Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dyah Ayu Sekar Arum

13 November 2018   18:55 Diperbarui: 13 November 2018   19:22 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kepoan.com

"Betul bu, saya kesana dengan suami, waktu itu hujan riwis, jadi suasana agak temaram. Ketemu dengan pak Sarmo, yang katanya sudah meninggal 3 tahun yang lalu,... " Bu Harso tampak bergidik.

"Iya ketemu juga dengan Arum, ada rumahnya dekat pohon beringin itu, mereka  punya bayi dan suaminya juga ada, tinggi dan besar sekali, mungkin saya agak salah lihat, karena suasana waktu itu remang sekali,... "

Suasana hening, bu Harso menyilakan lagi macaroni schotel dan es dawetnya

Aku memakan macaroni schotel itu kembali dan minum es dawetnya yang sedap..

"Saya segera ditarik suami dan kita seolah lari keluar dari rumah itu,... " Bu Harso dan Kennis tertegun mendengar ceritaku.

"Kemarin itu, saya tambah kaget, ternyata pak Sarmo itu sudah meninggal lama dan disekitar pohon beringin, ternyata tidak ada rumah. Pak Diran itu sudah menjaga pekuburan sepeninggal pak Sarmo, sudah 3 tahun,... " kataku menelan ludah.

"Terus mbak Puteri jadi mau bertamu kerumah bu Probo ya ?" aku mengangguk, bu Harso memandang Kennis :" Kamu juga mau ikut ?"  Kennis memandangku.

Kupandangi Kennis, dia menarik nafas panjang :" Aku nanti mau bicara dulu dengan Rudy,.. "  Rudy itu suami Kennis.

"Aku sebenarnya kepingin ikut, sudah lama tidak bertemu dengan bu Proobo, apa ya kabarnya sekarang, ... mmm, tapi dengar ceritanya, aku kok ragu, nanti kalau ada kejadian aneh-aneh, takut juga -- lagian aku kan  punya sakit jantung, takutnya nanti  kalau kaget dan jadi  kambuh, piye ? "

Aku termenung sejenak, memandang ibu Harso, beliau berkedip-kedip, termenung..

"Ibu tidak usah ikut dahulu, nanti kalau beritanya sudah pasti, saya sudah bertemu dengan bu Probo dan Arum, kita nanti bisa kesana bersama,... "  kataku, Kennis memandangku dan mengangguk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun