“Baik, Mas. Did you smoke cigarette?” Tanya Glenca sambil menyalakan rokoknya.
“Yeah, I Smoke. Need a lighter?” Tanya Mike.
“Yup. Thanks Mas Michael”. Jawab Glenca.
Setelah mengobrol panjang lebar dengan Glenca, Michael pun kembali ke Bar untuk membayar bill orderannya tersebut dan ia juga membayar bill order dari Glenca. Michael pun menawarinya untuk pulang bareng sebagai bentuk pendekatan emosionalnya dengan Glenca yang akan bekerja bersamanya nanti.
“Thank you so much Mas, kamu udah nganterin aku sampe apartemen”. Sapa Glenca.
“Don’t mention it. Oh iya, jangan lupa jam 9 pagi saya tunggu di ruangan saya besok”. Balas Mike.
“Siap Mas Michael”. Jawab Glenca.
“Satu lagi, jika nanti kamu nanti bekerja dengan saya. Panggil saya “Pak” jangan “Mas”, gak etis rasanya meskipun kamu kenal saya begitupun sebaliknya, kamu memanggil saya dengan sapaan “Mas” di lingkungan kerja”. Pinta Mike.
“Baik Pak Michael. Nice to see you”. Jawab Glenca.
Keesokan harinya, Michael pun berdiskusi dengan Lisa dan meminta untuk menutup lowongan tersebut karena Michael merasa Glenca adalah kandidat yang fit-in. Glenca pun akhirnya datang tepat waktu dan langsung melakukan interview kerja di ruangan Michael dan meminta Lisa untuk keluar dari ruangannya.
Pada saat interview berlangsung, Michael pun menatap Glenca seakan-akan terhipnotis dengan tatapan Glenca yang nakal dan Michael pun sesegera mungkin menghentikan interview tersebut dan Glenca meninggalkan ruangan Michael dengan mengatakan: