“Iya nih Vida. Lain kali langsung hubungi kami dong Vid. Kamu itu kan tinggal sendirian. Kalau ada apa-apa bagaimana?” timpal Ferry.
“Iyaa…. maaf deh maaf…. semalam aku cuma demam biasa kok.… mungkin juga cuma masuk angin…..”
“Ya tetap saja jangan dianggap remeh Vid,” kata Hani yang kembali sibuk dengan urusan touch-up nya.
"Iya iyaa...." sahutku sambil tersenyum dan mulai memilih makanan.
“Eh, Han…. Fer ….,” bisikku dengan suara rendah sembari menggigit sosis panggang, ”Memangnya....... ada kejadian apa sih…. di penjara kota ?”
Ferry langsung terpaku dengan sepotong daging menggantung di mulutnya.
Hani terdiam menatap cerminnya, tak berani melihatku.
“Nggak apa-apa kok,” lanjutku melihat reaksi mereka, ”Cerita dong. Aku pingin tahu…”
“Kamu dengar darimana sih Vid ? Padahal harusnya kamu nggak perlu dengar….” Ferry melanjutkan mengunyah dagingnya.
“Bapak-bapak di belakang itu yang ngobrol tadi…” sahutku pelan.
“Hmmh….,” Hani mendengus kesal ke arah belakangku.