"Oppa... terima kasih..."
Manshi menepuk bahuku pelan, "aku juga akan menjagamu Xili, kami akan membuat giliran, hehehe. Istirahatlah, jangan khawatirkan apa-apa."
Aku merasa mataku begitu berat, dan rasa kantuk menyerangku dengan cepat. Aku memang perlu istirahat. Hangeng oppa... ketika aku membuka mataku, aku berharap kau bisa balas menatapku kembali...
"Aigo, kalah lagi!"
"Kau sih, Henry, kenapa bisa babo begitu sih!"
"Ya~ hyung, berhenti mencelaku dong."
Aku membuka mataku. Sudah pagi. Tirai di kamar kami sudah dibuka. Aku menggerakkan badanku untuk berbaring menyamping, dan merasa punggungku sedikit perih. Aku melihat Henry dan Kibum oppa, keduanya duduk di sofa menghadap dua laptop.
"Ayo bertanding lagi. Kali ini aku tidak akan kalah," tekad Henry, menyingsingkan lengan kemejanya yang bergaris vertical.
Aku mendengus. Entah kenapa, melihat Henry rasanya aku hidup kembali. Mungkin karena dia selalu membawa keceriaan dalam suasana apapun. Tapi aku sekarang tidak mau menggangu keduanya yang sedang sibuk main game sepertinya. Mataku kembali terpancang pada sosok Hangeng oppa yang tertidur di ranjang sebelah. Dan aku melihat jari jemarinya bergerak. Aku tidak yakin apa yang mataku lihat adalah kenyataan.
"Henry... Kibum oppa," panggilku.
Keduanya kaget, tapi melihatku, mereka tampak senang. Mereka cepat-cepat menghampiriku.