Dewi menarik kursi jati berwarna coklat tua itu untuk berada lebih dekat ke araku, Â lalu Dewi menatapku, memegang erat tanganku, kali ini aku tak kuasa menahan air mataku, ku tatap Dewi penuh kasih sayang.
"Mengapa Mbak Wita melakukan ini?"
Dewi menangis terisak, terus menggenggam tanganku dengan erat. Ingin aku berkata sesuatu tetapi rasanya tenggorokanku tercekik, aku dan Dewi kini hanya sama-sama meneteskan air mata.
"Karena Mbak sangat menyayangimu Wi, sangat, melebihi dari apapun!"
Aku dan Dewi berpelukan, kami menangis sore itu, ada rasa yang sulit untuk aku ungkapkan, aku hanya ingin melihat Dewi bahagia, itu saja.
"Mbak seneng Wi, Fikri memang orang baik, dan dia layak untuk mencintaimu, karena kamu juga baik!"
Aku mengusap air mata Dewi, Dewipun mengusap air mataku, sore itu menjadi moment terindah dalam hidupku.
"Tuhan jaga Dewi dan Ibu untukku"
Bisikku dalam hati.
_____________________
"Wit, kamu gak kerja? Sabtu masih masukkan?"