3.4. Muatan Teologi
Jika kita adalah milik Allah, kita bukanlah milik dunia. Iman Kristen sungguh-sungguh tidak mengeluarkan manusia dari dunia ini, cukup menempatkan mereka di tengah-tengahnya, tetapi iman itu menjauhkan mereka dari cinta mereka terhadap dunia ini.
Hukum dan jalan-jalan duniawi tidak dapat lebih lama dimiliki setelah menjadi milik Allah. Berserah kepada Allah adalah sekaligus merupakan suatu perubahan dari jalan-jalan duniawi ini.
Seseorang tidak dapat menyenangkan (melayani) dunia dan Allah secara bersamaan. Seseorang “tidak dapat melayani Allah dan mammon” (Mat.6:24). Seluruh hidup, oleh sebab itu, harus direkonstruksi (dibangun kembali) sesuai dengan perencanaan/rancangan hidup baru.[25]
Tidak ada tuntutan Kristen yang lebih karakteristik daripada mempersembahkan tubuhnya kepada Tuhan.
Umat Kristen percaya bahwa tubuhnya milik Allah sebagaimana jiwanya, dan dia dapat melayani Allah dengan tubuhnya seperti yang dilakukannya juga dengan pikiran atau jiwa (rohnya).
Tubuh adalah bait Roh Kudus, tempat dimana Roh Kudus tinggal, dan alat dimana Roh Kudus bekerja. Setelah itu, realita besar akan inkarnasi pada dasarnya berarti bahwa Allah sendiri tidak dendam untuk mengambil tubuh manusia atasNya, dan hidup di dalamnya dan bekerja melaluinya.
Tubuh dibangun bagi pelayanan ibadah manusia kepada Allah.
Tetapi itu tidak harus dibentuk dengan pemikiran para arsitek; harus dibangun oleh tangan para tukang (ahli) dan para pekerja; hanya kemudian itu menjadi sebuah tempat yang suci dimana manusia berkumpul untuk beribadah. Hal itu benar-benar sebuah hasil dari pikiran, tubuh, dan jiwa manusia.[26]
3.5. Teologi Ibadah dalam PL
Allah para Bapa leluhur tampak sebagai pemberi janji/perjanjian yang penuh kemurahan. Dia memilih Israel untuk menjadi ahli waris berkat-berkat yang telah diberikanNya kepada para Bapa Leluhur.