Kemudian kita bercerita panjang lebar lagi tentang masa dahulu sewaktu SMA.
Setelah agak lama, Â akupun pamit pulang, disertai bekal berbagai kudapan dan es dawet yang sudah disediakan di rantang susun lima yang besar.
Malamnya sambil tiduran, aku berceritera pada suami, dia lumayan kaget.
"Loh, jadi pak Sarmo yang kemarin malam  itu ternyata sudah meninggal 3 tahun lalu to ?" aku mengangguk
"Jadi rumah disamping pohon beringin itu gak ada jika siang hari ?" tegasnya
"Iya, aku dan Kennis sama pak Diran melihat sampai didekat pohon beringin itu, gakada rumah disana, bersih -- bahkan baru disapu oleh Diran,..." suami memandangku, mengernyitkan alisnya, berpikir.
"Aneh juga ya, kita kan masuk dalam rumah itu, ada Arum, suami dan anaknya,... " matanya berkedip-kedip, dia memandangku kembali.
Hening sejenak, dia menggaruk-garuk kepalanya, tiba-tiba bicara  agak berbisik "
"Ma, ... waktu suami Arum menemui kita sambil nggendong anaknya yang nangis, ... kamu memperhatikan perwujudannya enggak ?" kupandang suamiku, aku menelan ludah, memandangnya  dan perlahan mengangguk.
"Mmm, waktu itu mungkin karena lampunya temaran, ... ada petir lagi, mungkin kita kaget aja, jadi timbul bayangan aneh... " tapi sepertinya dia bergidik.
Kita saling berpandangan dan menduga-duga, ...