Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dyah Ayu Sekar Arum

13 November 2018   18:55 Diperbarui: 13 November 2018   19:22 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kepoan.com

Kemudian di suatu malam beliau pulang diiringi seorang laki-laki muda yang tidak dikenal, mengaku bernama Danur Wenda.

Orangnya baik, tampan, juga sopan santun tutur bahasanya, Arum dikenalkan dengan Danur Wenda, yang segera tertarik  dengan sosok yang menawan itu.

Danur jadi sering bertandang, tetapi karena konon dia itu seorang pekerja keas, jika datang kerumah selalu  pasti pada malam hari yang gelap.

Ketika semakin akrab, Arum makin mantap bertekad  berbagi kasih  dengan Danur, mereka ingin terus bersama seia sekata untuk selamanya.

Terlebih Danur bersedia menolong dan melindungi pak Probo dari intaian dan ancaman Pergola, dukun pesugihan, asalkan Arum bersedia kawin dengan dia.

Karena Arum juga sudah lengket dengan Danur, dia menyetujui pernikahan itu.

Bu Probo diam sejenak, menarik nafas dalam dan memandang kita berdua bergantian.

Ada suasana yang teramat hening menyelimuti ruang duduk ini, agak miris, mistis, rasanya membuat berdiri bulu kuduk..

Kemudian perlahan beliau berkata dengan perlahan  :

"Tetapi ternyata dia bukan manusia seperti kita ini. Danur Wenda adalah mahluk halus penghuni pohon beringin ditengah pekuburan itu,..." aku dan Kennis tersentak, kaget.

"Tetapi waktu itu untuk sementara, kita menjadi aman dari ancaman dukun pesugihan itu, dia tidak berani mengganggu dan mengancam kita sekeluarga lagi.  Saya dengar Pergola  meninggal secara mendadak, banyak yang menyatakan dia terkena santet dari musuh-musuhnya atau terkena karma dari ulahnya sendiri,... "  beliau terdiam, dan menyilakan kita untuk minum dan mencicip kudapan lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun