“Ini bukan kunci opa,” kata perawat, “Coba cari kunci opa di kantong celana.”
Dan … benar. Kuncinya ada di kantong celana. Apakah opa sudah pikun?
Sepertinya setelah mengunci kamarnya sendiri. Berjalan sepanjang lorong dengan kamar-kamar berderet, opa melihat ada kunci tergantung di sebuah kamar. Tanpa berpikir panjang, opa merasa harus mengunci kamar seperti kamarnya sendiri.
Padahal itu kamar oma “terkunci” yang sengaja meninggalkan kuncinya tergantung di pintu kamar. Oh … aku sebut saja, sekarang namanya dengan opa “mengunci”.
Hingga akhir hayatnya oma “terkunci” tidak mau berbicara lagi, kepada opa “mengunci”.
Belum pikun atau sudah pikun, sebuah keadaan membuat seseorang semakin tua semakin sering lupa. Lupa yang mengakibatkan orang lain tidak nyaman, dan akan menyusahkan diri sendiri juga.
*****
Pada hari yang berbeda. Seorang opa yang baru masuk ke Aussi, mendapat kamar di lantai 1. Pada malamnya, opa keluar ke teras. Mungkin ingin menghirup udara segar di luar ruangan. Opa tidak mengganggu penghuni lain. Keadaan juga tetap aman karena ada beberapa satpam berjaga di halaman Aussi.
Tetapi … tetapi … saat masuk kembali ke kamarnya, opa kesasar masuk kamar seorang oma Ambon. Aku sebut saja nama opa dengan opa “kesasar”.
Seperti pada umumnya orang Ambon, oma tersebut berkulit hitam, memiliki postur tubuh tinggi besar dan hampir semua rambutnya sudah memutih.
Oma sudah mematikan lampu kamar, tetapi belum tidur. Melihat ada opa masuk ke kamarnya. Oma tersebut bangun, marah dan mengambil tongkat.