Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Bayang-Bayang Penyesalan

13 Juni 2024   10:51 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:45 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maya memutuskan untuk mengambil cuti beberapa hari dari pekerjaannya. Dia perlu waktu untuk sendiri, untuk benar-benar merenungi apa yang dia rasakan dan apa yang dia inginkan.

Hari itu, Maya berjalan menyusuri jalan-jalan kota yang penuh kenangan. Setiap sudut jalan, setiap kafe, setiap taman mengingatkannya pada Arga. Di satu sisi, dia merasakan nostalgia yang manis, tapi di sisi lain, ada rasa sakit yang tak tertahankan.

Maya berhenti di sebuah taman kecil, tempat favoritnya dan Arga dulu. Dia duduk di bangku yang sama, di bawah pohon rindang yang dulu sering menjadi saksi bisu kebahagiaan mereka. Maya menutup matanya, membiarkan kenangan-kenangan itu mengalir bebas.

Dia teringat pertama kali bertemu Arga di perpustakaan kampus. Arga yang ramah dan selalu penuh semangat, yang selalu tahu bagaimana membuatnya tertawa. Mereka berbagi mimpi dan harapan, saling mendukung di setiap langkah kehidupan mereka.

Namun, kenangan indah itu segera digantikan oleh kenangan pahit perpisahan mereka. Hari-hari penuh kebingungan, rasa sakit, dan penyesalan. Maya merasakan air mata mengalir di pipinya, tapi dia tidak mencoba menghapusnya. Dia tahu bahwa menangis adalah bagian dari proses penyembuhan.

Sore harinya, Maya kembali ke apartemennya dengan perasaan yang sedikit lebih ringan. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi dia siap untuk menghadapi masa lalu dan mencari jalan untuk berdamai dengannya.

Di apartemen, Maya mengambil buku harian lamanya. Dia mulai membacanya, membiarkan setiap kata membawa kembali kenangan-kenangan itu. Dia menyadari bahwa meskipun banyak hal yang menyakitkan, ada juga banyak kebahagiaan yang pernah dia rasakan bersama Arga.

Malam itu, Maya memutuskan untuk menulis surat kepada Arga. Bukan untuk dikirimkan, tapi untuk mengungkapkan semua perasaannya yang selama ini terpendam. Dia menulis tentang rasa sakitnya, tentang penyesalannya, tapi juga tentang harapannya. Harapan bahwa suatu hari nanti, mereka bisa menemukan kedamaian, baik bersama ataupun tidak.

Ketika selesai menulis, Maya merasa beban di hatinya sedikit berkurang. Dia tahu bahwa proses ini akan memakan waktu, tapi dia merasa lebih siap untuk melangkah maju. Dengan harapan yang baru, Maya menatap ke luar jendela, memandangi bintang-bintang yang mulai muncul di langit malam. Masa lalu mungkin penuh dengan luka, tapi dia percaya bahwa masa depan masih memiliki banyak hal indah yang menantinya.

Bab 4: Bayangan Masa Depan

Matahari pagi menyinari apartemen Maya dengan hangat, mengusir sisa-sisa kegelapan malam. Setelah malam penuh renungan dan air mata, Maya merasa lebih ringan. Surat yang dia tulis untuk Arga masih tergeletak di meja, seperti saksi bisu dari perasaannya yang terdalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun