Pak kepala kampung tersenyum ramah kepada jaka Someh
“Baik, euuh...Eehh...Kang, sekali lagi kami mengucapkan terima kasih pada akang...”
Jaka someh merasa kikuk dengan sikap warga yang terlalu menghormatinya
“Iya bapak, sama-sama...”
Para warga juga menyalami raden Purba Anom dan Dewi Intan, mereka gembira setelah tahu bahwa Raden Purba Anom dan dewi Intan ternyata masih hidup dan telah kembali ke rumahnya. Malam itu terpaksa jaka Someh menunda keberangkatannya meninggalkan rumah Raden Purba Sora, karena para warga melakukan syukuran setelah terbebas dari cengkraman Ki Tapa. Mereka memasak berbagai makanan yang enak-enak untuk menghormat Jaka Someh dan Purba Anom.
Keesokan hari Jaka Someh berpamitan kepada kepala kampung dan para warga lainnya untuk melanjutkan perjalanan, Raden Purba Anom dan Dewi Intan juga ikut bersamanya.
Di tengah perjalanan, Dewi Intan bertanya kepada Jaka Someh
“Paman Someh, kita mau kemana?”
Jaka Someh terdiam mendengar pertanyaan dari Dewi Intan, dia sebenarnya juga bingung karena belum punya bayangan tempat yang akan dituju. Sebelum bertemu Purbasora dan dewi intan, jaka Someh tak begitu merisaukan perjalanannya, kemanapun dia melangkah, maka itulah tujuannnya. Tapi sekarang dia membawa Purba Anom dan dewi Intan yang kini menjadi tanggung jawabnya. Tidak mungkin Jaka Someh akan menghabiskan hidup mereka dengan perjalanan yang tak memiliki arah tujuan. Jaka Someh ingin kedua anak itu memiliki masa depan yang baik, mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang jelas, hidup bahagia dan terhormat.
Terlintas dalam benaknya untuk menitipkan kedua anak itu di perguruan Ki Buyut Putih, Namun segera dia urungkan karena teringat kepada almarhum istrinya, Dewi Sekar. Rindu pun menyesak dalam dadanya.
Jaka Someh juga teringat kepada mertua yang telah mengusirnya. Sedih rasanya kalau harus kembali ke sana. Namun masalahnya dia sekarang harus mengurusi Purba Anom dan Dewi Intan. Jaka Someh menjadi bingung untuk memutuskan. Kemudian bertanya kepada Dewi Intan dan Purba Anom