan dari sebuah paragraf. Stoples atau kardus berisi ratusan potongan paragraf  yang ditempel pada kertas manila atau kertas yang agak tebal sehingga berupa kartu. Kegiatan ini bisa dilakukan secara individu maupun kelompok.

        Menurut Suyatno (2004: 65), cara menerapkan teknik pembelajaran bursa paragraf adalah sebagai berikut.

Peserta didik mengambil jumlah potongan paragraf dari dalam stoples/kardus sesuai dengan kemampuan. Peserta didik jangan dibatasi jumlah potongan paragraf yang akan diambil.

Peneliti mengatakan mulai untuk mendorong peserta didik memulai menganalisis dan menentukan struktur sambil mengatakan batasan waktu yang disediakan. Setelah waktu yang disediakan bagi peserta didik habis, peserta didik harus menghentikan aktivitasnya. Selanjutnya peserta didik menyebutkan jumlah  paragraf  yang diselesaikan dari potongan paragraf yang diambil. Peserta didik  terbanyak dalam menyelesaikan diberi perayaan, sedangkan yang menyelesaikan paling sedikit diberi motivasi.

Peneliti memberikan contoh dua atau tiga paragraf yang terdapat dalam stoples atau kardus untuk dianalisis strukturnya.

Bursa dimulai lagi dengan waktu yang agak panjang.

Kerangka Berpikir

       Pembelajaran menentukan struktur teks tantangan tidak cukup dengan memberikan teori dan dogma semata kepada peserta didik. Kalau hanya demikian, pembelajaran bagi peserta didik tidak bermakna sama sekali karena peserta didik tidak mengalami proses pembelajaran. Peserta didik  hanya menerima pengetahuan yang dijejalkan, seperti layaknya bayi menerima suapan demi suapan. Padahal menurut Zahorik dalam Nurhadi (2002: 2), pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh peserta didik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kemampuan menentukan struktur teks tantangan, peserta didik harus terlibat langsung dalam  kegiatan pembelajaran. Agar peserta didik mau terlibat secara aktif perlu dicari metode, model, atau teknik pembelajaran yang tepat.

       Teknik bursa paragraf merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan menentukan struktur teks tantangan. Dengan teknik ini, semua peserta didik akan melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik diterapkan secara individual maupun secara berkelompok. Di samping itu, peserta didik akan lebih bergairah dan bersemangat karena terasa lebih menyenangkan. Berpikir sambil bermain itulah yang dirasakan oleh peserta didik.

       

Hipotesis Tindakan

       Berdasarkan teori yang melandasi penelitian tindakan kelas ini, dirumuskan hipotesis sebagai berikut.  Kemampuan menentukan struktur teks tantangan akan meningkat, apabila dalam pembelajaran menentukan struktur teks tantangan menggunakan teknik bursa paragraf.

BAB III

METODE PENELITIAN

Setting  Penelitian

Tempat Penelitian

       Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP NEGERI 4 WANASARI yang beralamat di jalan Kemurang Wetan kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes, yang berjarak 100 meter dari jalan provinsi Pejagan -- Purwokerto atau 500 meter dari pintu keluar tol Kanci -- Pejagan atau 3 km dari jalan pantura Jakarta-Semarang di pertigaan Pejagan. Sekolah ini, di samping berada di daerah perkampungan juga berada di daerah persawahan. Tepatnya terletak di antara permukiman pendudk dan persawahan.

Waktu Penelitian

       Penelitian dilakukan pada semester II (genap) tahun pelajaran 2022/2023. Lama kegiatan sekitar 2 bulan, mulai  Bulan Februari sampai Bulan Maret. Pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan  yaitu pada hari Selasa, jam ke 4, 5. Pembelajaran  siklus II dilaksanakan  pada hari Rabu,  jam ke- 3,4. 

       Peneliti memanfaatkan jam tersebut untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas pada kelas IX E dengan menggunakan teknik bursa paragraf pada pembelajaran menentukan struktur teks tantangan.

Subjek Penelitian

       Subjek penelitian dalam PTK ini adalah 40 siswa kelas IX E yang terdiri atas 17 siswa putra dan 23 siswa putri. Mengajar dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak membutuhkan kemampuan pengelolaan kelas yang baik sehingga proses pembelajaran dapat berhasil. Apalagi kalau melihat kondisi peserta didik yang heterogen dan latar belakang dari keluarga tani dan buruh tani serta dengan nilai rata-rata yang rendah. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi peneliti untuk bekerja keras sehingga hasil belajar dapat meningkat.

       Alasan dipilihnya kelas IX E sebagai subjek penelitian adalah sebagai berikut.

kelas IX E merupakan kelas yang memiliki hasil belajar paling rendah dibandingkan kelas lainnya.

Perhatian dan aktivitas belajar kelas IX E masih rendah.

Kelas IX E juga merupakan kelas yang paling pasif.

Sumber Data

       Sumber  data  dalam   penelitian  tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

Hasil lembar kerja dan tes tertulis yang dilakukan oleh peserta didik kelas IX E, baik siklus I maupun siklus II.

Hasil pengamatan dari teman sejawat yang membantu berkolaborasi dengan peneliti sebagai observer selama 2 siklus.

Hasil dari pengumpulan angket yang dikerjakan oleh peserta didik kelas IX E pada akhir pembelajaran.

       Ketiga sumber data di atas dikumpulkan mulai dari siklus I dan siklus II. Semua data tersebut dianalisis dan didiskusikan bersama kemudian dideskripsikan dalam bentuk kumpulan data dari kedua siklus. Sebagai langkah terakhir dapat ditarik suatu simpulan dari hasil penelitian tindakan kelas ini.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

       Cara pengambilan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

Lembar kerja pada siklus I dan siklus II.

Tes Formatif pada siklus I dan siklus II.

3.  Lembar pengamatan dari teman sejawat dan rekan lain yang  berkolaborasi dalam penelitian.

Daftar pertanyaan angket yang digunakan untuk mengetahui kesan,  kendala, dan pesan  terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Data lain yang menunjang penelitian dan perlu ditambahkan sebagai informasi pelengkap.

Validasi Data

       Berdasarkan instrumen yang telah digunakan dalam penelitian ini, data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu berupa hasil tes siswa. Adapun data kualitatif yaitu berupa hasil nontes peserta didik, seperti catatan observasi pembelajaran, dan jawaban angket peserta didik  kelas IX E  semester genap SMP NEGERI 4 WANASARI.

       Data kuantitatif dari hasil tes dianalisis secara deskriptif dengan menghitung jumlah rata-rata dan persentase ketercapaian. Adapun data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, angket, dan dokumentasi yang dianalisis dengan prosedur reduksi data, paparan data, dan  simpulan. Reduksi data berarti menyederhanakan data mentah menjadi informasi bermakna. Caranya, yaitu menyeleksi data yang relevan dengan tujuan perbaikan pembelajaran. Paparan data dilakukan dengan cara menyajikan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif dan representasi tabular. Penyimpulan dilakukan dengan cara pengambilan inti sari ke dalam  kalimat yang singkat dan padat.

Analisis Data

       Untuk menguji hipotesis, peneliti menganalisisnya secara komparatif yaitu membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II.  Data hasil tes yang disandingkan terdiri atas  nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar. Data hasil observasi yang disandingkan terdiri atas catatan aktivitas peneliti dan peserta didik selama pembelajaran. Data hasil angket yang disandingkan berupa tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran.  Adapun data hasil dokumentasi  yang disandingkan berupa gambar/foto pembelajaran.

       Selisih hasil tes siklus II dengan siklus I dapat dimaknai sebagai peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran menentukan struktur teks tantangan. Adanya perubahan progresif aktivitas peserta didik pada  siklus II dapat dimaknai sebagai peningkatan proses pembelajaran. Apabila terdapat peningkatan hasil tes dan perubahan aktivitas peserta didik yang lebih progresif berarti hipotesis terbukti. Namun, jika tidak terjadi peningkatan/perubahan berarti hipotesis tidak terbukti.

Indikator Kinerja

       Yang menjadi tolok ukur keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar peserta didik kelas IX E semester genap dalam materi menentukan struktur teks tantangan  meningkat, baik secara individu maupun secara klasikal. Keberhasilan individu ditentukan dengan nilai minimal yang harus dicapai peserta didik  yaitu 75. Keberhasilan atau ketuntasan klasikal ditentukan dari jumlah peserta didik  yang memperoleh  nilai minimal 75 setidaknya mencapai 85%. Selain itu, keberhasilan penelitian juga ditandai dengan adanya perubahan aktivitas peserta didik ke arah yang lebih baik.

       Meningkatnya partisipasi peserta didik yang dengan  aktif  bertanya dan memberi respon pada saat peneliti menerangkan, peserta didik mampu mempresentasikan hasil kerjanya, terfokusnya perhatian peserta didik selama berlangsungnya pembelajaran di kelas secara terus menerus, serta beberapa indikator lainnya yang mendukung  penelitian tindakan kelas ini.

Prosedur Penelitian

       Prosedur penelitian tindakan kelas terhadap pembelajaran menentukan stuktur teks tantangan ini telah peneliti lakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus ditempuh melalui empat langkah. Menurut Arikunto (2008: 16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam PTK, yaitu perencanaan,  pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap  divisualisasikan dengan gambar berikut.

Kegiatan siklus I 

Perencanaan

Menyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I

Menentukan teman sejawat untuk berkolaborasi dalam penelitian.

Merancang lembar kerja untuk siklus I.

Merancang tes formatif siklus I.

Tindakan

Peneliti menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran

Peneliti melakukan presentasi kehadiran peserta didik

Peneliti menerangkan materi dengan tanya jawab

Peneliti membagi lembar kerja siklus I sebagai tugas pembelajaran.

Dengan bimbingan dari guru, peserta didik yang ditunjuk mempresentasikan di depan kelas.

Peserta didik dipandu peneliti membuat simpulan hasil pekerjaannya.

Peserta didik mengerjakan tes formatif siklus I pada akhir pelajaran.

Peserta didik diberi PR sebagai tugas individu.

Pengamatan

       Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan sendiri oleh peneliti dibantu teman sejawat selama pembelajaran berlangsung sebagai pengamat. Pengamat melakukan penilaian proses pembelajaran dengan lembar pengamatan yang disiapkan. Pengamatan yang dilakukan meliputi efektivitas peneliti, kehadiran peserta didik, serta tingkat penguasaan peserta didik pada materi,  aktivitas peserta didik  pada saat awal pembelajaran,  aktivitas peserta didik saat berdiskusi,  keseriusan peserta didik dalam mengerjakan tugas,  sikap peserta didik selama pembelajaran. Penilaian oleh pengamat dapat dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

       Pengamatan juga dilakukan terhadap peneliti meliputi kehadiran peneliti, penampilan peneliti di kelas, cara peneliti mengelola kelas, teknik bertanya, keras/ lemahnya suara peneliti, dan cara peneliti melakukan bimbingan pada peserta didik. Juga efisiensi waktu selama proses pembelajaran.

       Pengamatan juga dapat dilakukan terhadap pengaturan tempat duduk, buku-buku yang digunakan peneliti dan peserta didik, tulisan peneliti di papan tulis, dan beberapa butir pengamatan yang dapat ditambahkan selama masih menunjang  dan selaras dengan tujuan penelitian tindakan kelas ini.

Refleksi

       Refleksi dilakukan pada lembar pengamatan yang dianalisis melalui diskusi bersama rekan peneliti yang sengaja dilibatkan dalam penelitian ini. Refleksi juga bisa dibantu rekan-rekan peneliti lain yang telah mendapat  izin dari  pimpinan sekolah.

Kegiatan Siklus II

Perencanaan

Mengidentifikasi kelemahan, kekurangan, dan kelebihan pada siklus I                        sebagai bahan acuan untuk siklus II

Merancang lembar kerja untuk siklus II.

Merancang tes formatif siklus II.

Tindakan

Peneliti menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk siklus II.

Peneliti melakukan pengecekan terhadap kehadiran peserta didik.

Peneliti menerangkan materi dengan tanya jawab.

Peneliti membagi lembar kerja  sebagai tugas pembelajaran untuk siklus II.

Dengan bimbingan dari peneliti, peserta didik yang ditunjuk mempresentasikan di depan kelas.

Peserta didik dipandu peneliti membuat simpulan hasil pekerjaannya.

Peneliti membuat simpulan dengan peserta didik.

Peserta didik  mengerjakan  tes formatif siklus II

Peserta didik diberi tugas PR sebagai tugas individu.

Pengamatan

Pengamatan terhadap peserta didik.

Kehadiran peserta didik

Perhatian peserta didik terhadap peneliti yang sedang menjelaskan.

Banyaknya peserta didik bertanya

Hasil tes formatif siklus II

Pengamatan terhadap peneliti

Kehadiran peneliti

Penampilan peneliti di depan kelas

Cara menyampaikan materi

Cara mengelola kelas

Cara bertanya dan menanggapi pertanyaan peserta didik

Cara memberi bimbingan.

Sarana dan prasarana pembelajaran.

Situasi kelas yang kondusif dan menyenangkan.

Pengaturan tempat duduk peserta didik.

Buku penunjang yang dipakai peneliti.

Refleksi

       Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja peserta didik. Analisis dilakukan untuk mengukur, baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus II, kemudian didiskusikan dengan rekan-rekan untuk mendesripsikan hasil siklus II.

BAB IV 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Deskripsi Kondisi  Awal

       Sebelum tindakan dilakukan, peneliti telah melakukan pembelajaran menentukan struktur teks tantangan pada seluruh kelas yang menjadi ampuan peneliti, termasuk kelas pasif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini belum diterapkan teknik bursa paragraf.  Hasilnya dapat dilihat pada  tabel 1 berikut.

    Tabel 1. Hasil Tes  Kondisi Awal

Uraian

Hasil

Keterangan

Nilai Rerata

65

KKM : 75

Nilai Tertinggi

75

Nilai Terendah

50

Jumlah siswa

40

Jumlah siswa tuntas

15

% Ketuntasan Klasikal

37,5%

       Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa hasil tes awal diperoleh nilai rata-rata 65, nilai tertinggi 75, dan nilai terendah 50. Selanjutnya dari  40 peserta didik hanya 15 peserta didik yang telah mencapai ketuntasan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara klasikal pembelajaran menentukan struktur teks tantangan belum mencapai ketuntasan.  Hal ini karena peserta didik  yang tuntas hanya mencapai 37,5%.

       Perolehan hasil tes sebagaimana dipaparkan tersebut berkaitan erat dengan aktivitas peserta didik selama pembelajaran. Setelah melakukan refleksi diri, peneliti menyadari bahwa selama pembelajaran peneliti belum optimal memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik. Akibatnya, sebagian besar peserta didik cenderung pasif.

       Beberapa model atau teknik pembelajaran pernah diujicobakan untuk memperbaiki hal tersebut. Untuk itu, peneliti berupaya terus agar hal tersebut dapat teratasi. Untuk itulah peneliti berupaya menemukan model atau teknik pembelajaran yang tepat dan cocok untuk materi menentukan struktur teks tantangan.

       Rata-rata hasil belajar peserta didik baru mencapai 65. Harapan peneliti adalah agar rata-rata hasil belajar peserta didik mencapai lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 75, dan persentase peserta didik yang tuntas belajar klasikal mencapai 85%  atau lebih.

       Dari sini peneliti mempunyai keinginan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas pada materi menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf di kelas IX E semester II SMP NEGERI 4 WANASARI tahun pelajaran 2022/2023.

Deskripsi Hasil Penelitian

       Hasil penelitian ini diperoleh dari kegiatan siklus I dan Siklus II.  Siklus I merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran menentukan struktur teks tantangan yang telah peneliti lakukan tanpa penerapan teknik bursa paragraf. Siklus II didasarkan pada refleksi siklus I. Data penelitian masing-masing siklus berupa hasil tes dan nontes. Hasil tes berupa kompetensi peserta didik dalam menentukan struktur teks tantangan. Hasil nontes berupa kondisi peserta didik yang diperoleh dari observasi dan angket.

Deskripsi Siklus I

Perencanaan

       Kegiatan yang dilakukan peneliti pada perencanaan ini adalah sebagai berikut: (1) peneliti menyiapkan dan menyusun RPP untuk siklus I, (2) peneliti menyusun semua instrumen penelitian siklus I, meliputi pembentukan kelompok peserta didik siklus I, instrumen observasi pembelajaran guru siklus I, (3) menyusun lembar kerja dan soal untuk dibahas dalam kelompok ahli, (4) menyiapkan media pembelajaran untuk siklus I, (5) menyiapkan print out siklus I, (6) menyusun kisi-kisi soal untuk tes formatif siklus I, (7) menyusun butir tes formatif, kunci jawaban dan lembar jawabnya untuk siklus I, (8) menyusun pertanyaan angket untuk dijawab peserta didik di akhir pembelajaran siklus I, (9) menyiapkan kamera digital (memori, baterai) untuk keperluan mendokumentasikan pembelajaran siklus I. Semua disiapkan dalam satu paket yang lengkap supaya pada saat pelaksanaan penelitian sudah siap dan lengkap.

Tindakan

       Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) peneliti menyampaikan apersepsi untuk memulai pembelajaran siklus I dengan bahasa yang menarik dan mudah dipahami dengan penuh kesungguhan, (2) menyampaikan KI / KD materi siklus I, dengan menuliskan di papan tulis sambil peneliti menyampaikan dengan sejelas-jelasnya, (3) menyampaikan indikator pencapaian kompetensi siklus I, juga menuliskannya di papan tulis, (4) mengecek kehadiran peserta didik pada pertemuan pembelajaran siklus I dengan cara memanggil nama peserta didik satu per satu, nama yang dipanggil menunjukkan jari sambil mengatakan "ada", (5) peneliti melaksanakan pembelajaran siklus I sesuai yang telah diskenariokan dalam RPP.

       Pembelajaran di siklus I ini, peneliti didampingi Bapak Suratno Hadi Saputra ,S.Pd sebagai observer, yaitu rekan peneliti yang diajak bekerja sama dalam penelitian ini. Observer berkeliling pada saat peserta didik membahas soal yang menjadi tanggung jawabnya dalam kelompok tim ahli sesuai dengan soal yang sama. Setelah waktu yang ditentukan masing-masing anggota tim ahli akan kembali pada kelompoknya untuk memberi penjelasan tentang soal yang menjadi tanggung jawabnya kepada anggota kelompoknya.

       Setelah menutup pembelajaran dengan membuat simpulan dengan peserta didik, peneliti melaksanakan tes formatif siklus I selama 25 menit. Kemudian langsung dikoreksi bersama observer, dianalisis, dihitung rata-rata hasil belajar dan daya serap klasikalnya.

Pengamatan

       Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pengamatan ini adalah sebagai berikut : (1) mengamati dan mencatat semua aktivitas pembelajaran siklus I meliputi kegiatan peneliti dan kegiatan peserta didik, (2) selalu memberi perhatian selama peserta didik ada di dalam tim ahli masing-masing selama pembelajaran siklus I, (3) mengamati peserta didik mengisi angket siklus I setelah pembelajaran selesai.

       Semua catatan peneliti dan observer menghasilkan beberapa simpulan di siklus I sebagai berikut. Observer mencatat bahwa peneliti sudah baik  dalam membagi waktu untuk pembelajaran. Sisa waktu 30 menit, 25 menit digunakan peneliti untuk tes formatif siklus I, 5 menit untuk mengisi angket siklus I. Penjelasan di atas dapat disajikan dalam tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Pengamatan Kolaborator dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Proses Pembelajaran

Siklus I

Jumlah Nilai

Kegiatan Awal / Pendahuluan

Kegiatan Inti:-Pengembangan

                      -Penerapan

Kegiatan Akhir/ Penutup

4

3

2

3

Rata-rata

( 12: 16 ) x 100% = ( 75  %)

Cukup

Keterangan :  Nilai tiap tahap pembelajaran :

1 = kurang

2 = Cukup

3 = baik

4 = baik sekali

Rata-rata Proses Pembelajaran :

90,01 -- 100     = baik sekali

80,01 -- 90,00  = baik

70,01 -- 80,00  = cukup

<  70,00= kurang

       Berdasarkan analisis hasil tes siklus I diperoleh bahwa dari 40 peserta didik   hanya 25 peserta didik atau 62,5% yang mencapai ketuntasan. Dengan demikian, pembelajaran menentukan struktur teks tantangan  dengan menggunakan teknik bursa paragraf belum mencapai ketuntasan. Hal ini sesuai dengan Depdikbud (1994:32) bahwa suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila di kelas tersebut terdapat 85% peserta didik yang mencapai nilai ideal (KKM). Dari rekapitulasi nilai dapat  pula diterangkan bahwa nilai rata-rata 76, nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 60. Data hasil tes tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil Tes Siklus I

Uraian

Hasil

Keterangan

Nilai Rerata

76

KKM : 75

Nilai Tertinggi

80

Nilai Terendah

60

Jumlah siswa

40

Jumlah siswa tuntas

25

% Ketuntasan Klasikal

62,5 %

 

       Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan peserta didik pada tindakan siklus I diperoleh gambaran sebagai berikut. Pada saat guru mengajukan pertanyaan apersepsi, hanya ada 2-3 peserta didik yang dapat merespons pertanyaan guru. Sebagian lainnya masih tidak mengerti materi pembelajaran. Ada juga yang masih acuh tak acuh. 

       Pada saat kegiatan diskusi, masih dijumpai anggota kelompok yang malas untuk bekerja sama. Hal itu tampak dari  peserta didik yang masih bekerja sendiri-sendiri tanpa melibatkan anggota kelompok lain. Hanya beberapa kelompok yang tampak serius dalam kegiatan diskusi materi menentukan struktur teks tantangan.

       Pada saat guru memberikan pertanyaan untuk dijawab secara lisan, peserta didik masih tampak ragu untuk tunjuk jari. Ada yang sudah tunjuk jari, tapi kemudian tidak jadi menjawab. Karena tidak ada yang berani tampil, peneliti memberikan motivasi kepada peserta didik. Akhirnya ada seorang peserta didik yang berani tampil memberikan jawaban secara lisan. Dalam mengerjakan tugas, peserta didik sudah dapat bekerja dengan tekun. Beberapa gangguan yang muncul masih dijumpai, di antaranya peserta didik ada yang berbicara dengan teman sebangku.

       Hasil pengamatan pada siklus I, diperoleh hasil  yang belum maksimal. Masih dijumpai banyak kekurangan yang akan  diperbaiki pada siklus II. Namun, hasil belajar yang diperoleh sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan kendati yang nilainya di bawah KKM masih banyak. Hal ini akan diperbaiki pada siklus II.

Hasil Angket

       Dari pelaksanaan tindakan pada siklus I, peneliti menggunakan angket yang dibagikan kepada peserta didik. Dari angket pembelajaran menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) peserta didik merasa senang mengikuti pembelajaran menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf, (2) peserta didik merasa terbantu untuk dapat memahami materi menentukan struktur teks tantangan dengan teknik bursa paragraf, (3) peserta didik termotivasi untuk belajar lebih giat agar mencapai hasil yang memuaskan, (4) peserta didik berkeinginan selalu menjawab semua pertanyaan yang diajukan guru tentang materi menentukan struktur teks tantangan, (5) Peserta didik  dapat menentukan struktur  teks tantangan dengan percaya diri, cepat, dan tepat.

       Berdasarkan paparan di atas dapat ditampilkan gambaran angket tersebut di bawah ini.

 

No

 

Indikator

Skala Penilaian

 

Jml

SS

S

KS

TS

1

Saya merasa senang mengikuti pembelajaran menentukan struktur  teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf

7

16

10

7

40

2.

Dengan membaca beberapa contoh struktur teks tantangan, dapat  membantu saya  memahami materi menentukan  struktur teks tantangan

10

15

12

3

40

3.

Saya berusaha menafsirkan sendiri maksud kata atau ungkapan yang digunakan pada teks tantangan

8

11

14

7

40

4.

Saya berusaha menjelaskan secara lisan maksud isi teks tantangan

5

11

17

7

40

5.

Jika mendapatkan kesulitan belajar, saya berusaha meminta bantuan atau mendiskusikannya dengan teman

8

12

17

3

40

6.

Dalam kegiatan diskusi berpasangan, saya dapat bekerja sama dengan pasangan saya

5

11

15

9

40

7.

Cara mengajar guru membuat saya termotivasi untuk belajar lebih giat

6

10

18

6

40

8.

Guru selalu memberi bimbingan / bantuan kepada saya

10

15

5

10

40

9.

Saya selalu berkeinginan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru

5

10

18

7

40

10.

Dengan menggunakan teknik bursa paragraf, saya dapat menentukan struktur teks tantangan dengan percaya diri, cepat, dan tepat.

5

15

10

10

40

Skala Penilaian :  Jumlah

69

126

136

69

400

Persentase

17%

32%

34%

17%

 

       Dari gambaran di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) Peserta didik yang sangat suka (SS) pada indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 sebanyak 17%, (2) Peserta didik yang suka  (S) pada indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 sebanyak 32%.(3) Peserta didik yang kurang suka (KS) pada indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 sebanyak 34% , (4) Peserta didik yang tidak suka (TS) pada indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 sebanyak 17 %

       Mengingat peserta didik yang kurang suka dan tidak suka masih tinggi sebanyak 51 %, maka peneliti akan melakukan perbaikan di siklus II, diantaranya (1) pembagian alokasi waktu yang lebih proposional, (2) perhatian pada peserta didik lebih merata, dan (3) pembagian kelompok diskusi dengan  memperhatikan karakteristik peserta didik.

Refleksi

       Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap refleksi ini adalah sebagai berikut:  (1) Melakukan refleksi tentang pembelajaran pada siklus I. Sebagian ada yang sudah berhasil melalui pembelajaran dengan teknik bursa paragraf  (2) Ada peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya, yaitu sekitar 65 menjadi 76, (3) Peningkatan hasil belajar masih belum seberapa, tetapi sudah ada kemajuan dan pembelajaran juga berlangsung lebih bersemangat, baik peneliti maupun peserta didik. Ketuntasan belajar untuk siklus I masih jauh dari harapan karena baru mencapai angka 62,5% dari target ketuntasan minimal 85%. Ini merupakan kekurangan pembelajaran pada siklus I.

Deskripsi Siklus II

Perencanaan

       Pelaksanaan kegiatan  pembelajaran pada siklus II merupakan hasil  perbaikan berdasarkan refleksi pembelajaran pada siklus I. Adapun kegiatan perbaikan pada perencanaan di siklus II  ini adalah sebagai berikut: (1) menyusun RPP lebih baik dan lebih teliti untuk siklus II, (2) menyusun instrumen penelitian lebih baik pada siklus II agar pengamat lebih fokus dalam melakukan pengamatan, (3) menyusun lembar kerja siklus II, (4) menyiapkan media pembelajaran ( laptop, LCD, kabel listrik panjang) untuk pembelajaran siklus II, (5) menyiapkan soal siklus II, (6) menyusun kisi-kisi tes formatif siklus II, (7) menyusun tes formatif, kunci jawaban dan lembar jawabnya untuk siklus II, (8) menyusun soal angket siklus II, (9) menyiapkan kamera digital untuk keperluan dokumentasi dalam kegiatan pembelajaran siklus II.

Tindakan

       Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) menyampaikan apersepsi untuk pembelajaran siklus II dengan lebih hati-hati dan ada penekanan khusus berulang-ulang, (2) menyampaikan KI / KD materi siklus II dengan menuliskannya di papan tulis, (3) menyampaikan indikator pencapaian kompetensi siklus II dengan menuliskannya di papan tulis, (4) mengecek kehadiran peserta didik pertemuan siklus II, dengan memanggil satu per satu peserta didik, yang dijawab dengan mengacungkan jari sebagai tanda kehadiran, (5) melaksanakan pembelajaran untuk siklus II yang merupakan perbaikan pembelajaran siklus I agar  lebih berhasil.

       Selama pembelajaran berlangsung, peneliti lebih mengeraskan volume suaranya, menyesuaikan intonasi suaranya, lebih menatap secara menyeluruh kepada semua peserta didik agar lebih merata sehingga peserta didik lebih mendapat perhatian dan akan lebih bersemangat dalam belajar.

       Peserta didik dalam membawa soal yang menjadi tanggung jawabnya kepada kelompok tim ahli harus bekerja lebih aktif agar mendapatkan jawaban yang sempurna untuk dibawa pulang kepada kelompoknya.

       Setelah menutup pembelajaran dengan membuat simpulan bersama peserta didik, peneliti melaksanakan tes formatif siklus II selama 25 menit, dan dilanjutkan peserta didik mengisi angket siklus II selama 5 menit. Kemudian langsung dikoreksi bersama kolaborator, dianalisis, dihitung rata-rata hasil belajarnya dan daya serapnya.

Pengamatan

       Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pengamatan ini adalah sebagai berikut: (1) mengamati dan mencatat semua aktivitas pembelajaran siklus II dengan lebih teliti, baik peneliti maupun peserta didik , (2) peserta didik menjawab pertanyaan siklus II dengan benar, (3) peserta didik mengisi jawaban pada angket siklus II dengan lebih teliti dan benar.

       Hasil dari beberapa catatan di siklus II sebagai berikut. Pada siklus II ini observer mencatat bahwa peneliti sudah sangat baik dalam membagi alokasi waktu untuk pembelajaran pada siklus II, ada pendahuluan/kegiatan awal ( 5 menit) yang semakin jelas, ada kegiatan inti (40 menit) terbagi dengan baik, dan ada juga kegiatan akhir/penutup (5 menit). Sisa waktu 30 menit digunakan peneliti untuk tes formatif siklus II dan mengisi angket siklus II. Penjelasan di atas dapat lebih jelas disajikan dalam tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Pengamatan Kolaborator dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II

 

Proses Pembelajaran

Siklus I

Jumlah

Kegiatan Awal/ Pendahuluan

Kegiatan Inti : - Pengembangan

                        -Penerapan

Kegiatan Akhir/Penutup

4

4

3

4

 

Rata-rata

( 15 : 16 ) x 100% = 93,75 %

Baik sekali

 

Keterangan : Nilai tiap tahap pembelajaran :

1 = kurang

2 = Cukup

3 = baik

4 = baik sekali

Rata-rata Proses Pembelajaran :

90,01 -- 100     = baik sekali

80,01 -- 90,00  = baik

70,01 -- 80,00  = cukup

<  70,00= kurang

       Berdasarkan analisis hasil tes siklus II  diperoleh bahwa dari 40 peserta didik   ada 36 peserta didik atau 90 % yang mencapai ketuntasan. Dengan demikian, pembelajaran menentukan struktur teks tantangan  menggunakan teknik bursa paragraf sudah mencapai ketuntasan. Hal ini sesuai dengan Depdikbud (1994:32) bahwa suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila di kelas tersebut terdapat 85% peserta didik yang mencapai nilai ideal (KKM). Dari rekapitulasi nilai dapat  pula diterangkan bahwa nilai rata-rata 80, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 70. Data hasil belajar peserta didik menyerap materi pelajaran pada siklus II tersebut dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hasil Belajar Peserta Didik Menyerap Materi Pelajaran Siklus II

Uraian

Hasil

Keterangan

Nilai Rerata

80

KKM : 75

Nilai Tertinggi

90

Nilai Terendah

70

Jumlah siswa

40

Jumlah siswa tuntas

36

% Ketuntasan Klasikal

90 %

       

        Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan peserta didik pada tindakan siklus II diperoleh gambaran sebagai berikut. Pada saat guru mengajukan pertanyaan apersepsi, sudah banyak  peserta didik yang dapat merespon pertanyaan guru walaupun  masih ada beberapa peserta didik lainnya yang masih belum memahami betul materi pembelajaran, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

       Pada  saat kegiatan diskusi   kelompok, mereka aktif untuk bekerja sama. Hal itu tampak dari cara berdiskusi peserta didik yang  melibatkan semua anggota kelompoknya. Mereka  tampak serius dalam kegiatan diskusi dengan materi menentukan struktur teks tantangan.

       Pada saat guru memberikan pertanyaan untuk dijawab secara lisan, peserta didik berebut  tunjuk jari. Mereka  ingin menampilkan jawabannya di hadapan teman-teman. Hal tersebut memberi gambaran bahwa sebagian besar peserta didik sudah dapat menguasai  materi pembelajaran menentukan struktur teks tantangan.

       Untuk aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran siklus II diperoleh, tidak ada lagi peserta didik ( 0 % ) yang tidak aktif mengikuti pembelajaran, jadi semua peserta didik aktif, masih ada 4 peserta didik ( 10 % ) yang kurang aktif,  dan 36 peserta didik ( 90%) peserta didik aktif dan antusias sekali dalam mengikuti pembelajaran. Ada peningkatan jumlah yang sangat besar dan sangat signifikan.

Hasil Angket

       Dari pelaksanaan tindakan pada siklus II, peneliti menggunakan angket yang dibagikan pada peserta didik. Dari angket Pembelajaran Menentukan struktur Teks tantangan menggunakan teknik bursa paragraf diperoleh hasil (1) peserta didik merasa senang mengikuti pembelajaran menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf, (2) peserta didik merasa terbantu untuk dapat memahami materi menentukan struktur teks tantangan dengan teknik bursa paragraf, (3) peserta didik termotivasi untuk belajar lebih giat agar mencapai hasil yang memuaskan, (4) peserta didik berkeinginan selalu menjawab semua pertanyaan yang diajukan guru tentang materi menentukan struktur teks tantangan, (5) Peserta didik  dapat menentukan struktur teks tantangan dengan percaya diri, cepat, dan tepat.

       Berdasarkan paparan di atas dapat ditampilkan gambaran angket tersebut di bawah ini.

 

No

 

Indikator

Skala Penilaian

 

Jml

SS

S

KS

TS

1

Saya merasa senang mengikuti pembelajaran menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf

10

20

7

3

40

2.

Dengan membaca beberapa contoh struktur teks tantangan, saya dapat  terbantu dalam  memahami materi struktur  teks tantangan

14

17

8

1

40

3.

Saya berusaha menafsirkan sendiri maksud kata atau ungkapan yang digunakan pada teks tantangan

12

20

5

3

40

4.

Saya berusaha menjelaskan secara lisan maksud isi teks teks tantangan

10

20

8

2

40

5.

Jika mendapatkan kesulitan belajar, saya berusaha meminta bantuan atau mendiskusikannya dengan teman

17

22

1

40

6.

Dalam kegiatan diskusi berpasangan, saya dapat bekerja sama dengan pasangan saya

9

25

6

40

7.

Cara mengajar guru membuat saya termotivasi untuk belajar lebih giat

16

18

5

1

40

8.

Guru selalu memberi bimbingan / bantuan kepada saya

10

25

4

1

40

9.

Saya selalu berkeinginan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru

15

20

5

40

10.

Dengan menggunakan teknik bursa paragraf, saya dapat menentukan struktur teks tantangan  dengan percaya diri, cepat, dan tepat.

13

25

1

1

40

Skala Penilaian :  Jumlah

126

212

50

12

400

Prosentase

32%

53%

13%

3%

 

       Dari gambaran di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) Peserta didik yang sangat suka (SS) pada indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 sebanyak 32%, (2) Peserta didik yang suka  (S) pada indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 sebanyak 53%. (3) Peserta didik yang kurang suka (KS) pada indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 sebanyak 13% , (4) Peserta didik yang tidak suka (TS) pada indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 sebanyak 3 %.

       Pada pelaksanaan siklus II peserta didik sudah menunjukkan adanya perubahan sikap yang baik dengan meningkatnya persentase peserta didik yang sangat suka dan suka sebanyak 85 %. Hal ini menunjukkan bahwa yang telah dilakukan oleh  peneliti sudah menunjukkan hal yang baik dalam hal pembagian alokasi waktu, perhatian pada peserta didik , dan pembagian kelompok diskusi.

Refleksi

       Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap refleksi ini adalah sebagai berikut: (1) melakukan refleksi tentang pembelajaran pada siklus II yang sebagian besar sudah berhasil melalui pembelajaran dengan teknik bursa paragraf. Teknik ini dapat memberi solusi dari masalah yang selama ini menghambat keberhasilan pembelajaran materi ini, (2) Ada peningkatan hasil belajar peserta didik jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya, yaitu dari 76 menjadi 80 , (3) Ada peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan. Pembelajaran juga berlangsung lebih bersemangat, baik  peneliti maupun  peserta didik. Ketuntasan hasil belajar pada siklus II  mencapai angka 90%. Dengan demikian  target ketuntasan lebih dari 85%.

Pembahasan

       Untuk memperoleh gambaran peningkatan kemampuan menentukan struktur teks tantangan pada peserta didik kelas IX E, peneliti  membandingkan data siklus I dan siklus II.  Data yang dibandingkan  bersumber dari hasil tes dan nontes. Dari perbandingan hasil tes dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar peserta didik.  Adapun data nontes yang dibandingkan bersumber dari hasil observasi dan angket pada siklus I dan siklus II. Dari perbandingan ini dapat diketahui kondisi perubahan aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Perbandingan kedua data tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Peningkatan Hasil Belajar 

      Peningkatan hasil belajar peserta didik  kelas IX E sampai akhir siklus II dapat dilihat pada rekapitulasi nilai sebagaimana tabel 6 di bawah ini.

     Tabel 6. Peningkatan Hasil Belajar

No

Uraian

Frekuensi/Persentase

Peningkatan

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Siklus I

Siklus II

1

% Ketuntasan Klasikal

15 (37,5%)

25 (62,5%)

36 

(90%)

66,7%

44%

2

Nilai Rata-rata

65

76

80

5,6%

5,3%

3

Nilai  Tertinggi

75

80

90

4

Nilai Terendah

50

60

70

       Berdasarkan tabel 6, ketuntasan klasikal pada prasiklus hanya 37,5%, siklus I mencapai 62,5 %, dan siklus II mencapai 90 %. Dengan demikian, ketuntasan belajar pada siklus I mengalami peningkatan 66,7% (  x 100%) dan pada siklus II meningkat lagi 44% (  x 100%). Data lain diperoleh bahwa nilai rata-rata prasiklus yaitu 65, siklus I yaitu 76, dan siklus II mencapai 80. Dengan demikian, nilai rata-rata siklus I mengalami peningkatan 11 poin (76-65) atau sebesar 16,9%  (  x 100%) dan siklus II mengalami peningkatan 4 poin (80-76)  atau sebesar 5,3 % (  x 100%).  

       Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik kelas IX E dalam menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh perbaikan-perbaikan yang dilakukan peneliti pada pembelajaran siklus II.

Perubahan  Aktivitas  Peserta Didik 

       Perbandingan data nontes dari hasil obsevasi, dan angket  pada siklus I dan siklus II dilakukan untuk mengetahui perubahan aktivitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran menentukan struktur teks tantangan dengan menggunakan teknik bursa paragraf. Berdasarkan hasil observasi dan angket diketahui adanya perubahan aktivitas ke arah yang lebih baik. Hal itu dibuktikan oleh aktivitas peserta didik selama  pembelajaran berlangsung.  Hasil observasi menunjukkan bahwa pada siklus II, peserta didik lebih bersemangat dalam menentukan struktur teks tantangan, lebih dapat bekerja sama dalam berdiskusi, lebih lancar dalam menentukan struktur teks tantangan, lebih berani menjawab pertanyaan peneliti, dan tetap serius mengerjakan tugas.  

       Hasil angket diperoleh bahwa peserta didik mengaku sangat senang mengikuti pembelajaran, baik terhadap teknik pembelajaran maupun cara peneliti mengajar. Peserta didik pun memiliki pandangan lebih luas tentang teknik belajar. Sebelumnya, peserta didik hanya mengandalkan LKS yang dijadikan sumber belajar. Setelah diberlakukan siklus II, peserta didik mengaku memanfaatkan kerja sama antarteman sebagai sarana penunjang belajar. Beberapa kendala yang dihadapi peserta didik pada siklus I dapat diatasi pada tindakan siklus II. Hal itu  dipengaruhi oleh perbaikan-perbaikan yang dilakukan peneliti pada pembelajaran siklus II.

 

BAB  V

PENUTUP

 

Simpulan

       Tindakan yang dilakukan peneliti dengan menerapkan teknik bursa paragraf pada pembelajaran menentukan struktur teks tantangan dapat meningkatkan kemampuan menentukan struktur teks tantangan pada peserta didik kelas IX E SMP NEGERI 4 WANASARI. Hal itu dibuktikan oleh hasil tes dan perubahan perilaku sebagai berikut.

Dari perbandingan hasil tes diperoleh bahwa sebelum tindakan dilakukan, ketuntasan belajar hanya mencapai 37,5 %, tetapi setelah tindakan siklus I ketuntasan klasikalnya mencapai 62,5 % dan pada siklus II mencapai 90 %. Dengan demikian, ketuntasan belajar pada siklus I meningkat 66,7 % dan pada siklus II meningkat lagi 44 %. Adapun nilai rata-rata pada prasiklus, siklus I, dan siklus II yaitu 65, 76, dan 80.  

Hasil observasi diperoleh adanya perubahan perilaku/aktivitas ke arah positif. Hal itu dibuktikan oleh keaktifan peserta didik selama  pembelajaran berlangsung.  Pada siklus II peserta didik lebih semangat dalam pembelajaran menentukan struktur teks tantangan, lebih aktif berdiskusi, lebih cepat dalam menentukan struktur teks tantangan , lebih berani menjawab pertanyaan guru, dan tetap serius mengerjakan tugas.  Selain itu, peserta didik mengaku sangat senang mengikuti pembelajaran, baik terhadap cara maupun teknik guru mengajar.

       Peningkatan hasil tes dan perubahan perilaku peserta didik sebagaimana dipaparkan di atas menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti. Dengan demikian, penggunaan teknik bursa paragraf dapat diterima oleh peserta didik dan sangat efektif apabila diterapkan pada pembelajaran menentukan struktur teks tantangan.

 

Saran

       Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut.

1. Dalam melaksanakan pembelajaran menentukan struktur teks tantangan, penggunaan teknik bursa paragraf dapat dijadikan alternatif oleh guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi menentukan struktur  teks tantangan.

2.  Dalam melaksanakan teknik bursa paragraf, para peserta didik hendaknya selalu memotivasi diri untuk terlibat aktif dan berpikir kritis sehingga akan sangat membantu dalam menuntaskan materi pembelajaran.

Pihak sekolah hendaknya dapat menfasilitasi sarana maupun prasarana dalam pembelajaran dan dapat menjadikan sebagai bahan acuan pembelajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Haryadi. 2008. Retorika Membaca: Model, Metode, dan Teknik. Semarang:     Rumah Indonesia.

https://ismailbugis.wordpress.com/2011/06/19/pengertian-strategi-pendekatan model-teknik-dan-metode-pembelajaran/ (diunduh 24 Maret 2017)

http://menurutahli.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-teks-struktur-teks-dan-jenis.html (diunduh 24 Maret 2017)

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-teknik-dalam pembelajaran.html (diunduh 11 Maret 2017)

http://www.yuksinau.id/teks-tantangan-pengertian-struktur-contoh (diunduh 7Maret 2017).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Bahasa Indonesia Wahana   Pengetahuan SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Slameto. 1991. Proses Belajar mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya: Penerbit SIC.

Tim Edukatif. 2016.  Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun