"Udah gak usah Bu, biar Dewi saja yang lihat, sekalian Dewi buatin Mbak Wit teh hangat manis dulu, kalau memang Mbak Wit tidak membaik nanti biar Dewi anter ke dokter, Ibu gak usah khawatir!"
Dewi segera berjalan ke dapur, setelah merapihkan meja makan, membuat teh hangat manis, dan membawanya ke kamar Wita.
"Tok.. Tok.. Tok.."
Mbak Wit, aku bawain teh hangat nih, Dewi membuka pintu kamar yang memang tidak terkunci, lalu berjalan ke tempat tidur menghampiri Wita yang terlihat sangat nyenyak.
"Mbak Wit, bangun minum teh hangatnya dulu nih, setelah itu kita ke dokter ya?"
Dewi mengguncang-guncangkan tubuh Wita
"Mbak bangun, ini Dewi buatin teh hangat buat Mbak Wit, minum dulu, biar badan Mbak Wit hangat juga"
Dewi kembali mengguncang-guncangkan tubuh Wita.
"Mbak masakan Mbak hari ini habis sama Dewi, pindang bandengnya enak banget, bakwan jagungnya sampai habis Dewi gadoin, tapi masih ada sih Dewi sisain buat Mbak, sekarang Mbak minum teh hangat dulu, habis itu makan, habis itu kita ke dokter!"
Dewi meneteskan air mata, menangis meraung-raung, Dewi terus memanggil nama  Wita.
"Mbak Bangun Mbak, bangun.. "