Salam hangat,Â
Rini DST
1. Bubby dan Mopsi
Paling aku ingat akan dirinya, adalah tentang anjing-anjing kesayangannya. Dia adalah kakak buat aku. Bukan kakak kandung. Kakak sepupu. Aku melihat anjing-anjing kesayangannya sejenis, tetapi katanya Bubby lebih bagus dari pada Mopsi.Â
Dia meminta aku untuk menuliskan kisah hidupnya di sebuah panti werdha, yang telah dijalani selama 21 tahun. Tetapi dia enggan disebutkan namanya.
Sekarang … dia masih menjalani hidupnya di sebuah panti werdha di Jakarta, sedangkan aku tinggal di rumah di Bandung.
Dulu pada sekitar tahun 1961… dia menjalani hidupnya di kota Malang. Aku juga di sana. Saat itu dia masih muda, apalagi aku masih kanak-kanak.
Aku merasakan dia mencitai aku. Karena itu aku sebut namanya Cinta. Tentunya bukan nama sebenarnya.
Cinta merupakan anak ke 5 dari 6 barsaudara. Anak perempuan ke 2 dan perempuan yang paling kecil. Ibunya Cinta yang merupakan kakak ayahku, yang aku panggil dengan sebutan Uak.
Aku menamai kakak perempuannya Kasih, tentunya bukan nama sebenarnya juga. Aku tak ingin menyebutkan nama anak-anak Uak yang lain-lain, maksudnya yang laki-laki.
Di Malang, aku tinggal bersama nenek yang rumahnya bersebelahan dengan rumah uak. Nenek tinggal bersama anak perempuan bungsunya, yaitu adik uak yang merupakan adik ayahku juga. Itulah masa kedekatan antara aku dengan Cinta untuk pertama kali. Nenek aku adalah nenek Cinta juga, kami memanggilnya dengan sebutan mak Malang.
Saat itu Cinta sudah dewasa, sudah menjadi karyawati. Entah di mana, aku tidak ingat. Atau lebih tepat dikatakan, aku tidak tahu. Sedangkan aku masih kelas 2 SD, yang aku ingat malahan anjing kesayangan Cinta.
Setiap sore sepulang dari tempat kerja, Cinta selalu bermain-main dengan anjing kesayangannya. Itulah yang aku sangat ingat, anjingnya bernama Bubby. Bulunya putih, badannya gemuk pendek.