Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dyah Ayu Sekar Arum

13 November 2018   18:55 Diperbarui: 13 November 2018   19:22 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kepoan.com

"Iya budhe, ibu sehat-sehat saja. Dahulu pernah kena serangan jantung ringan , tapi sekarang sudah baik, meskipun sekarang masih harus selalu kontrol tiap bulan dan diet,... " kata Kennis.

Bu Probo tersenyum, " Ibumu itu sukanya masak, macam-macam kue dan aneka masakan, enak-enak loh masakannya,... "

"Oh iya, tadi ibu juga titip kue dan masakan  untuk budhe, masih ada di mobil,..."  Kennis mau bangkit mengambil.

"Biar saja diambil mbok Solikah, ... " beliau memanggil mbok Solikah untuk mengambil rantang dari bu Harso sambil sekalian memberi minum Diran di mobil.

Yang banyak berceritera Kennis, karena bu Purbo bertanya tentang keluarga Kennis dan sanak familinya.

Mbok Solikah masuk, menyediakan teh hangat dan membawa serta oleh-oleh dari bu Harso ibunya Kennis.

"Ibumu dikeluarga kita terkenal paling pinter masak dari dulu, ... " beliau mengambil beberapa kue dan langsung mencicipnya.

"Iya aku ingat, pastelnya ini enak banget, kroketnya juga khas, resep dari jaman Belanda dulu, dari para sepuh leluhur keluarga, ... " beliau tersenyum mengingat.

Aku dan Kennis berpandangan dan ikut tertawa, kelihatan bu Probo lahap menikmati kudapan dari bu Harso.

"Ayo loh dimaem, ... ini mbak Puteri, ayo kita serbu bareng,... " beliau mengangsurkan piring kue itu kehadapan kita, aku mengambil kroketnya yang memang tampak menawan.

Kennis hanya tersenyum, dia tidak mengambil kuenya -- mungkin sudah bosan,  malah minum teh hangat yang disuguhkan mbok Solikah tadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun