Sore ini hujan masih deras, Dewi terlihat menunggu Fahri cowoknya yang sudah dia kenal sejak SMA dulu, cinta pertama Dewi, Dewi adikku yang paling kecil sangat mencintai laki-laki yang bernama Fahri.
Â
"Wi, kamu kenapa dari tadi mondar-mandir terus?"
Ibu menghampiri Dewi, melihat Dewi berjalan mondar mandir di ruang tamu.
"Dewi lagi tunggu Fahri Bu, hari ini tanggal jadian kita, Fahri selalu ngajak Dewi makan malam, meski bukan di restauran mewah"
Sesekali Dewi membuka tirai jendela, melihat ke luar jendela, tidak ada tanda-tanda Fahri datang, hujan turun dengan sangat derasnya sesekali terdengar kilatan petir menyambar.
"Dewi, Fahri tidak akan kesini, kasihan dia!"
Ibu kembali menghampiri Dewi, mengusap kepalanya.
Â
"Fahri pasti kesini Bu, Fahri sudah janji sama Dewi, tidak akan tinggalkan Dewi!"
Ibu berjalan ke sofa berwarna marun yang berada diruang tamu, duduk terdiam.
Â
"Bu, Nanti kalau Dewi nikah sama Fahri Dewi kepingin baju untuk akad nikah Ibu yang menjahit ya!"
Ibu Menunduk, tatapannya mulai sendu, aku melihat bulir-bulir air matanya membasahi pipinya yang sudah mengkriput.
"Bu, Kenapa sih? Kenapa Ibu selalu tidak suka tiap kali Dewi membicarakan Fahri, kenapa Ibu tidak suka tiap kali Dewi membicarakan pernikahan Dewi dengan Fahri?"
Ibu masih terdiam, terduduk lemas, menunduk dan setelah itu pasti ibu menangis.
"Selalu Ibu seperti ini, setiap kali aku tanya hal yang sama Ibu hanya bisa menangis, menangis dan menangis!"
Tidak berapa lama, terdengar suara pintu ditutup dengan sangat kerasnya. Dewi masuk kedalam kamar, terdengar suara isak tangis pecah dikamar Dewi, sementara di sofa berwarna marun, aku melihat Ibu memejamkan matanya, air matanya terus membasahi pipinya.