Senja mengangguk pelan, “Iya, Bu. Tapi… bolehkah aku berbicara dengan Ibu dan Ayah sebentar sebelum kita pergi?”
Kedua orang tuanya saling berpandangan sejenak, lalu ayahnya menjawab, “Tentu, Nak. Ada apa?”
“Nanti saja ya, setelah kita pulang dari masjid,” Senja tersenyum, berusaha menenangkan diri.
Seusai sarapan, keluarga Senja bersiap untuk berangkat ke masjid. Sepanjang perjalanan, Senja merasakan detak jantungnya semakin cepat. Ia tahu, sebentar lagi ia harus menghadapi momen yang mungkin akan mengubah banyak hal dalam hidupnya.
Di masjid, suasana Idul Fitri terasa begitu khidmat. Senja berusaha fokus pada ibadah, memohon kekuatan dan ketenangan untuk menghadapi apa yang akan terjadi setelah ini.
Selesai Sholat Ied, keluarga Senja kembali ke rumah. Inilah saatnya. Dengan nafas dalam, Senja mengajak kedua orang tuanya untuk duduk di ruang keluarga.
"Ayah, Ibu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan..." Senja memulai, suaranya sedikit bergetar.
Senja menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Ayah, Ibu, aku tahu kalian punya harapan besar untukku. Tapi… ada sesuatu yang sudah lama ingin kusampaikan."
Kedua orang tuanya menatap Senja dengan penuh perhatian, menunggu kelanjutan kata-katanya.
"Aku… aku ingin mengejar mimpi yang berbeda dari yang kalian harapkan," Senja akhirnya berkata, suaranya pelan tapi tegas.
"Aku ingin menjadi seorang penulis, bukan seorang dokter seperti yang kalian inginkan."