Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Bayang-Bayang Penyesalan

13 Juni 2024   10:51 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:45 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mata mengalir di pipi Maya. Arga meraih tangannya, menggenggamnya erat. "Aku mengerti, Maya. Aku juga merasakan sakit itu. Tapi sekarang aku di sini, ingin memperbaiki semuanya. Kalau masih ada kesempatan."

Maya menarik tangannya perlahan dari genggaman Arga. "Arga, aku tidak tahu apakah kita bisa kembali seperti dulu. Terlalu banyak yang sudah terjadi. Luka itu masih ada, dan aku tidak yakin bisa sembuh."

Arga menatap Maya dengan penuh harap. "Aku tidak meminta kita untuk kembali seperti dulu, Maya. Aku hanya ingin kita memulai dari awal, mencoba memperbaiki apa yang telah rusak. Aku ingin kita saling memaafkan dan memberikan kesempatan untuk diri kita sendiri."

Hening sejenak, hanya suara hujan yang terdengar. Maya merasakan keraguan dan ketakutan yang mendalam. Namun, di balik semua itu, ada sedikit harapan yang mulai menyelinap masuk.

"Aku butuh waktu, Arga," kata Maya akhirnya. "Aku butuh waktu untuk merenung, untuk memahami apa yang sebenarnya aku rasakan."

Arga mengangguk dengan penuh pengertian. "Aku mengerti, Maya. Aku akan memberikanmu waktu. Tapi ingatlah, aku tidak akan pergi ke mana-mana. Aku akan tetap di sini, menunggumu."

Setelah itu, mereka berdua terdiam lagi, membiarkan hujan menjadi saksi bisu dari pertemuan yang penuh emosi itu. Maya merasa lega bisa mengungkapkan perasaannya, meski masih ada banyak yang harus diselesaikan. Arga, di sisi lain, merasa mendapatkan secercah harapan bahwa mungkin, suatu hari nanti, mereka bisa menyembuhkan luka lama dan menemukan kebahagiaan bersama.

Ketika Arga akhirnya berpamitan dan pergi, Maya menutup pintu apartemennya dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa perjalanan untuk menyembuhkan luka lama ini tidak akan mudah, tapi dia juga menyadari bahwa mungkin, hanya mungkin, ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya.

Di tengah malam yang kelam dan hujan yang terus mengguyur, Maya duduk di dekat jendela, merenungi pertemuannya dengan Arga. Masa lalu mungkin penuh dengan penyesalan dan keputusasaan, tetapi masa depan masih terbuka lebar, menunggu untuk diisi dengan harapan dan cinta yang baru.

Bab 3: Jejak-jejak Masa Lalu

Pagi itu, langit cerah setelah semalaman diguyur hujan. Maya duduk di meja kerjanya, menatap kosong layar laptop. Kata-kata yang biasanya mengalir mudah kini terasa tersendat. Pertemuan dengan Arga semalam terus menghantui pikirannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun