Mohon tunggu...
Taufiqillah Al-Mufti
Taufiqillah Al-Mufti Mohon Tunggu... -

Jl. Jonggring Saloko, Madukoro, Semarang Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Geger Desa

27 Juli 2016   09:03 Diperbarui: 28 Juli 2016   04:37 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika pick updatang, mereka bergegas, meringsek naik.

(12)
Kepergian Yanto dan sahabat-sahabatnya digiringkan oleh Sanikem, Suminyem dan sesepuh desa. Satu per satu dari pemuda-pemudi itu bersalam-salaman dengan para sesepuh. Bagi sesepuh desa di tangan pemudalah perubahan dan kemajuan desa dapat tercapai. Maka sesekali perlu mengalah. Dan gagasan itulah yang dipelopori oleh Sanikem kepada sesepuh dan keseluruhan warga. Sebagian dari pemuda-pemudi yang terhisak, seakan bena-benar ber-jihad, barangkali tak kembali lagi, terbang bersama malaikat ke nirwana.

Segera setelah penggiringkan keberangkatan para serdadu desa Tunggak itu. Sanikem mengajak para sesepuh-sesepuh desa untuk berkeliling ke dusun-dusun (konsolidasi masa). Setidaknya ada tiga dusun: Sumber Rejo, Rejosari, Arjosari. Sedang yang sudah termasuk dalam barisan Sanikem baru dusun Sumber Rejo dan Arjosari. Baru kemudian ke dusun Rejosari. Dusun itu agaknya susah untuk diajak bersatu, karena kamituwo di sana masih adik kandung dari Ki Jarot, namanya Ki Broto.

Didatangilah kediaman kamituwo Rejosari, Ki Broto. Setelah dijelaskan panjang lebar tentang keadaan desa, kekosongan jabatan, dan keadaan kakaknya Ki Broto yang sedang diadili. Ki Broto mengatakan, kalau ia tidak dapat menghadiri musyawarah desa yang akan membahas berkaitan pergantian kepala desa. Agak didesak oleh Sanikem dan dielu-elukan oleh Suminyem, tetap, Ki Broto tak bisa hadir. Alasannya, bagaimana mungkin seorang adik kandung sendiri membiarkan kakaknya tersiksa, sedang adiknya bereforia jabatan.

Sebelum beranjak, Sanikem menerangkan maksud utamanya. Kalau pun toh tidak dapat hadir setidaknya ia menyepakati usulan dari Sanikem. Bahwa Ki Broto dibujuk rayu oleh Sanikem untuk turut mendukung Yanto sebagai kepala desa.

Seketika Ki Broto mengamuk, dan berkata keras, bahwa bagaimana bisa seorang kepala desa itu masih muda, sedang kamituwo-kamituwonyaadalah orang-orang sepuh. Ia tidak rela diperintah dan kepalanya diinjak-injak oleh pemuda. Hitung-hitung Ki Broto adalah termasuk penguasa desa Tunggak, wajar, nafsu kekuasaannya masih melekat, dan seketika ada tanda-tanda yang mencoba menghanguskan kekuasaan, ia hantam.

Pertemuan dengan Ki Broto, berakhir deadlock. Rejosari tidak termasuk sekutu, final.

(13)
Sampailah gerombolan pemuda-pemudi itu di sekitaran pengadilan negeri Grobogan, tapi tidak turun tepat di depan pengadilan, melainkan di sekitaran sana. Mereka sampai pada pukul 07:45 WIB, pagi. Sedang persidangan masih pada pukul 10:00 WIB, tepat.

Akhirnya mereka mencari tempat lesehan untuk berinstirahat sejenak, berdiskusi, memperbincangkan kemungkinan yang akan terjadi dan alternatif-alternatif yang musti dilakukan bila di luar rencana. Sebenarnya misi mereka tidaklah rumit, hanya mengawal proses persidangan Ki Jarot. Setidak-tidaknya mereka dapat menyelinap masuk secara bergerombol atau terpisah-pisah, keseluruhan atau sebagian, ke dalam ruang persidangan.

Pukul 09:30 WIB, Yanto memberi aba-aba sahabat-sahabatnya untuk bergerak ke pengadilan. Mereka berjalan bergerombol. Pakaian mereka masih nampak seperti orang desa. Memperlihatkan diri mereka seperti orang kesasar. Itu sudah diatur oleh Yanto, agar tidak mencurigakan, dan dipandang lugu.

Nampak lugu adalah satu keuntungan tersendiri jika terlibat dalam persoalan politik, karena lawan akan kesulitan mengindentifikasi kekuatan. Mereka akan memandang lemah, selanjutnya meremehkan dan mengabaikan, padahal itu berbahaya sekali. Sedang perhitungan politik mesti jeli dan akurat, tidak boleh menyianyiakan sepotong pun peristiwa. Itu sudah masuk perhitungan Yanto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun