Papa…..
Vida sakit…..
Vida sakiiit  Maa… Paa…..
Kukeluarkan seluruh emosiku dalam tangis yang menderu.
Ingin rasanya kuhabiskan semua persediaan air mataku agar bisa merasa lega. Â
Tapi meskipun sudah puluhan kali aku menangis seperti ini, rasa sakit dan penyesalan itu tetap ada.
Mengganjal di dada. Membuat sulit bernapas.
Â
Lelah menangis, karena tak sanggup berdiri, aku merangkak kembali ke kamar.
Perutku terasa melilit. Kepalaku pusing.
Di lemari obat di dapur mungkin ada obat penurun demam. Tapi aku tak sanggup berdiri lagi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!