"Pasti dong. Besok malam juga aku mau bertemu dengannya lagi. Kali ini aku tidak akan membiarkan dia menginjak martabatku," tekad Aqian.
"Jangan khawatir, dia toh akhirnya, mau tidak mau harus menerimamu sebagai menantunya. Lagipula, Siwon oppa tidak akan meninggalkanmu."
"Xili benar. Ngomong-ngomong kau perlu cerita pada kami bagaimana bulan madumu di Macao," tuntut Yifang jie, "kau pasti senang, eh? Berduaan begitu dengan Siwonnie oppa... apa kalian sudah melakukan ini dan itu?"
"Ini dan itu apa sih? Oh ya Xili, jadi kau masih bisa terus bekerja di ZhongHan House," Aqian mengalihkan pembicaraan.
"Gomawo, Aqian. Tapi kembali lagi ke topic. Aku juga mau tau apa-apa saja yang kau dan Siwon oppa lakukan di Macao," tuntutku.
"Apa-apaan kalian ini? Aku kan sudah mengirimkan foto-foto."
Tapi aku menikmati memojokkan Aqian malam itu bersama Yifang jie, dan senangnya lagi, Aqian adalah tipe orang yang gampang dipancing, jadi kami bisa tau betapa bahagianya Aqian disana, dan bagaimana "bulan madu" (atau kawin lari?) mereka itu membuat hubungan mereka makin dekat. Aku juga yakin bahwa Aqian benar-benar sudah melupakan Hangeng oppa. Sedangkan aku? Sudah berhasilkah aku melupakan bayangan Donghae oppa? Siapkah aku menghadapi debaran hatiku yang lain?
"Jadi Meifen tidak akan kembali kesini?" Tanya Hangeng oppa heran begitu besoknya aku melaporkan keadaan Aqian.
"Iya. tapi apa oppa keberatan aku menggantikannya bekerja disini?" aku balik bertanya.
"Tidak... tidak masalah. Kau juga bekerja dengan sangat cekatan, Xili. Aku malah bersyukur aku menemukan pengganti Meifen yang tepat seperti dirimu."
"Ne. gomawo, oppa."