Bulan demi bulan berlalu, dan hubungan Maya dan Arga terus berkembang dalam keseimbangan yang mereka temukan. Mereka berbagi suka dan duka, serta saling mendukung dalam setiap tantangan yang mereka hadapi. Namun, kehidupan tak pernah lepas dari ujian, dan hubungan mereka segera diuji oleh badai yang tak terduga.
Suatu hari, Maya menerima panggilan telepon yang mengubah hidupnya. Ibunya, yang tinggal di kampung halaman, jatuh sakit dan membutuhkan perawatan intensif. Maya merasa hancur mendengar kabar itu, dan dia segera memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya untuk merawat ibunya.
"Aku harus pergi, Arga," kata Maya dengan suara bergetar saat mereka bertemu di apartemennya. "Ibuku membutuhkan aku. Aku tidak tahu berapa lama aku akan pergi."
Arga menatap Maya dengan penuh pengertian dan dukungan. "Aku mengerti, Maya. Aku akan selalu ada di sini untukmu, berapa lama pun itu. Kamu harus bersama keluargamu sekarang."
Maya merasa lega mendengar kata-kata Arga. "Terima kasih, Arga. Aku tahu ini tidak mudah bagi kita berdua, tapi aku harus melakukannya."
Arga mengangguk. "Kita akan melalui ini bersama, Maya. Jarak bukanlah masalah jika kita saling mendukung. Kita akan tetap berkomunikasi dan saling menguatkan."
Dengan perasaan campur aduk, Maya meninggalkan kota dan kembali ke kampung halamannya. Dia menghabiskan hari-harinya merawat ibunya, yang kondisinya naik turun. Meski begitu, Maya dan Arga tetap berhubungan melalui telepon dan pesan singkat. Setiap kata dari Arga memberi Maya kekuatan untuk terus maju.
Namun, semakin lama mereka berjauhan, semakin sulit rasanya mempertahankan hubungan mereka. Terkadang, Maya merasa putus asa dan lelah, tapi Arga selalu ada untuk menguatkannya.
Suatu malam, setelah hari yang panjang dan melelahkan, Maya duduk di samping tempat tidur ibunya, menggenggam tangan wanita yang telah membesarkannya dengan penuh kasih. Ibunya, meski lemah, menatap Maya dengan mata penuh cinta.
"Maya, jangan pernah menyerah pada kebahagiaanmu," bisik ibunya. "Aku tahu kau mencintai Arga. Jangan biarkan jarak merusak apa yang kalian miliki."
Maya menahan air matanya. "Aku tidak akan menyerah, Bu. Arga adalah sumber kekuatanku."