Mohon tunggu...
RSID
RSID Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Cakrawala Mimpi

9 Oktober 2024   12:39 Diperbarui: 29 November 2024   08:11 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pamannya tersenyum lembut, “Yang penting kamu yakin dengan pilihanmu, Senja. Dan kamu punya dukungan dari orang tuamu. Itu yang terpenting.”

Senja merasa lega mendengar kata-kata pamannya. Ia menyadari bahwa meski jalan yang Ia pilih mungkin tidak mudah, dukungan keluarga akan menjadi kekuatan besar baginya.

Sisa hari itu dihabiskan dengan obrolan hangat dan candaan khas keluarga. Senja merasa lebih ringan, lebih bebas untuk berbagi tentang mimpi-mimpinya. Ia mulai membayangkan masa depan yang penuh dengan kata-kata, cerita, dan kemungkinan tak terbatas yang bisa ia ciptakan melalui tulisannya.

Malam itu, ketika Senja berbaring di tempat tidurnya, ia merasa damai. Ia tahu perjalanannya masih panjang, tapi langkah pertama telah ia ambil. Dengan tekad kuat dan dukungan keluarga, Senja siap menghadapi tantangan yang akan datang dalam mengejar mimpinya menjadi seorang penulis.

Beberapa bulan kemudian, Senja memulai perkuliahannya di jurusan Sastra Indonesia. Awal-awal kuliah terasa menantang namun menyenangkan baginya. Lingkungan baru yang dipenuhi oleh orang-orang dengan passion yang sama dalam dunia penulisan membuatnya semakin bersemangat untuk berkarya.

Senja mulai aktif di berbagai kegiatan kampus yang berkaitan dengan penulisan. Ia bergabung dengan klub menulis, mengikuti lomba-lomba karya tulis, dan bahkan mulai menulis untuk majalah kampus. Setiap malam, ia menyempatkan diri untuk menulis, mengasah kemampuannya dan mengeksplorasi berbagai genre penulisan.

Meski begitu, kadang-kadang keraguan masih menyelinap dalam pikiran Senja. Terutama saat ia mendengar teman-temannya dari jurusan lain berbicara tentang prospek kerja yang lebih "pasti" dan menggiurkan.

Namun, setiap kali perasaan itu muncul, ia berusaha mengingat kembali janji yang telah ia buat untuk dirinya sendiri dan orang tuanya. Janji untuk membuktikan bahwa kesuksesan bisa diraih di jalur yang ia pilih, meskipun penuh tantangan.

Suatu hari, setelah kelas berakhir, Pak Raden memanggil Senja ke ruangannya. Senja merasa cemas, karena ia khawatir tugas cerpen yang baru saja ia kumpulkan tidak memenuhi harapan.

“Senja, saya sudah membaca beberapa tulisanmu,” tutur Pak Raden. “Saya melihat potensi besar dalam karyamu.”

Jantung Senja berdebar kencang mendengar pujian itu. “Terima kasih, Pak,” jawabnya malu-malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun