Mohon tunggu...
Rico Nainggolan
Rico Nainggolan Mohon Tunggu... Wiraswasta - quote

hiduplah layaknya bagaimana manusia hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Sepi Aktivis yang Tidak Terbeli

13 September 2023   13:43 Diperbarui: 13 September 2023   13:57 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ceritakan semuanya mulai dari awal hingga akhir kejadian, akhirnya bang nandus puas atas ceritaku tadi. Mungkin karena permasalahan ini menurut dia bukan masalah organisasi. Tetapi masalah anak muda......ya sukurlah organisasiku ini tidak tercemar gara-gara aku.

Ambrin menambahi wanti-wantinya kepadaku.

"Makanya sep, kamu itu jangan mudah terpancing emosinya, orang yang emosinya mudah terpancing, emosinya mudah diperalat lhoo....!

"Iya bang semoga ini menjadi yang terakhir bagiku....!" Jawabku untuk memuaskannya

"Lagian bang Usep kan masih jomblo, urusan dengan mereka taruhannya nyawa lho bang........mendingan energinya tuk ngelindungin cewek kakak nanti!" Seloroh Maikel menghiburku.

Ternyata Leo kemarin pergi ke Gang Bahagia untuk langsung ke Sekretariat OMEK yang berada di situ. Dan melabrak Bokir, untung Leo gak bernasib seperti aku, ku akui dia memang pemberani dan secara fisik dia memang sangat besar dan atletis ditambah dia sudah bersabuk Hitam. Aku heran kenapa Leo tahu kalo Bokir pelakunya, mungkinkah dia menganalisa dari curhatku selama ini kepada dia. Terima kasih Bang Leo atas perhatianmu.

Aku dan Bokir pada saat Semester satu dulu sama-sama menaksir Uli, yang sekarang menjadi kader organisasiku. Sedangkan cinta Bokir yang diungkapkan langsung kepada Uli, ditolak mentah-mentah oleh Uli. Apakah ini salah satu penyebab Bokir membenciku, selain organisasi yang kita ikuti juga bersebrangan. Tapi akupun sampai sekarang tak berani mengungkapkan perasaanku.

Malam haripun seperti biasa setelah curhat dengan Bang Nandus di salah satu bilik sekretariat, aku menulis buku 'khususku' dengan tulisan yang 'esensinya dan substansinya tetap sama':

"Tuhan,

apakah Kau sedang menghukumku?"

"Dia dulu yang ku cinta, 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun