Dan tampak seorang wanita yang agak bungkuk berjalan kearah pintu pagar.
"Itu mak Solikah,... " kata Diran, aku segera menuju kepintu pagar, menyapanya, Â ternyata mbok tua itu sudah membawa kunci gembok dan mulai membuka pintu pagar kemudian mempersilakan kita masuk.
"Ibu sudah menunggu, ... silakan " dengan sopan mak Solikah mempersilakan kita.
Halaman rumah itu luas, ada beberapa pohon besar yang rimbun.disamping rumah.
Dihalaman depan  banyak sekali tanaman bunga melati , bau harumnya yang misterius langsung menyapa lembut.
"Mari bu masuk,... " kita terus masuk keruang tengah, suasananya lengang dan  suram, mungkin karena cat rumah itu berwarna kelabu.
Lampunya  hanya ada disamping, sudah dinyalakan, dengan watt yang tidak begitu besar, kita segera duduk disebuah sofa yang besar dengan meja kuno berukir klasik yang besar juga.
Mak Solikah masuk kedalam, aku dan Kennis saling pandang.
Perabot  yang ada, hanya  beberapa kursi dan meja kuno besar berukir dan ada satu meja besar marmer antik dengan aneka pernik menghias diatasnya.
Aku perhatikan ada bokor besar kecil berisi bunga, suasananya terasa agak mistis, bau bunga dimana-mana, Kennis memegang tanganku, terasa dingin.
Dipojok ada jam besar, jam Yung Hun berdiri yang sudah tua, tampak lusuh, juga berukir, detaknya seram terdengar jelas.