Aku berkata lirih, ada buliran air mata kembali membasahi pipiku, suaraku tersendat.
"Tapi Wit kamu tau, aku dari dulu mencintai kamu, dari pertama kita bertemu di bangku SMA kelas satu, dan aku belum pernah lagi jatuh cinta selain denganmu Wit!"
Tiba-tiba suara Fikripun seakan sayup-sayup terdengar, terdengar lirih dan begitu menghiba.
"Aku tau Fik, begitupun aku, aku sangat mencintai kamu, hingga saat ini!"
Aku tak kuasa menahan tangis, ku basuh air mataku yang membasahi pipi, ku pejamkan mataku, nyatanya air mata itu semakin banyak menetes.
"Lalu kalau kita saling mencinta, mengapa kamu melakukan ini semua Wit? Kita bisa pelan-pelan kasih pengertian ke Dewi kalau kita sebenarnya saling mencin.. "
"Fik, kalau kamu berada di posisi aku, apakah kamu akan melakukan hal yang sama? Apakah kamu tega melihat adikmu sendiri bersedih?"
Aku memotong pembicaraan Fikri, berharap Fikri mengerti, mengapa aku melakukan ini semua.
"Percaya sama aku Fik, kelak kamu akan mencintai Dewi, seperti kamu mencintai aku, Dewi tidak gila, dia anak yang manis, aku mohon jaga Dewi untuk aku!"
Tuuutttttttt...
Ku tekan tombol "Akhiri" di telepon genggamku, ku jatuhkan tubuhku dikasur, aku menangis, terus menangis