Jaka someh tidak bosan menjawab berbagai pertanyaan dari para warga yang merasa heran dengan apa yang dilakukannya.
“Sedang membuat pondok rumah, mang”
Atau jawaban yang lain,
“Sedang membuat pondok, pak”.
Kemudian para warga itu pun bertanya lagi
“Kenapa membuat pondoknya di atas bukit ini kang? Bukit ini kan tandus”.
Jaka Someh pun menerangkan lagi bahwa dia berencana akan mengelola bukit tandus ini agar bisa dijadikan lahan untuk bercocok tanam, dia mengatakan kepada warga bahwa dia akan mencoba menghijaukan kembali bukit tandus tersebut.
Tentu saja sebagian besar warga tersebut mencemoohnya, mereka mengatakan bahwa pekerjaannnya itu akan sia-sia, lebih baik bercocok tanam di tempat lain saja.
Bahkan ada warga yang mengatakan bahwa Jaka Someh adalah seorang yang kurang waras. Meskipun banyak warga mencemoohnya, Jaka Someh tidak peduli, dia tetap meneruskan usahanya untuk mengelola bukit tandus tersebut, tekadnya sudah bulat untuk menjadikan bukit itu kembali menjadi hijau.
Selesai membangun pondok, esok harinya mereka mulai menebangi pohon-pohon bambu lagi. Banyak sekali bambu yang berhasil mereka kumpulkan.
Setelah terkumpul banyak, Jaka Someh mulai membuat kolam untuk menampung air.