Aqian duduk di sampingku dan menyodorkan salep, "sini, aku saja yang oleskan salepnya. Kau selalu protes agak malu kalau perawat yang melakukannya, kan?"
Aku mengangguk. Bolehlah juga kalau Aqian yang membantuku.
"Apa luka-luka Siwon oppa sudah sembuh? Pasti Choi ahjussi marah tau dia terluka," tebakku.
"Dia tidak berani marah-marah, soalnya Siwon oppa bilang dia menolong Hangeng oppa."
"Baguslah kalau begitu."
Aqian mengoleskan salep berbau aneh itu di punggungku. Aku agak sungkan ketika Leeteuk oppa biasanya memeriksa lukaku, tapi menurutnya lukaku sudah hampir sembuh. Aku mengkhawatirkan Hangeng oppa. Kapan dia bisa sembuh? Setelah lukaku diobati, aku dan Aqian mengobrol. Sebentar lagi ujian semester genap, aku harus berusaha keluar dari rumah sakit supaya tidak ketinggalan ujian. Dan pembicaraan kami terpotong ketika Eunhyuk oppa membawa Hangeng oppa kembali. Wajah Hangeng oppa terlihat tidak puas.
"Ehm... Meifen, ayo kita pulang. Hangeng hyung dan Xili butuh istirahat," ajak Eunhyuk oppa.
"Apa? Tapi aku masih mau mengobrol," protes Aqian.
Tapi Eunhyuk oppa yang ketika membantu Hangeng oppa bangkit dari kursi rodanya menuju ranjang, menggelengkan kepala pada Aqian. Aku menangkap isyaratnya, lalu mengguncang lengan Aqian. Aku menganggukkan kepalaku. Aqian akhirnya mengangguk.
"Nah, Xili, nanti kalau aku punya waktu luang, aku akan datang lagi. Ehm, Hangeng oppa... cepat sembuh ya."
Hangeng oppa mengangguk sejenak pada Aqian. Eunhyuk oppa kini memandangku dengan ekspresi memohon. Aku menaikkan alisku, bingung. Dia mengedikkan kepalanya ke arah Hangeng oppa. Ah... aku menangkap bahasa isyaratnya.