“Tubuhnya panas, adikmu sepertinya sedang mengalami demam, biar paman buatkan obat dahulu... kamu jaga adikmu dulu ya...”
Jaka Someh kemudian pergi ke gerobak sapinya untuk mengambil kotak obatnya. Dia mengambil beberapa lembar daun meniran dan daun dewa, kemudian dia meraciknya, dan meminumkannya ke Dewi Intan.
Dengan telaten, dia mengompres kening Dewi Intan, untuk menurunkan suhu tubuh yang sudah tinggi. Setelah kondisi Dewi Intan sudah mulai stabil, Jaka Someh menyuruh Purba Anom untuk makan
“Paman sampai lupa, kalau kamu belum makan, sekarang kamu makan dulu ya...biar tidak sakit seperti adikmu...”
Purba Anom yang sudah lapar semenjak tadi pun langsung melahap makanannya. Jaka Someh hanya melihatnya, dalam hati dia bersyukur bisa menolong kedua kakak beradik itu.
Keesokan hari, tubuh dewi Intan sudah mulai stabil, panas tubuhnya sudah normal kembali. Dia melihat ke arah Jaka Someh, lalu bertanya
“Paman, siapa?”.
Jaka Someh tersenyum melihat Dewi Intan sudah mulai sembuh, ada perasaan senang melihat usahanya berhasil,
Jaka Someh menjawab pertanyaannya Dewi Intan
“Nama paman Jaka Someh, adik cantik...”
Purba Anom yang sudah bangun pun ikut nimbrung, kemudian bercerita kepada adiknya, menceritakan pengalamannya bertemu dengan Jaka Someh. Dewi Intan tersenyum kepada Jaka Someh, lalu dia berkata