Ibadah dalam konsep Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mempunyai arti pelayanan.
Dalam istilah Ibrani disebut avoda sedangkan dalam bahasa Yunani disebut latreia.
Istilah avoda merujuk kepada ibadah di kuil dan khusus lebih mengarah dalam hal berdoa.[1] Abineno menunjukkan bahwa kata ‘ibadah’ yang biasanya digunakan dalam PB terjemahan dari istilah Yunani adalah:[2]
- leiturgia (λειτουργια) Kis.13:2, beribadah kepada Allah
- latreia (λατρεια) Roma 12:1, mempersembahkan seluruh tubuh
- thereskeia (θρησκεια) Yak.1:27, pelayanan kepada orang yang dalam kesusahan.
Jadi ibadah adalah avoda atau latreia yang sebenarnya yang merupakan suatu pelayanan yang dipersembahkan/ketaatan kepada Allah, tidak hanya dalam arti ibadah di Bait Suci (berdoa), tetapi juga dalam arti pelayanan kepada sesama (Luk.10:25; Mat.5:23, Yoh.4:20-24, Yak.1:27).[3]
III. Isi
3.1. Latar belakang Kitab Roma
Surat itu ditulis di Korintus (15:32), agaknya pada akhir perjalanan Paulus yang ketiga (15:25), menjelang awal musim pelayaran di wilayah Laut Tengah, jadi pada akhir musim dingin.
Keadaan Paulus pada saat itu digambarkan dalam Kisah 20: 2-3. Ternyata pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia, sehingga dia terpaksa membatalkan pelayaran ke Siria dan mengambil jalan darat ke Filipi (700 km jalan kaki dari Korintus).[4]
Jemaat Roma, keseluruhan surat Paulus hadir dengan mendekati sebuah risalat teologis.
Di dalam hampir seluruh suratnya yang lain, dia menghadapi beberapa masalah yang mendesak, berbagai kekeliruan (kesalahan) zaman sekarang, bahaya yang mengancam, itulah momen yang mengancam jemaat yang sedang dituju oleh Paulus.
Tetapi surat Roma paling dekat pada sebuah penjelasan sistematis, terlepas dari beberapa keadaan yang segera harus dituntaskan.[5]