"Ayah salah. Justru karena aku sudah dewasa, aku berani mengambil keputusan ini. Aku siap menanggung segala risikonya." balasnya.
Ruangan kembali hening sejenak. Kedua orang tuanya menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Yasudah, kalau kamu gagal, jangan salahkan kami," tegas Ayahnya, suaranya penuh kekhawatiran.
"Ya, ini pilihanku sendiri dan aku siap menanggung risikonya," ucap Senja tenang.
"Kalaupun aku gagal, itu jadi pelajaran untukku. Lebih baik aku menyesal karena gagal daripada menyesal karena tak pernah berani mencoba," tambah Senja.
"Dan kalau aku berhasil," lanjut Senja sambil menatap Ayahnya dengan tatapan penuh keyakinan, "itu karena aku berani memilih jalanku sendiri."
Ayahnya terdiam, kata-kata Senja membuatnya tertegun. Ibunya menghela nafas, tampak bingung antara mendukung anak atau tetap berpegang pada harapan mereka.
"Kami hanya ingin kamu bahagia, Senja," ucap Ibunya akhirnya pelan.
"Aku tahu, Bu. Dan aku percaya, kebahagiaanku ada di tanganku sendiri," jawab Senja dengan tegas, meski hatinya bergetar.
Senja menunduk, merasakan beratnya kata-kata yang belum terucap.
"Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, Yah, Bu. Aku tahu itu sulit untuk kalian terima," ucapnya pelan namun penuh keyakinan.