Mohon tunggu...
YoumiSr
YoumiSr Mohon Tunggu... -

I like writing what come to my mind 💻

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta untuk Dewi

19 Januari 2019   00:00 Diperbarui: 19 Januari 2019   00:09 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan sangat antusias Dewi langsung menyendok nasi, aku masak pindang bandeng dan bakwan jagung kesukaan Dewi. Dari dulu Dewi sangat suka pindang bandeng goreng asam, aku tersenyum melihat Dewi makan dengan sangat lahapnya. Pasti tambah gemuk saja dia, bisikku dalam hati.

"Loh, kamu gak makan Wit? Hayuk makan sekalian!"

Ibu berkata kepadaku, yang masih berdiri di kursi sebelah Dewi, memperhatikan Dewi makan dengan sangat lahapnya.

"Wita masih belum kepingin makan Bu, tadi di dapur sambil masak Wita ngemilin jeruk sama apel yang ada dikulkas, malah jadi kenyang, Wita sholat juhur dulu ya Bu, Ibu sama Dewi makan yang banyak, nanti selesai sholat Wita janji makan!"

Aku berjalan ke kamarku, selain ingin sholat juhur, sebenarnya badanku semakin gak enak, hanya saja aku tidak ingin Ibu dan Dewi tahu, nanti mereka mengira aku kecapean, aku bergegas mengambil wudhu, ku bentangkan sejadah di dalam kamarku, tiba-tiba kepalaku terasa berputar-putar berat sekali. Alhamdulillah aku masih bisa memaksakan kewajibanku, sholat 5 waktu, pesan dari almarhum Bapak untuk tidak meninggalkannya. Selesai sholat juhur kepalaku semakin terasa sakit, dadaku terasa sesak, ingin memanggil Ibu atau Dewi tapi aku tidak ingin membuat mereka panik, akhirnya aku merebahkan badanku diatas kasur, mukena masih terpakai, aku pejamkan mataku, menarik nafas semoga sakit ini segera pergi.

"Wi, Mbak Wita kok lama banget dari tadi sholat?"

Ibu bertanya kearahku, aku masih asik makanin bakwan jagung kesukaanku.  

"Mungkin Mbak Wita langsung tidur Bu, tadikan Ibu bilang Mbak Wit lagi gak enak badan bukan?"

Aku mencoba menenangkan Ibu, Ibu begitu terlihat sangat khawatir, padahal Mbak Wita hanya masuk angin mungkin.

"Ya sudah Ibu mau ke kamar Mbak Wita dulu, bener tidur gak? Atau masih berdoa?"

Ibu bangun dari kursi meja makan, Dewi menarik tangan Ibu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun