Wajah bocah itu nampak babak belur dipukuli para preman pasar. Sebenarnya banyak warga yang merasa iba dengan kondisi anak itu, namun apa daya, mereka takut jika menolong anak itu akan berhadapan dengan para preman pasar.
Bocah itu berkali-kali meminta ampun kepada Bah Sarmin, preman yang telah menangkapnya. Dia juga meminta maaf kepada Pak Juhadi pemilik warung makanan yang telah dia curi.
“Ampun...ampun...Pak...Maafkan Saya...Saya berjanji tidak akan mencuri lagi...saya mencuri makanan ini juga karena terpaksa...Saya Mohon ampun...tolong Pak...Lepaskan saya...Kasihani Saya...”
Salah satu anak buah Bah Sarmin terlihat kesal mendengar rengekan si bocah, dia langsung menjorokan kepala si bocah. Bocah itu langsung tersungkur dan jatuh ke tanah, tangisannya bertambah keras. Namun dia segera bangun lagi dan berlutut di hadapan Bah Sarmin
“Ampun pak...tolong ampuni saya...tolong jangan pukuli saya lagi...”.
Melihat kondisi bocah itu, Jaka Someh semakin merasa iba, dia berniat untuk menolong anak itu.
Ketika salah satu anak buah Sarmin akan kembali menghajar anak itu, Jaka Someh langsung berteriak kepadanya
“Tahan...tahan pak, jangan sakiti anak itu lagi...”
Bah sarmin dan anak buahnya langsung menoleh ke arah Jaka Someh, secara bersamaan mereka berkata,
“Kamu siapa? Mau jadi jagoan ya kamu, berani-beraninya kamu melarang kami menyiksa anak ini... jangan-jangan kamu adalah komplotannya anak ini ya?”.
Jaka Someh yang mendengar bentakan kedua orang itu, berusaha untuk tetap tenang. Dia mencoba menenangkan Bah sarmin dan anak buahnya