"Hyung, aku pulang dulu. Ingat panggil aku kalau hyung butuh apapun. Bye, Xili."
Akhirnya keduanya pergi. Aku tau apa yang diinginkan Eunhyuk oppa. Aku bangkit dari ranjangku dan pindah untuk duduk di tepi ranjang Hangeng oppa.
"Oppa... kenapa cepat sekali pulang dari terapinya?" tanyaku lembut.
"Lelah," jawabnya singkat.
"Tapi Leeteuk oppa bilang, terapi memang melelahkan pada awalnya. Cuma nanti kalau oppa sudah terbiasa, pasti rasanya lebih ringan."
"Tapi kau tidak tau apa rasanya, Xili. Yang sakit itu aku, bukan kau. Leeteuk hyung juga gampang ngomong itu, soalnya kan dia tidak mengalaminya?"
Aku kaget mendengar kata-kata Hangeng oppa yang begitu tajam. Tapi aku tidak boleh menyerah.
"Aku memang tidak tau rasanya, oppa, tapi melihat oppa yang sakit begini, hatiku juga sakit."
"Jangan menghiburku, Xili."
"Baiklah. Sekarang aku ingin oppa berusaha untuk ZhongHan House dan semua bakat oppa yang dulu, bisakah? Beranikah oppa? Hangeng oppa yang kukenal adalah orang yang tidak gampang menyerah! Dia begitu berani, bahkan terluka untuk menolongku dulu!"
"Tapi sebagaimanapun aku berusaha, aku tidak tau apakah aku bisa memasak lagi, kungfu lagi, menari lagi!" teriaknya, "aku mungkin sembuh, tapi aku belum tentu bisa melakukan itu semua lagi!"