Paulus di sini menggunakan istilah persembahan.
Bagi umat Kristen, ibadah sejati tidaklah terdiri dari persembahan kurban sebagaimana yang ditawarkan oleh orang Yahudi dan oleh orang kafir. Keduanya tidak hanya memberikan jiwa atau roh manusia kepada Allah, seperti pemikiran beberapa filosof Yunani; tidak juga hanya dalam memuji Allah dalam pelayanan ibadah gereja.
Orang Kristen harus beribadah kepada Tuhan dengan tubuh mereka dalam semua aktivitas tubuh dan pikiran sehari-hari. Mereka harus hati-hati mengingat apa-apa saja kelakuan yang berkenan dengan kehendak Allah, dan kemudian membuat perlakuan mereka menjadi pola hidup mereka. Jenis ibadah ini adalah ibadah rohani dan ‘layak’.[17]
Maka yang hendak dikatakan Paulus di sini ialah seluruh pikiran, perkataan dan perbuatan, pokoknya seluruh kemampuan dan kegiatan kita harus dipersembahkan kepada Tuhan. Hal itu membawa kita pada beberapa pertimbangan.
Pertama, bahwa ”mempersembahkan” berarti penyerahan secara total. Kita tidak dapat menyisihkan sebagian untuk dipegang sendiri atau diserahkan kepada pihak lain. Pun, kurban itu harus bersifat sempurna.
Kedua, bahwa selain tubuh itu tidak ada kurban lain yang harus dipersembahkan orang Kristen. Bukan pemberian kita yang Tuhan kehendaki, tetapi Ia menghendaki kita sendiri.
Oleh karena itu juga persembahan itu dikatakan persembahan hidup. Perkataan “hidup” itu dipakai bukan karena kita sendiri memang hidup, bertentangan dengan hewan kurban yang mati. Kata “hidup” di sini mempunyai arti yang sama seperti dalam 6:4, “yang hidup dalam hidup yang baru”. Hidup yang baru itu dibangkitkan oleh Roh Kudus (8:11).
Dan karena orang percaya hidup bagi Allah, mereka telah mati bagi dosa. Jadi persembahan yang hidup adalah penyerahan diri kita untuk menempuh kehidupan baru, yang menjauhi dosa dan menentang kuasa dosa itu.
Persembahan itu dikatakan juga kudus.
Dengan demikian diungkapkan bahwa “tubuh” = kehidupan kita bukan lagi milik kita sendiri. Sebab mempersembahkan kurban berarti kurban itu diserahkan menjadi milik Allah.[18]
Ibadah yang sejati dalam bahasa Yunani adalah logike latreia, berarti: pengabdian, dan kalau dipakai dalam hubungan dengan dewa-dewa: “ibadah”. Istilah logikos tidak terdapat dalam PL berbahasa Yunani.