Mohon tunggu...
Taufiqillah Al-Mufti
Taufiqillah Al-Mufti Mohon Tunggu... -

Jl. Jonggring Saloko, Madukoro, Semarang Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Geger Desa

27 Juli 2016   09:03 Diperbarui: 28 Juli 2016   04:37 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Terus, nanti rakyat akan mengira ada sesuatu antara kita berdua dengan Yanto. Jangan terlalu licin kem” desak Suminyem.

“Peranmu aku butuhkan, nyem.”

“Peran, bagaimana? Aku tidak paham politik kem.

“Berperan menjadi jembatan dan pengarah agar tidak ada kesalahpahaman. Aku amat-amati tinjauan dan nalar politikmu lumayan nyem.”

“Ada-ada saja kamu, terus apalagi?”

“Detailnya, aku sampaikan besok. Yanto mintalah mencari bukti-bukti tadi.”

“Baik.”

Mereka berpisah.

(7)
Semua karena Yanto, kemarahannya beberapa bulan lampau, yang mendesaknya bergerak – setua ini disuruh mengurus duniawi, apalagi itu kekuasaan, tidak kah menambah dosa-dosa, dan mengikis pahalaku kelak di akherat nanti. Hanya kebanggaan, hanya rasa bangga saja pada cucunya, Yanto, yang sedemikian prestisius dan ulet berbuat dan berkorban demi wujudnya perubahan.

Bisakah ini menjadi jariyah kelak di akherat?. Seingatnya kata Kiai yang perna memberi pengajian di masjid Nurul Haq, desa Tunggak, berujar: “Menegakan kebenaran itu bagian dari amal sholeh.Jika bermanfaat untuk generasi selanjutnya, maka langgeng pahalanya sampai di hari akhir”. Semakin memantabkan bathinnya. Sambil berandai-andai dan merenung, ia tunggui Yanto.

Pemuda itu nampak dari kejauhan rumah, ia mengenakan caping, sepedanya sebatas dituntun, berjubel gabah memenuhi karungnya. Tampak Yanto mengusap-usap kepala, keringatnya berkilau-kilau, capingnya di lepas dan tergantung pada leher. Dalam hati Suminyem: aku bangga padamu, sisa umur di hari-hari terakhirku (terdengar romanstisme tapi maknanya kuat) aku baktikan untuk generasimu dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun