Kita dapat membayangkan perkembangan di bidang medis atau bidang teknologi nuklir. Dalam semua hal itu diperlukan pertimbangan matang-matang sebelum kita dapat menentukan (itupun dengan hati-hati) manakah kehendak Allah.
Kedua, kita diajak untuk mengusahakan budi kita dalam mencari kehendak Allah, karena Allah bukanlah kitab hukum. Allah tidak menyajikan kepada kita peraturan-peraturan yang menunjuk jalan kepada orang Kristen sekaligus mengikatnya sebab Injil itu bukanlah hukum yang baru, tetapi justru memberi kita kebebasan anak-anak Allah (8:15,21).[22]
Anjuran ini diarahkan oleh Paulus kepada setiap anggota jemaat di Roma. Orang-orang Kristen bukan individu-individu yang hidup sendiri-sendiri. Mereka merupakan satu tubuh (ay.4).
Maka dalam mencari kehendak Allah pun mereka akan berkumpul dan saling meminta nasihat. Apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna, mungkin kita anggap luapan kata-kata ini agak berlebihan.
Tetapi agaknya dalam jemaat Roma ada yang cenderung untuk mengutamakan kebebasan orang percaya tersebut di atas sedemikian rupa, hingga mereka tidak mau lagi terikat kepada peraturan-peraturan bagi kelakuan mereka.
Terhadap orang seperti itu perlu dipentingkan bahwa melakukan kehendak Allah adalah melakukan yang baik. Dari Gal 6:10 dan 1Tes 5:15 kita tahu bahwa yang baik itu adalah perbuatan yang sederhana dan sangat konkret: menolong orang yang berkebutuhan, mengampuni mereka yang bersalah terhadap kita.[23]
Dengan menambahkan ‘yang berkenan kepada Allah’ Paulus memberi lagi penjelasan mengenai apa itu yang baik. Yang baik itu bukanlah suatu asas yang abstrak.
Tetapi yang baik itu menyatakan diri dalam pergaulan antara seorang percaya dengan Allah. Pergaulan itu menuntut pengabdian sepenuhnya. Itulah makna ‘yang sempurna’. Perkataan ‘sempurna’ ini sekaligus menentukan arti ‘yang baik’ dan ‘yang berkenan’.
Yang baik dan yang berkenan itu bukanlah sesuatu yang dapat kita jangkau, yang dapat kita anggap sebagai sudah terlaksana. Tetapi kesempurnaannya merupakan tujuan yang selalu harus kita kejar.[24]Â
3.3. Skopus
Mempersembahkan tubuh (diri) dan melakukan kehendak Tuhan, itulah ucapan syukur yang sejati.