"Oppa dimana? Aku tidak akan pergi kalau oppa tidak bersamaku!"
Aku mulai mengeluarkan peluh, panas sekali di dalam. Selain itu, aku melihat kobaran api yang kemerahan dari dapur, juga asap yang mulai mengaburkan pandanganku. Aku mulai sesak, tapi aku tidak akan menyerah. Aku berlari menuju pintu yang mengarah ke rumah Hangeng oppa.
"Xili, kuncinya hilang! Aku akan mendobrak pintu ini!"
"Aku akan membantu oppa!"
"Aku sudah bilang, pergilah! Jangan pedulikan aku!"
"AKU TIDAK BISA TIDAK PEDULI! BAGAIMANA AKU BISA HIDUP DENGAN TENANG, KALAU TIDAK BISA MELIHAT OPPA LAGI?" teriakku galau, mendobrak pintu.
"Xili... aku... bagaimana harus bertanggungjawab dengan Yifang..."
"ONNIE AKAN MENGERTI! DAN AKU TIDAK AKAN PERGI! SIAL! KENAPA PINTU INI TIDAK BISA TERBUKA? APINYA... uhuk..."
"Xili... aku saja yang dorong. Kau coba menyingkir dulu."
Tapi aku melihat api menjilat-jilat dari arah belakangku. Panas sekali... aku takut... melihat api, aku takut...
"Xili... Xi..."