Namun Dia berbuat demikian bukan karena kebersamaan atau kelayakan Israel (Ul.7:7). Israel merupakan bangsa yang lemah, terhina, tertindas. Dalam proses pembebasannya, Allah memaksa Firaun menyelamatkan mereka tanpa bantuan tangan manusia.[27]
Dalam segala perkara ini Allah menyatakan diri sebagai Allah yang berkemurahan, Allah yang tersinggung kalau manusia memeras manusia, Allah yang memilih, Allah yang Maha Kuasa. Waktu Musa mengantar umat itu ke gunung suci, di situ mereka memasuki perjanjian dengan Allah. Oleh karena Dia telah membebaskan mereka, mereka berjanji akan menyatakan rasa terima kasih mereka dalam pelayanan terhadap Dia, sedang Dia membebankan perintah-perintah-Nya atas mereka.
Perjanjian itu tidak merupakan kontrak atau persetujuan dagang dengan Allah, melainkan respons terhadap apa yang sudah dikerjakan Allah demi mereka.
Disitu berarti timbul kewajiban moral yang menuntut ketaatan Israel terhadap kehendak Allah.
Kehendak Allah itu tidak dirumuskan terutama dalam bentuk ritus-ritus yang perlu dilaksanakan, melainkan sebagai petunjuk-petunjuk yang menuntut perbuatan dan kelakuan yang sesuai. Di antara hukum-hukum dan perintah yang disampaikan melalui Musa, maka Dasa Titah mendapat tempat yang utama.
Nabi Amos juga menyampaikan Firman Tuhan yang bertanya:
“apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel?” (Am.5:25). Maka, menurut pengertian yang lazim, ayat ini berarti bahwa pada zaman Keluaran tidak ada persembahan kurban. Dan kita dapat melihat lagi dari laporan Yeremia: “Sungguh, pada waktu Aku membawa nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir Aku tidak mengatakan atau memerintahkan kepada mereka sesuatu tentang korban bakaran dan sembelihan; hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: dengarkanlah suaraKu, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku” (Yer.7:22-23).[28]
Maka kesimpulannya adalah panggilan Tuhan di Sinai menuntut ketaatan; dan ketaatan sebagaimana dirumuskan dalam Dasa Titah adalah bukan soal upacara kultis melainkan soal kelakuan yang sesuai.
Yahweh lebih mementingkan perbuatan dan tabiat daripada ritus. Apa yang perlu disyukuri pada waktu itu? Tidak lain adalah pembebasan dari tanah Mesir. Inilah yang menjadi titik tolak ibadah dalam PL (historis teologisnya).
Ibadah adalah tanggapan hati yang percaya kepada Allah. Kultus adalah istilah yang dipakai para sarjana Alkitab untuk aspek-aspek formal dan ritual dari peribadatan dalam PL.
Kultus atau upacara ibadah hanyalah merupakan bentuk tanggapan Israel terhadap penyingkapan Allah. Uraian yang disiapkan Perjanjian Lama mengenai ibadah menekankan bahwa seluruh kehidupan Israel berada dalam kekuasaan Allah.