"Huhhh.., tadi itu sungguh luar biasa. Semoga saja apa yang menjadi jawabanku benar dan dapat lulus ujian. Tapi... mengingat semua yang keluar di ujian telah aku pelajari sebelumnya. Ahh.. sudahlah, tidak usah dipikirkan!" gumam Hatta pada dirinya sendiri saat ia selesai melaksanakan ujian.
Tak lama setelah ujian diselenggarakan, hasil dari ujian pun telah keluar. Disana terpampang nama-nama siapa saja yang lululs ujian dan dapat masuk ke sekolah HBS di Batavia. Dan, alangkah senangnya Hatta mengetahui bahwa namnaya masuk ke deretan nama-nama siapa saja yang lulus ujian. Ia melompat kegirangan saat mengetahui hal tersebut. Tak lupa mengucap rasa syukur pada Allah SWT. Atas kesempatan yang telah diberikan-Nya pada Hatta.
Namun, kegirangan, yang dirasakan Hatta tidak sepenuhnya dirasakan juga oleh sang ibu. Saleha merasa senang tentunya melihat sang anak senang, selain itu, siapa juga yang tidak akan senang jika sang aank lulus ujian dari sekian banyak orang yang tidak dapat lulus. Itu merupakan prestasi besar yang patut dibanggakan bukan?. Tetapi, sepertinya ada hal lain yang Saleha kurang sepaakati akan lanjutan study nya tersebut.
Beberapa hari setelah pengumuman hasil ujian, sang ibu berniat mengajak Hatta bicara. Ia ingin mengajak puteranya bicara serius mengenai rencana sekolahnya ke HBS.
Pukul 8 malam, Saleha pergi menemui Hatta yang pada saat itu barusaja kembali dari surau selepas sembahyang Isya. Saleha pergi masuk dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Hatta..., ibu ingin mengobrol denganmu nsk!"
"Ehh... ibuu, ada apa bu? Sepertinya penting sekali" tanya Hatta dengan wajah yang tersenyum manis pada sang ibu, seperti mengiyakan permintaan sang ibu untuk mengobrol.
Sang ibu pergi duduk di tepi kasur. Hatta pun mengikuti dengan duduk di tepi kasur samping sang ibu. Mereka saling bertatapan sejenak, lalu Saleha membuka suara.
"Mengenai kelanjutan sekolah mu nak. Kamu berhasil lulus ujian masuk HBS kemarin, ibu ucapkan selamat padamu." Saat mengatakan hal tersebut wajah Saleha sedikit sendu, akan tetapi ia berusaha menutupinya semaksimal mungkin.
"Terimakasih bu..., semua ini tidak mungkin dapat Hatta capai tanpa do'a dari ibu...Hatta ucapkan terimakasih juga pada ibu karena selalu mendo'akan Hatta."
Percekapan manis keduanya berhasil membuat suasana menjadi haru. Saleha yang mendengar kalimat manis itupun semakin merasa bingung. Perasaannya campur aduk karena mengingat bahwa Hatta teramat mendambakan untuk bisa masuk ke sekolah tersebut. Namun disisi lain, ia tidak ingin melepas anaknya untuk jauh darinya.